21. AMARAH DIMAS

21 6 0
                                    

KARINA Dan Semua Kisahnya

"Biarkan semesta membangunkanku dalam diam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Biarkan semesta membangunkanku dalam diam. Biarkan bumi menguburku dalam sepi. Aku, akan pergi selamanya. Tanpa kamu tahu kehadiranku lagi."

***

21. AMARAH DIMAS

Plak!

Dimas menampar Karina dengan keras. Gadis itu sampai terpental dan kembali bangkit. Untuk kesekian kalinya, dia mendapatkan luka yang sama sekali tak diperbuatnya. Karina merintih, merasakan denyutan rasa sakit menjalar ke seluruh tubuhnya. Dia melihat pipinya yang merah lewat pantulan cermin di kamarnya.

"Papa nggak pernah ngajarin kamu jadi penjahat, Karina! Udah cukup kamu buat malu. Mau sampai kapan kayak gini terus?" Amarah Dimas tak terkontrol. Karina menundukkan wajahnya. Dan dia diam dipojokkan tembok.

Kenapa tak ada keadilan yang datang untuknya. Ke manakah itu? Di mana dia harus mendapatkannya? Di mana? Sudah lebih dari cukup Karina menderita, kurang apalagi kesengsaraannya selama ini?

"Dasar anak nggak tahu diri!" hardik Dimas. "Sarah itu saudara kamu, kenapa kamu nekat mau bunuh dia?" Terus saja Dimas menyalahkan Karina. Karina merasa terpojokkan oleh Papanya sendiri.

"Untungnya Sarah masih bisa diselamatkan. Kalau nggak, Papa nggak mau maafin kamu!" Rasa sesak memenuhi dadanya. Karina menangis tanpa alasan. Air matanya terus mengalir tanpa berhenti. Mungkin ini adalah fase yang sangat sulit bagi Karina.

Karina beringsut, dia memberanikan diri menatap Dimas. "Pa?! Di sini anak kandung Papa siapa? Aku, atau Sarah?!" Dimas terdiam.

"Papa diem, 'kan?" Karina tersenyum sinis. Dia merasa ini adalah haknya untuk bicara.

"Oh, udah mulai ngelawan Papa ya kamu." Dimas mengepalkan tangannya. "Asal kamu tahu! Anak kandung Papa nggak mungkin lakuin semua itu!"

"Jadi bener ya kata Sarah. Karina anak pungut, 'kan Pa? Jawab Pa!"

Plak!

Tamparan kedua yang dilakukan Dimas. Pipi karina kembali berkedut. Bahkan sudut bibirnya berdarah. Dimas menatap tangannya. Kemudian menundukkan wajahnya.

"Tampar lagi Pa! Tampar lagi! Bunuh Karina sekarang juga!" Emosi Karina meluap. Ini sungguh sangat menguras tenaganya.

"Papa lebih percaya sama dia? Dibanding Karina? Jawab Pa!" teriak Karina. "Karina beneran anak pungut ya?"

Karina meremas rok yang dipakainya. Dia mengepalkan tangannya kesal. Kemudian luruh kembali bersama tangis yang semakin menjadi.

"Karina capek Pa! Karina Capek! Selama ini Karina udah banyak mengalah dari Sarah. Tapi, kenapa Papa terus siksa Karina? Apa salah Karina Pa?" Tangisnya semakin pecah. Suara Karina semakin melemah, dia sudah lelah menghadapi situasi ini.

Karina dan Semua Kisahnya (TERBIT) ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang