Bab 11-Tidur Bersama?

4.8K 189 23
                                    

Karena diriku liat yang baca tambah, jadi makin semangat ngetik. Ehe. Hayuk ramein~

***

Keano masih mendekap Bella sambil mengelus pelan punggung gadis itu. "Kakak lo pulang?" tanyanya, lembut.

Tangis Bella seketika terhenti. Dengan mata memerah dan berair, ia mendongak untuk menatap Keano.

"Kok lo tau?"

"Tau lah. Apa sih yang nggak gue tau tentang lo?" ucap Keano, tersenyum.

Bella diam saja saat tangan Keano terulur dan mengusap lembut sisa air mata di wajahnya. Di satu sisi, ia tidak menyukai sifat Keano yang kadang suka mengaturnya, contohnya saja dalam menjalin hubungan dengan lelaki lain. Namun, di sisi lain, ia bersyukur ada Keano di sisinya, satu-satunya sahabat yang ia punya dan mengerti tentang dirinya, keresahannya, dan kesedihannya.

"Ikut gue yuk," ajak Keano, menarik tangan Bella menuju rumahnya.

"Ke mana?"

Keano menoleh, menyengir lebar. "Makan angin, kalau kata Upin-Ipin."

Bella mendengkus. Namun, senyumnya muncul. Keano memang tahu bagaimana cara membuat perasaannya menjadi lebih baik.

Menaiki motor ninja Keano, Bella lantas memeluk pinggang lelaki itu dari belakang. Ia tidak tahu saja kalau tindakannya membuat Keano menahan napas, berdebar pun gugup.

Berdehem singkat, barulah Keano melajukan motornya. Ia berusaha bersikap tenang saat merasakan pelukan Bella mengerat, apalagi dagu Bella kini bertumpu di pundaknya. Astaga, efek jatuh cinta yang sesungguhnya amat mengerikan.

Keano menyetir asal, awalnya tanpa tujuan, sesekali ia mempercepat laju motornya saat jalanan sepi. Puas makan angin selama hampir setengah jam, Keano lantas memberhentikan laju motornya di taman kota.

Beranjak turun dari motor, Keano melepas helm di kepala Bella dengan suka rela. Apapun akan ia lakukan demi ayang Bella. Tersenyum, Keano meraih tangan Bella lantas menggenggamnya.

Bella tidak menolak perlakuan Keano. Kedua remaja itu kini berjalan santai di bawah pepohonan rindang yang ada di taman kota, sesekali menatap anak-anak yang sedang berlarian.

Menunduk, Keano melirik Bella sejenak. "Hubungan kita aneh nggak sih?" tanyanya. Kode, kode.

"Aneh. Mana ada sahabat yang pegangan tangan, pelukan, ciuman," jawab Bella, santai, tanpa menatap Keano. Ternyata ia tidak menyadari kalimat Keano mengandung kode.

Mendengkus karena Bella tidak peka, Keano pun menghentikan langkahnya. Ia menatap Bella sepenuhnya, iris cokelatnya menyorot serius.

"Kalau gitu, lo mau gue resmiin nggak?"

Bella mengerjap, kemudian berdecak. "Lo kalau mau bercanda jangan sekarang, gue lagi nggak mood."

Keano tertawa, miris. Ternyata Bella tidak menganggapnya serius.

***

Keano baru saja selesai mandi. Jam sudah menunjukkan pukul sembilan malam. Tadi ia "makan angin" dengan Bella sampai lupa waktu, alhasil mereka baru sampai rumah malam hari.

Meraih handuk untuk mengeringkan rambutnya yang basah, gerakan tangan Keano seketika terhenti saat mendengar bel rumahnya berbunyi. Mengernyit, ia berjalan menuju pintu lantas membukanya.

"Bella? Ngapain?" heran Keano. Cukup terkejut Bella mengunjunginya malam-malam, apalagi gadis itu sudah lengkap dengan baju tidurnya.

"Gue pingin tidur di rumah lo."

Playing with Kiss (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang