Entah darimana Haru harus memulai langkah, jika pada kenyataannya takdir tak pernah berpihak. Guliran demi guliran aplikasi berita seputar beasiswa seolah tak ada artinya jikalau apa yang saat ini bersemayam dikepalanya adalah sosok Yuane.
Lalu harus dengan cara apa ia bisa melupakan Yuane seperti semudah membalikkan telapak tangan?
Untuk sekedar bertanya bagaimana caranya pun rasanya Haru tak memiliki keberanian untuk itu. Mungkin Jojo akan menganggap Haru aneh dan abnormal dengan apa yang terjadi pada dirinya saat ini.
"Haru, are you okay?"
Haru mengangguk mendengar pertanyaan Jojo, "ya, gue baik-baik aja. Kenapa emang?"
Jojo balas tersenyum bersyukur. Karena apa yang baru saja ia lihat adalah wajah Haru yang terlihat murung tak seperti biasa.
"Ngomong-ngomong, kayaknya lo belum dekat banget ya sama Kak Yuane?"
"Belum, atau mungkin ga akan pernah"
Jojo mengernyit, disentuhnya dahi Haru, barangkali mungkin lelaki itu tengah berhalusinasi atau kelelahan, "kok gitu?
"Gak tau," jawabnya singkat.
"Tapi Ru beneran deh Kak Yuane cantiknya dua kali lipat semenjak jadi Kakak lo"
Haru mengedikkan bahu, mencoba tak peduli dan membiarkan Jojo berkhayal bersama angan nya sendiri, "terserah. Itupun kalau lo ga takut habis ditangan Kak Dobby"
"Jadi beneran boleh nih?"
Memejamkan mata kesal, Haru sedikit terbawa emosi ketika Jojo tak henti-hentinya bertanya. Sungguh, yang kali ini Haru butuhkan hanya ketenangan bukan ocehan tak jelas yang membuat kepalanya berdenyut pusing.
"Ngoceh sekali lagi, ga gue bolehin lo masuk rumah satu minggu," ancamnya diiringi nada kesal.
Bak diterpa ancaman angin badai secara tiba-tiba, Jojo lantas diam seribu bahasa tak lagi mengeluarkan suara.Tak diperbolehkan datang kerumah Haru adalah sebuah bencana.
Setidaknya jika Jojo pergi kerumah Haru sekali saja, maka ia akan menghemat uang jajan sekitar duapuluh ribu, itu berarti cukup untuk sebungkus nasi padang plus es teh manis satu gelas.
Perihal bagaimana pelitnya Jojo sepertinya hal itu tak harus dipertanyakan. Jojo memang agak sensitif jika ia diminta untuk ditraktir teman-temannya, bahkan Haru sekalipun. Dan tak ada yang tahu secara pasti alasan dibalik mengapa Jojo agak bakhil jika menyangkut soal makanan. Cukup aneh? memang.
Lima menit berlalu, bel kbm pertama berbunyi menandakan tujuh atau delapan menit yang akan datang guru akan memasuki kelas mereka.
Haru hanya diam sedari tadi, menikmati hilir angin pagi dari jendela yang sengaja ia buka guna sedikit membuka celah agar udara masuk kedalam kelas.
Tak ada yang berani mengganggunya barang sedikitpun, sampai kehadiran seseorang menarik atensi Haru dengan membawa sekotak susu berukuran sedang.
Haru mendongak sedikit memicingkan mata akibat cahaya pagi yang masuk menembus jendela kaca.
"Kak Adam?" tanyanya saat melihat presensi Adam didepan mata.
"Nih, buat lo" ucap Adam seraya memberikan susu kotak yang sengaja ia bawa tadi dari kantin sekolah.
Haru mengernyit sedikit memicing curiga pada sosok lelaki dihadapannya, "dari siapa?"
Adam adalah sosok remaja yang tak senang berbasa-basi, lantas lelaki itu menarik paksa tangan Haru yang terlipat diatas meja dan menaruh kotak susu itu ditelapak tangannya kasar.
"Terima aja, ini dari Yuane!" tukas Adam sebelum pergi tanpa banyak kata.
Haru terdiam untuk beberapa saat, jujur hatinya sedikit hangat. Mungkin, karena ini adalah perhatian pertama yang ia terima dari Yuane setelah sekian lama. Akan tetapi realita kembali menghantam benak Haru, ia lupa akan status mereka yang hanya bersanding sebagai adik-kakak.
Rasa-rasanya Haru ingin berteriak kencang mengapa bisa takdir sedikit tak adil menghadirkan Yuane sebagai seorang kakak dihidupnya.
Agak sakit, tapi tak apa mungkin satu atau dua pekan kedepan Haru akan mulai beritikad untuk menghilangkan rasa ini jauh-jauh dari dalam benaknya.
Itupun mungkin.
Yuane
(Shin Yuna)
KAMU SEDANG MEMBACA
Homescapes
Teen FictionHaru tak pernah menyangka seseorang yang disukainya sejak lama akan berakhir satu atap dengannya. Jika saja waktu bisa diputar, ia akan menentang acara sakral itu dan mengungkapkan perasaannya secara gamblang.