Bab 6-Membujuk Bella

2.4K 144 5
                                    

Di cerita ini bakal ada beberapa bab yang condong ke mature. Nantinya tolong sikapi dengan bijak atau skip kalo ga nyaman😊

Happy reading! Pencet bintangnya dulu qaqa:v

***

Keano terdiam di tempat, masih berusaha menenangkan dirinya. Debar jantungnya menggila sejak tadi. Wajahnya tiba-tiba memanas saat teringat ciuman ganasnya dengan Bella. Gila, sepertinya itu ciuman terganas yang pernah ia lakukan.

Menyugar rambutnya ke belakang, Keano lantas berjalan menuju kamar Bella. Ia berdiri di depan pintu kamar gadis itu yang tertutup rapat.

Keano berdehem sebelum berujar, “Bel ... sorry.”

“Hm,” sahut Bella dari dalam kamarnya.

“Gue pergi ya?”

“Ya.”

“Jangan marah dong, gue cuma nggak mau lo disakiti lagi sama cowok,” tutur Keano dengan tulus.

Namun, sepertinya Bella tidak dapat menangkap ketulusan dalam ucapan Keano. Gadis itu masih dilanda emosi. Terbukti dengan ia yang melempar bantal ke arah pintu. “Iya tau! Pergi sana!” usirnya.

Keano menghela napas panjang. Menyadari kalau Bella masih marah padanya, ia memutar otak untuk membujuk gadis itu.

***

Di hari Sabtu pagi, Keano telah rapi dengan kaus dan celana jeansnya. Rencananya hari ini, ia akan menawarkan sesuatu yang pastinya tidak akan mampu ditolak oleh Bella. Setelahnya Bella pasti akan benar-benar memaafkannya, begitulah pikirnya.

“Mau ke mana?” tanya Mama Keano saat melihat sang anak menaiki motor ninjanya.

“Main sama Bella,” jawab Keano asal sambil memakai helm.

Mama Keano mengangguk-angguk. “Kamu semakin lama semakin dekat aja sama Bella. Yakin kalian temenan aja? Masa sih salah satu dari kalian nggak ada yang naruh perasaan?” tanyanya dengan intonasi bicara yang terdengar bergurau.

Detik itu juga Keano mematung. Namun, tidak lama setelahnya lelaki itu tertawa. “Mama ada-ada aja. Nggak mungkin lah,” ujarnya lantas mengeluarkan motornya dari garasi. “Keano pergi dulu, Mom. Bye!”

Keano melajukan motornya lalu menghentikannya di depan gerbang rumah Bella. Ia memasuki gerbang rumah Bella yang telah terbuka, kemudian berjalan menuju pintu rumah dan mengetuknya.

Pintu rumah terbuka dan menampilkan wajah bantal Bella, terlihat jelas kalau gadis itu baru bangun tidur. “Apa?” tanyanya dengan raut tak suka.

“Gila lo, Bel! Udah mau jam sebelas baru bangun tidur!” kejut Keano dengan mata membulat.

Bella berdecak. “Lo kalau mau ceramahin gue, mending pergi aja.”

Seketika Keano teringat tujuan utamanya menemui Bella. “Nggak kok, sayang. Gue mau ngajak lo ke suatu tempat. Anggep aja buat permintaan maaf gue.”

Bella tampak tertarik. “Ke mana?”

“Ke kafe favorit lo, gue traktir cake atau apapun yang lo suka deh. Gimana?” tawar Keano.

Benar saja, ide Keano sepertinya berhasil, karena Bella langsung berbinar. “Oke. Tunggu sepuluh menit!” ujarnya sebelum berlari memasuki kamarnya.

Keano terkekeh geli melihat tingkah Bella. Ia memutuskan untuk menunggu Bella di luar, karena ia tidak berani masuk jika ada orang tua Bella di hari libur begini. Bagaimana kalau ia ditanya macam-macam oleh orang tua Bella? Mampuslah ia. Dulu saja pernah ditanya tentang nilai, untung saja nilainya selalu lebih bagus dari Bella. Jadi ia tidak malu-malu amat saat menjawab.

Playing with Kiss (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang