Bab 1-Kecupan Terima Kasih

4.9K 255 0
                                    

Bella yang telah rapi dengan seragam sekolahnya melangkah keluar rumah. Ia membuka ponsel lantas mulai memesan ojek online. Di usianya yang genap 17 tahun, ia belum bisa menyetir motor atau mobil. Sungguh menyedihkan memang.

Suara motor yang menderu kencang dari arah depan rumahnya membuat Bella mendongak. Wajahnya langsung berubah masam ketika menatap sosok lelaki berseragam putih abu-abu yang tengah mengeluarkan motornya dari dalam garasi. Sudah bisa ditebak, lelaki itu melajukan motornya lantas menghentikannya tepat di depan Bella.

“Bareng gue yuk, cantik,” goda Keano dengan mengedipkan sebelah matanya.

“Basi, nggak mempan,” sahut Bella, berdecak kesal setelahnya.

“Rejeki itu nggak boleh ditolak, entar dosa loh. Ditawarin nebeng begini rejeki tau, Bel.”

“Nggak usah sok bijak deh,” sahut Bella dengan melipat tangannya di depan dada. Ia harus menahan kesal setiap berhadapan dengan lelaki yang satu itu.

“Ya udah gue duluan. Jangan nyesel udah nolak boncengan cowok ganteng,” ujar Keano sebelum menutup kaca helmnya, kemudian melanjukan motornya menjauhi Bella.

“Dih, siapa juga yang nyesel? Pede amat.”

***

“Bellaku, cintaku, i love you!” seru Tyas, teman sebangku Bella, satu-satunya gadis yang dekat dengan Bella.

Bella tersenyum lebar sambil melambai, kemudian mendudukkan diri di sebelah Tyas, bangku nomor dua dari belakang. “Ceria amat lo pagi ini, habis ketiban duit?” tanyanya sembari mengeluarkan buku-buku serta alat tulis.

“Enggak. Cuma habis dapet lemparan senyum dari buaya Australia. Lumayan, senyum gantengnya bisa bikin good mood,” ujar Tyas diikuti tawa kecilnya.

Kepala Bella menggeleng pelan. Dia lantas beralih menatap Tyas. “Jangan sampai baper lo. Tau sendiri, Keano kayak gimana.”

Tyas mengangguk-angguk dengan senyum jahilnya. “Iya, iya. Paham yang pawangnya Keano.”

Bella mencebik mendengar ucapan temannya yang satu itu. Tepat saat itulah terasa tendangan di kursinya, lebih tepatnya seseorang menendang kursinya dari belakang. Paham siapa pelakunya, ia langsung menoleh ke belakang dengan melempar sorot tajam. “Nggak usah resek.”

Sang pelaku hanya menanggapi dengan senyum. “Liat PR,” ujar Keano dengan menengadahkan kedua tangannya.

“Liat punya Ajeng aja, punya gue kayaknya banyak yang salah.” Bella lantas menunjuk ke arah Ajeng yang tengah dikerubungi teman sekelas. Maklum, sang ranking satu, pekerjaan rumahnya selalu diconteki.

“Nggak mau. Pokoknya liat punya lo,” ngotot Keano.

“Liat punya Ajeng aja,” ulang Bella.

Keano berdecak. “Lo masih aja nggak pede sama kemampuan sendiri. Takut salah, takut ini, takut itu.”

Wajah Bella langsung mengeras mendengar ucapan Keano. “Nih, gue kasih!” serunya lantas menyerahkan hasil pekerjaan rumah miliknya. Setelahnya, gadis itu langsung berbalik, kembali menghadap ke depan.

Tyas yang sejak tadi mengamati tingkah Bella dan Keano hanya mampu menggelengkan kepalanya. “Ribut mulu lo sama Keano. Awas, entar cinta,” ujarnya dengan menatap Bella.

Bella memutar bola matanya malas. “Nggak mungkin,” sahutnya penuh penekanan.

***

Bella beranjak turun dari atas motor driver ojek online, kemudian menyerahkan helm di kepalanya usai membayar. “Makasih, Pak,” ujarnya dengan senyum ramah.

Playing with Kiss (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang