"Makan yang banyak ya, spesial buat hari ini gue bakal traktir lo."
Dahi Yuane sontak mengernyit keheranan. Tidak seperti biasanya pria didepannya akan selembut ini.
"Gak salah ini?" Yuane bertanya dengan wajah tercengang.
"Gak salah dong, ini spesial buat lo."
Yuane bergidik ngeri, demi apapun ia tak terbiasa dengan Jojo yang seperti ini. "Freak banget, jangan kayak ginilah gue ngeri liatnya."
Jojo mengerling mendengar tanggapan itu. "Gue lembut salah, gue kasar salah, gue banyak tingkah salah, mau lo apa sih? Mau langsung gue nikahin aja apa gimana?"
"Gak waras lo!" Galak Yuane hendak memukul lengan Jojo dendam.
Jojo hanya tertawa geli melihat kemarahan Yuane. Ada kepuasan tersendiri setelah itu, Yuane terlihat sangat menggemaskan apabila perempuan itu tengah cemberut menahan kesal.
Entah sejak kapan membuat Yuane marah adalah sesuatu yang begitu menyenangkan bagi dirinya. Rasanya Jojo ingin memakan Yuane saat itu juga, bagaimana perempuan didepannya ini akan cemberut kesal dengan pipi yang memerah menahan amarah.
"Makan bodoh! bukannya malah ngeliatin gue." Semprot Yuane merasa tak nyaman dengan tatapan Jojo.
Jojo tersenyum manis, tanpa mengalihkan tatapan tersebut. "Kalau dilihat-lihat lo cantik juga ya."
"Lah baru sadar? kemana aja lo selama ini?"
"Ada, tapi mata gue ketutupan sama sifat lo yang nyebelin." jawabnya sembari memasukkan makanan yang sudah disajikan kedalam mulut.
Yuane mendelik tajam. "Gak ngaca. Sadar Jo, disini lo juga yang suka mancing-mancing amarah gue."
"Kalau seandainya lo gak ngegemesin, gue juga males buat ngegodain lo."
"Jijik banget gue dengernya." cibirnya menanggapi Jojo.
Jojo hanya tertawa mendengar balasan Yuane, tangannya terangkat untuk mencapai puncak kepala gadis itu dan mengelusnya lembut. "Cantik-cantik gini kenapa harus suka sama saudara sendiri sih?"
"Lo pikir perasaan tuh bisa diatur sendiri?"
"Bisa asal lo ada niat buat ngelupain dia."
Jemari Yuane beralih mengusap noda kotoran disisi bibir. "Kalau ngomong doang gue juga bisa Jo, tapi praktiknya yang susah."
"Gampang Ane, mau gue bantuin?" tanya Jojo masih memperhatikan Yuane secara seksama.
Yuane balas menggeleng lemas, "Gue gak mau Jo, gue masih pengen sama Haru."
Bunyi decakan kasar terdengar dari mulut Jojo. Pemuda itu mengetuk-ngetuk meja dan mengusap wajah kasar.
"Ane, mau sampai kapan kayak gini? Lo gak bisa terus menerus naruh perasaan lebih sama saudara lo sendiri. Gue tahu lo sayang banget sama Haru, tapi dibalik rasa sayang lo yang besar itu, lo tanpa sadar udah ngekhianatin Kak Dobby."
Jojo benar-benar merasa pusing sendiri. Ia pikir apa yang tengah Yuane rasakan tak bisa ia biarkan begitu saja. "Lo udah gila tau gak? otak lo udah dicuci habis sama dia!"
Yuane memasang wajah tak percaya. Yuane jelas sadar Jojo marah dengan apa yang terjadi pada dirinya. Tentang perasaan itu, tentang ciuman itu, Yuane sadar Jojo marah dengan hal yang tidak bisa dianggap sepele itu.
"Gue juga bingung Jo, gue gak bisa ngelupain Haru gitu aja setelah kita hampir tiga tahun gak ketemu."
"Ane, lo apa gak pernah mikirin perasaan Kak Dobby? dia udah lo khianatin bodoh!"
Mata Yuane terpejam sejenak sebelum kembali terbuka dan memandang nyalang pemuda didepannya. "Lo salahin aja tuh cowok kenapa gak pernah mau ngelepasin hubungan kita yang jelas-jelas udah hambar kayak gini!"
"Lo udah gak waras Ane!"
"Kalau gak waras kayak gini kenapa masih lo temenin?" Nada bicara Yuane naik dua oktaf, menyisakan tatapan tak percaya dari balik manik milik Jojo.
"Seandainya kalau gue gak peduli, seandainya kalau gue gak punya perasaan tanggung jawab buat ngejagain lo, gue gak bakal kayak gini! Gue sayang sama lo Ane, gue gak mau lo terlalu jauh karena nafsu lo yang jahat itu!"
Keheningan menyelimut selepas itu, tatapan Yuane terkunci pada tangannya yang mulai digenggam Jojo.
"Tolong Ane, lo gak bisa selamanya kayak gini." mohon Jojo semakin mengerat genggamanya ditangan Yuane, memandang gadis itu dengan tatapan penuh sayang.
Yuane menggeleng, air matanya mulai meluruh membasahi pipi. "Gue sayang Haru Jo, gue sayang sama dia. Gue gak tahu cara buat ngehilangin semuanya kayak gimana."
"Bisa Ane, lo pasti bisa, lo harus inget sama Kak Dobby yang sampai detik ini masih setia sama lo."
"Dobby gak pernah ada waktu buat gue, gue kayak yang gak dianggap Jo!"
Jojo berdiri, melangkahkan kaki dan duduk disamping Yuane. Tangannya kembali terulur mengusap surai sang gadis bermaksud menenangkan.
"Gue bakal ajak dia buat ketemuan dan nyuruh dia buat ngomongin semuanya baik-baik sama lo, lo tenang aja. Gue bakal bantu lo buat keluar dari zona terlarang ini."
Yuane menoleh, menghadap Jojo dan memeluk pria itu dengan tangis yang bertambah ruah. Perasaannya sudah tak berbentuk lagi, Yuane kesal, sakit, juga sedih dalam waktu yang bersamaan. Ia terus menangis dan membiarkan kemeja Jojo menampung airmatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Homescapes
Teen FictionHaru tak pernah menyangka seseorang yang disukainya sejak lama akan berakhir satu atap dengannya. Jika saja waktu bisa diputar, ia akan menentang acara sakral itu dan mengungkapkan perasaannya secara gamblang.