Kami berempat duduk di sofa setelah selesai makan pasta. Televisi menyala di channel 6 menyiarkan berita tentang seorang wanita yang ditemukan bunuh diri di apartemennya. Tidak ada sedikitpun perasaan curiga dalam hatiku bahwa setelah itu, yah tepat setelah detik itu adalah akhir dari segalanya. Alice membuka percakapan dengan pertanyaan yang sengaja dilontarkan untuk menggodaku
"Jadi apakah sekarang kalian sudah resmi menjadi sepasang kekasih"
Alice yang duduk di depan Gabriel menatapnya dengan tajam seperti petugas kepolisian yang menunggu jawaban dari tersangka yang sedang diinterogasi. Aku panik kemudian tanpa sengaja menyenggol gelasku hingga tumpah, Apple juice bersimbah di atas meja dan mulai menetes di karpet. Tersangka menjawab, maksudku Gabriel menjawab pertanyaan Alice
"Umm, kami hanya bersantai Alice"
Aku mengambil tissue dan mengelap tumpahan jus di karpet. Alice membuka mulutnya lagi
"Bukankah sepertinya kalau aku tidak salah ini sudah sebulan sejak pesta ulang tahun di club waktu itu"
"Ini baru dua puluh lima hari, Alice"
Kataku masih sambil mengelap tumpahan jus di atas meja
"Dua puluh lima adalah sebulan, Anna"
seringainya
Aku bangun dari posisi duduk dan berdiri, aku menyadari Gabriel juga ikut berdiri di sampingku yang ternyata untuk alasan yang berbeda
"Aku minta maaf, kurasa aku harus pergi dulu. Permisi semuanya"
Dia meraih jaketnya dari tiang gantungan di sudut ruangan dan bergegas pergi
Aku menatap ke arah pintu yang terbuka dengan kehampaan luar biasa dahsyat yang tiba-tiba menerjang hati dan pikiranku. Aku tidak tahu apa yang baru saja terjadi, aku yakin pasti ada penjelasan untuk ini semua, aku berbalik menghadap Alice dan Borris yang berdiri disana dengan kebingungan yang sama. Sampai kemudian aku hanya bisa terduduk di sofa
Alice berbicara dengan suara yang tertahan, dia mencoba membela diri saat Borris memberikan tatapan 'lihat apa yang sudah kau lakukan'
"What?? Aku juga tidak tahu akan jadi seperti ini...
Suaranya meninggi serta sorot matanya menyala antara bingung dan marah
...kukira dia akan mengatakan semacam 'Yaa Alice sekarang kami berkencan aku sangat mencintai Anna dan sebagainya' bukannya meminta maaf dan menghambur pergi"
Borris terlihat berusaha se netral mungkin
"Mungkin dia hanya tidak yakin dengan perasaannya saat ini, Alice. Kau tidak bisa menimpakan semua kesalahan padanya"
Alice menyilangkan tangan di dada dengan bibir yang mencebik
"He didn't seems like he's hesitated when he came here every afternoon to fuck her"
"Nice language Alice"
Borris menghela nafas frustasi
Alice berpaling menghadapku
"Oh you don't think I know that Anna"
Kurasa ini sudah keterlaluan.
Aku menegakkan posisi duduk. Masih dengan kebingungan yang meliputi perasaanku, aku mencoba menjelaskan kepada Alice tentang hubunganku dengan Gabriel. Tapi aku tidak begitu memikirkannya terlebih dahulu sebelum berbicara"We hadn't intimate yet, we just... I mean... I don't know. I didn't need to explain my self to you"
Borris mencoba menengahi. Nada bicaranya terdengar bijak dan membuatnya tampak lebih tua dari usianya
"Alice, kau juga harus memikirkan perasaan Anna kau tidak bisa secara tiba-tiba melakukan intervensi seperti ini pada mereka"
Tapi Alice adalah Alice, dia bicara dengan orang lain seperti guru berbicara pada muridnya
"Apa yang kau harapkan babe, kau berharap aku iba pada Gabriel setelah apa yang dia lakukan kepada adikku?"
Mereka berdebat tentang perasaanku seolah aku tidak sedang berada disana
"Tapi Alice, kau tidak bisa memutuskan ini seratus persen salah Gabriel. Anna adalah wanita dewasa, Gabriel tidak akan melakukan apapun jika Anna tidak mengijinkannya"
Borris berbalik menghadapku
"Anna katakan sesuatu?"
Alice menarik lengan Borris memaksanya mendengarkannya berbicara
"Demi Tuhan kumohon padamu, dengarkan aku babe, Gabriel adalah notaris bersertifikat yang memiliki gelar master dari Wharton law school. Disisi lain Anna drop out kuliah dan menulis cerita cinta untuk mencari nafkah. Sekarang kau jawab pertanyaanku siapa yang seharusnya bertanggung jawab diantara mereka berdua"
That's it. That's enough. Aku berdiri dengan perasaan kacau balau kemudian melangkah ke arah Alice yang duduk di kursinya
"Shut up Alice, jangan pernah mencampuri urusanku lagi and fuck off"
Aku berlari menuju kamarku dan menerjang tumpukan bantal di kasur. Hatiku sakit bukan main. Ini terasa lebih pedih karena sekuat apapun aku berusaha menyangkalnya nyatanya semua yang dikatakan Alice benar. Kami bercinta kemudian dia pergi. Kami hampir tidak pernah membahas tentang hubungan kami. Aku merasa sangat bodoh aku begitu dibutakan oleh cinta hingga aku tidak tahu lagi bagaimana harus merespon semua sikapnya padaku dengan sebagaimana mestinya. Aku bahkan rela melakukan apapun untuknya.
Dia menciumku, memeluk dan menyentuhku, memanggilku sayang, bagaimana mungkin aku bisa salah membaca semua itu. Bagaimana bisa aku tidak pernah bertanya apa artinya diriku ini baginya. Setelah semua pesan suara yang dia kirimkan dan obrolan di telepon selama berjam-jam itu, sekarang aku hancur berkeping-keping.Aku menangis terisak-isak selama hampir satu jam saat Borris mengetuk pintu kamarku
"Anna, bolehkah aku masuk"
Dia membuka pintu kamarku dan berjalan masuk dengan sangat pelan kemudian dengan sikap hati-hati -seolah aku ini bom waktu yang bisa meledak setiap saat- dia duduk di ujung tempat tidurku
"Anna, kau tahu Alice. Dia sangat menyayangimu dia hanya melakukan semua itu sebagai caranya untuk melindungimu, Anna. Just forgive her okay"
Aku melemparkan bantal dan semua boneka mainanku ke lantai
"Tapi dia sudah mengacaukan segalanya, Borris. Kau lihat sendiri kan?...
Aku terisak
...You see, I am a mess"
Aku menangis lebih keras dari sebelumnya. Borris terlihat kebingungan menghadapiku
"Itu tidak benar, Anna. Kau hanya perlu bertemu dengan Gabriel dan bertanya mengapa dia melarikan diri seperti itu
Kau berhak menuntut penjelasan setelah itu kau baru boleh memutuskan bagaimana perasaanmu kepadanya
Tapi pertama-tama kau harus berbaikan dulu dengan kakakmu"Aku berteriak padanya dengan tangis meraung-raung
"Tidak akan pernah, dia sangat kejam...
Aku menyeka air mataku dengan selimut
...you know what? Kau benar Borris. Aku akan menemui Gabriel. Aku harus memperbaiki semua ini. Thanks Borris"
Aku memeluk Borris, aku bisa melihat bayangan Alice yang mengintip dibalik pintu kamarku yang sedikit terbuka
That Bitch!!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Untitled
RomanceAnna adalah gadis biasa dengan kepercayaan diri yang rendah. Dia jatuh cinta pada mantan seniornya di SMA. Setelah bertahun-tahun mencintai dalam diam, dengan segala kerumitan pikiran dan kedalaman perasaannya. Akankah cintanya bersambut ataukah ses...