Haru menenggelamkan diri diantara bantal yang tertata rapi disana. Teringat memori yang dibuatnya bersama Yuane kemarin malam.
Ratusan kupu-kupu kembali hadir bersemayam menciptakan semburat merah dipipi putih milik lelaki itu.
Beberapa moment penting yang masih terngiang-ngiang dipikirannya adalah suapan tulus yang dilayangkan Yuane kedalam mulutnya. Serta perbincangan hangat diantara mereka yang menambah kedekatan diantara keduanya.
Bayang-bayang Yuane masih membekas dalam benak Haru, katakanlah dia bucin akut pada sosok itu.
Hari ini adalah hari senin pertama dibulan ini, masih sama seperti hari sebelumnya mendung disisa waktu menuju mentari berpindah letak keatas kepala.
Bersama sisa waktu yang tersisa, Haru segera memasuki kamar mandi, sebelum Jojo datang bersama senjata andalannya, kicauan maut. Ciri khas yang dimiliki lelaki itu, namun menjadi sengsara bagi Haru.
Sepuluh menit bukanlah waktu yang cepat bagi Jojo untuk menunggu kehadiran Haru dilantai bawah. Karena saat ini lelaki yang menjabat sebagai teman sebangkunya itu lagi-lagi menggerutu kesal, meski ada Yuane dihadapannya.
Pemandangan wajah penuh amarah bukan hal yang asing bagi Mama ketika Jojo datang kerumah. Padahal Haru sebisa mungkin mempercepat mandi dan ganti bajunya, tapi dimata Jojo ia akan tetap salah.
"Besok-besok gak gue tumpangin lagi deh, demi apapun lo ngaretnya gak tau diri" sesal Jojo tatkala sosok Haru berjalan di anak tangga.
"Bukan gue yang ngaret ya monyet, lo yang gak sabaran" timpal Haru sama kesalnya dengan Jojo.
Jojo mencebikkan bibir "Beneran deh Ru, gue mending nungguin Kak Yuane daripada lo yang ribetnya melebihi anak cewek"
"Itu mah lo yang modus babi!"
"Istighfar lo Haru. Berdosa banget ngatain orang"
Haru memejamkan mata, seraya mengolesi roti tawar dengan selai kacang, "gue kristen kalau lo lupa"
Mama dan Yuane hanya tersenyum mendengar kegaduhan mereka yang tak ada habisnya.
Pemandangan seperti ini sudah hampir enam minggu berturut-turut Yuane lihat dirumah ini. Kalau kata Mama hal seperti ini lumayan jadi tontonan gratis di pagi hari.
Selesai menunggu Haru menyelesaikan sarapan, ketiganya satu persatu berpamitan pada Mama. Tak lupa juga, sosok Jojo yang selalu membawa pulang makanan entah itu sehelai roti atau sekotak susu dari meja makan.
Haru lalu berlalu dari ruang keluarga bersama Jojo dan Yuane.
Mirisnya hal pertama yang ia lihat ketika melangkah pergi kedepan rumah adalah sosok yang paling ia tak suka akhir-akhir ini, siapa lagi kalau bukan Dobby.
Haru masih penasaran akan hubungan keduanya, banyak rumor yang mengatakan bahwa mereka berpacaran sejak beberapa waktu yang lalu dan tak sedikit pula yang mengatakan bahwa mereka murni menjalin persahabatan.
"Bocah sialan!" umpat Haru pelan pada sosok remaja laki-laki yang telah berlalu diiringi dengan tinjuan ringan.
"Apa lo bilang? pagi-pagi jangan bikin gue emosi deh, udah untung tiap hari gue antar jemput"
Tatapan mengerling Haru tunjukkan, sedikit mencebik pada Jojo yang tersindir "Bukan sama lo"
"Terus sama siapa? angin? gila kali lo!" ketus Jojo.
Haru menahan nafas, mencoba tak ikut emosi akibat ucapan Jojo yang sedikit menaikkan desiran amarah ditubuhnya. Jikalau didefinisikan Jojo adalah manusia paling menyebalkan yang keberadaannya sekaligus menguntungkan.
"Iya gue gila, karena virus yang lo bawa"
Perpustakaan disiang ini adalah tujuan utama yang mesti Haru tempuh untuk menunaikan kantuk yang sempat ia tunda tidurnya pagi tadi.
Pukul 11.06 adalah waktu yang digadang-gadangkan sebagai gudangnya kantuk bagi siswa-siswi disini.
Pun Jojo, lelaki itu bahkan telah terlelap semenjak sepuluh menit yang lalu, tak menghiraukan beberapa teriakan yang mendengung memecah kesunyian didalam kelas.
Haru bukanlah sosok yang akan memejamkan mata tatkala kelas tengah dibuat gaduh oleh orang-orang, ia terlalu merasa terganggu karena mereka.
Maka oleh sebab itu, ia memutuskan untuk meninggalkan kelas seorang diri. Berjalan tergesa demi mencari tempat dipojok perpustakaan sebelum ditempati oleh orang lain.
Suasana disana begitu sepi, tak boleh ada yang bersuara kecuali suara semut dan bisikan kecil yang tidak mengundang atensi si penjaga.
Tak banyak yang datang saat kbm berlangsung. Terkecuali bagi kelas mereka yang tengah memiliki jam kosong.
Meja paling akhir yang terletak diujung ruangan menjadi pelabuhan terakhir yang hendak Haru hampiri. Rasanya lega sekali ketika ia mendapati kursi itu kosong tanpa ada penghuni.
Ini lebih baik daripada kembali melihat Yuane berbincang akrab dengan Dobby.
Asal mengambil buku, Haru segera menaruh kepalanya dalam lipatan tangan dan menghadap kearah selatan, tanpa basa-basi hanya sedikit mendengus kecil lalu berniat terlelap melepas penat.
Yang didapati pada enam menit pertama saat matanya terpejam adalah sunyi yang menenangkan. Haru suka.
Namun ekspetasinya harus buyar ketika ia sadar ada seseorang yang duduk disampingnya, tanpa permisi.
Penasaran. Haru mengangkat pandangan, sedikit mengucek matanya demi memperjelas apa yang saat ini tengah ia lihat.
"Tidur lo lucu"
KAMU SEDANG MEMBACA
Homescapes
Teen FictionHaru tak pernah menyangka seseorang yang disukainya sejak lama akan berakhir satu atap dengannya. Jika saja waktu bisa diputar, ia akan menentang acara sakral itu dan mengungkapkan perasaannya secara gamblang.