Fifteen

124 20 14
                                    

tw // mention of kiss

Lelaki itu menarik dagu Yuane lembut, menatapnya syarat akan rasa cinta yang meledak menggebu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelaki itu menarik dagu Yuane lembut, menatapnya syarat akan rasa cinta yang meledak menggebu. Satu tangan lelaki itu terangkat mengusap titik air yang muncul diujung mata. Masih menatap Yuane, dan semakin menipiskan jarak diantara mereka.

Yuane menarik nafas, sembari menahan debar ia memejamkan mata saat bibir Haru menyentuhnya perlahan. Gadis itu tak sedikitpun menolak, seolah semua jiwa dan raga Yuane berada dalam kendali Haru sepenuhnya.

Ini bukan perasaan yang biasa ia rasakan saat bersana Dobby.

Wajah Yuane lantas memerah, saat lagi-lagi Haru kembali membawanya masuk kedalam jurang nestapa.

Semakin terbuai tangan kaku Yuane perlahan melemas, seolah mengerti, ia pasrah akan apa yang akan selanjutnya Haru lakukan. Ini adalah perasaan candu, dan Yuane tak dapat menampik tentang hal itu. Bagaimana Haru kembali mengecupnya lembut, tanpa menjauhkan jarak diantara mereka.

Yuane semakin terbuai, sampai ia berada dititik akhir, dimana ia merasa tersentak saat alarm pagi berbunyi nyaring hampir memekakkan telinga.

Yuane membuka mata, menahan nafas tatkala ia sadari bahwa itu semua hanya mimpi semata.

Kicauan burung mengudara diluar saling bersahutan. Matahari mulai menyapa, mengucap selamat pagi dan memaksa Yuane untuk segera bangkit dan kembali pada realita dunia. Sebelah tangan gadis itu meraih handphone diatas nakas, berharap ada notifikasi dari sosok yang ia tunggu sedari kemarin.

Naas isi notifikasinya masih sama, grup kelas dan satu baris obrolan yang sengaja ia sematkan.

Jika bertanya perihal mimpi tadi, perasaan debar itu tak jua menghilang sampai Mama mengusap surainya pelan di meja makan.

Ada secarik rasa rindu yang menguap saat pikirannya kembali digerayangi bayang-bayang Haru. Ah lelaki itu entah kali keberapa Yuane harus memendam rindu yang kian menumpuk didalam kalbu.

Rasanya sulit untuk menghalau segalanya sekarang jika itu menyangkut tentang Haru.

Pandangan Yuane kosong, sembari mengaduk teh manis ia melamun masih memikirkan bagaimana menghubungi Haru.

"Pesan yang kamu kirim ke Haru belum juga dibalas sama dia?."

Yuane menoleh, lalu menggeleng lesu. "Belum, nomor baru yang kemarin Mama kirim juga, sampai sekarang masih centang satu."

Menghela nafas berat, Yuane menggigit bibir menahan isak, "kayaknya setelah Haru berhasil mengganti nomornya dengan yang baru, dia langsung ngeblokir nomor aku"

"Sebelumnya kamu ada masalah sama Haru?" tanya Mama, mencoba menggali lebih dalam lagi apa yang tengah terjadi diantara keduanya.

"Masalah sepele sih Ma, tapi tetap aja Haru tak seharusnya semarah itu sama aku"

"Yaudah nanti Mama bilang deh sama dia buat berhenti merajuk sama kamu"

Yuane lalu tersenyum tatkala Mama berucap seolah berusaha menolongnya dari hinggapan rasa gundah.

Ini adalah hari kelima Yuane meminta Dobby untuk tidak menjemputnya kerumah. Semua seolah terasa hambar, namun Yuane berusaha menyanggah atas apa yang terjadi diantara hubungan mereka.

Perjuangan untuk mendapatkan hati Dobby bukan perkara yang mudah, Yuane bahkan harus memutar otak untuk menarik atensi Dobby sepenuhnya. Jika boleh jujur, Yuane merasa tak pantas jika disandingkan dengan Dobby si peringkat tiga paralel sekolah.

Bagaimana mantan kekasih lelaki itu dari kalangan gadis-gadis pintar nan aktif disekolah, berbanding terbalik dengan dia, Yuane hanya mengikuti kegiatan sekolah sebagai mana air yang mengalir lembut dibantaran sungai.

Tanpa ikut organisasi, tanpa terlihat menonjol dihadapan orang-orang dan tanpa ingin terlihat hebat dimata mereka.

Jika bukan karena pertemanan mereka yang sudah menginjak usia lima tahun, mungkin sampai saat ini Yuane tak akan pernah mengenal Dobby. Ia hanya gadis beruntung dari sekian banyak gadis yang menginginkan Dobby untuk dijadikan kekasih mereka.

Lantas sekarang Yuane harus merasakan rasa bosan yang bahkan sebelumnya tak pernah ia  setelah Haru memasuki kehidupannya. Yuane seolah kehilangan sebagian jiwanya, hanyut separuh begitu saja.

Entah apa, Yuane tak mengerti.

Bunyi suara mesin menggema memenuhi udara pagi di kota ini. Pukul enam lebih tiga puluh menit, adalah waktu yang tepat untuk melewati jalanan Raya yang mulai dipadati oleh ramainya kendaraan roda dua.

Sampai didepan gerbang, Yuane sekilas melihat figur seseorang yang tak lagi asing dalam pandangannya. Persona seorang lelaki yang selama ini selalu ia tanyai perihal Haru.

Segera, tanpa menunggu waktu lama, Yuane memarkirkan kendaraannya dan berjalan cepat demi menghampiri Jojo.

"Hai!." Jojo terlonjak, sedikit dibuat tersentak kala Yuane tiba-tiba berjalan disampingnya.

"Eh hai kak, tumben jam segini udah berangkat?."

"Sengaja biar cepet ketemu lo."

Jojo tersenyum mengejek, sedikit menyipitkan mata dan mencolek lengan Yuane, menggoda. "Ketemu gue atau mau nanyain lagi tentang Haru?"

"Dua-duanya juga boleh." Jawab Yuane meladeni rayuan Jojo.

Berbicara perihal Haru, sudah terhitung kali kesepuluh, Yuane secara rutin mendatangi Jojo demi mengetahui kabar terbaru dari sosok lelaki yang belum lama ini selalu menggerayangi pikirannya.

"Ngomong-ngomong Kak kenapa harus nanyain kabar Haru ke gue? lo gak nyembunyiin apa-apa kan?"

"Ngomong-ngomong Kak kenapa harus nanyain kabar Haru ke gue? lo gak nyembunyiin apa-apa kan?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Homescapes Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang