Hm ... cerita ini mungkin bisa bikin lo love-hate sama Keano. Tapi, tunggu sampe tamat, Keano deserve to be loved. Why? Akan gue jelasin di bab-bab selanjutnya. Pantengin terus.
Vomment-nya kawan, hehe.
***
Keano:
Angel, entar temuin gue di belakang perpus ya.
Angel:
Kapan? Mau ngapain?
Keano:
Jam istirahat.
Ada yang mau gue omongin.Angel:
Oke, sayang.
Keano tertawa singkat membaca balasan Angel. Ia tidak membalas lagi pesan Angel, memilih untuk memasukkan ponselnya ke dalam saku celana. Kepalanya mendongak, menatap Bella yang duduk di depannya sambil menunduk, entah sedang melakukan apa.
“Bel,” panggil Keano, menendang kursi Bella dari belakang, seperti biasa.
Terdengar decakan dari mulut Bella. Ia memutar tubuhnya, menatap tajam ke arah Keano. “Apa?”
Keano mengerjap, sempat mematung sesaat melihat wajah Bella. Dadanya berdebar lebih cepat dari biasanya. Ternyata begini rasanya kalau sudah menyadari bahwa dirinya menyukai Bella.
Nyaris gugup, Keano mampu menutupinya dengan senyum lebar. “Udah ngerjain tugas Bahasa Indonesia?”
Tunggu, bukan ini yang mau ia tanyakan. Ah, sialan.
Bella mengernyit. “Udah. Sejak kapan lo peduli sama tugas?”
“Iya juga. Haha.” Keano tertawa canggung setelahnya.
“Lo waras?” tanya Bella.
“Gue—”
Ucapan Keano sontak terhenti saat merasakan punggung tangan Bella menempel di keningnya. Sebentar, ini jantungnya tiba-tiba lari maraton. Sepertinya lebih baik jika ia tidak menyadari perasaan sukanya kepada Bella. Sebab, setelah ia sadar ternyata efeknya benar-benar mengerikan, jadi mendebarkan begini.
“Nggak panas. Lagi kenapa lo?”
Mengerjap. Keano berdiri dari duduknya. “Gue ... mau ke WC.”
Dengan tergesa, Keano berjalan keluar dari ruang kelas. Shit! Wajahnya terasa panas. Padahal Bella cuma menyentuh keningnya, bukan menciumnya.
***
Berniat serius, begitulah pikir Keano. Ia tidak akan main-main lagi dengan perempuan, cukup fokus pada satu perempuan yang kini sudah bersarang di hatinya. Oleh karena itu, ia akan memutuskan Angel hari ini.
Sebenarnya ada beberapa alasan yang menjadikan dirinya playboy. Ia tidak suka sendirian, apalagi merasa kesepian. Menurutnya dengan terus berpacaran, bisa bersama dan bepergian dengan orang lain, itu akan menghilangkan rasa kesepiannya.
Sejak kecil terutama saat tinggal di Australia, Keano terbiasa sendiri. Dari situlah ada yang membuatnya takut jika sendirian. Ya, ia juga manusia biasa yang bisa merasakan takut dan sedih, bahkan hingga menangis. Hanya saja semua itu berusaha ia tutupi dengan topeng cerianya atau topeng garangnya jika sedang bersama anak-anak geng Ischyros. Sampai sekarang, ia belum sanggup untuk menceritakan kepada orang lain mengenai kegelisahannya, masa lalunya, dan ketakutannya.
“Keano!”
Lamunan Keano buyar, senyum tampan langsung terhias di wajahnya saat melihat Angel tengah melambai ke arahnya. Berjalan mendekat, Keano berdiri tepat di depan Angel.
KAMU SEDANG MEMBACA
Playing with Kiss (On Hold)
Novela Juvenil(Akan dilanjut setelah "His Hug" tamat). "Bella--" "Shut up your mouth!" "Okay. I will shut my mouth, but with your mouth," tutur Keano dengan sudut bibir tertarik ke atas membentuk seulas seringaian tipis. *** Bella merasa nasib sial selalu mengi...