Bab 12-Pembalasan Dendam

3K 125 4
                                    

Monmaap cerita ini slow update (mungkin seminggu sekali). Soalnya mau fokus namatin “His Future”. Plus, lagi lancar idenya nulis di second account @ainjae

Pasti bakal gue tamatin kok cerita ini. Cuma ya itu tadi, mungkin seminggu sekali update-nya. Sebenernya ini cerita udah kesusun rapi outline-nya, dari awal, tengah, konflik puncak, ending. Cuma ... au ah, cuma-cuma mulu😩

***

Bentakan Bella membuat Keano tersadar. Dengan tergesa lelaki itu menjauh dari Bella dan beranjak berdiri. Napas Keano tampak tak beraturan, matanya sayup pun gelap.

“Sorry,” lirih Keano, serak.

Tanpa menunggu respon Bella, Keano langsung berjalan cepat memasuki rumah. Sedangkan Bella, ia terdiam di tempat. Masih syok dan tengah mengatur napasnya.

Tak dapat Bella bayangkan seandainya kegiatan tadi berlanjut dan semakin jauh. Bergidik ngeri, Bella beranjak dari duduknya. Ia nyaris saja jatuh kalau tidak langsung berpegangan pada bangku. Astaga, ternyata kakinya sampai lemas, efek ciuman Keano sungguh mengerikan.

Kembali memasuki rumah, Bella berjalan menuju kamar Keano untuk melanjutkan tidurnya. Namun, langkahnya terhenti saat melihat Keano keluar dari kamar dengan membawa handuk.

“Lo ... mau ngapain?”

“Mandi,” jawab Keano, singkat. Ia lantas berjalan menuju kamar mandi di dekat dapur.

Bella yang mendengarnya mengerjap bingung. Mandi semalam ini? Untuk apa?

***

Seharian ini Keano menghindar, itulah yang Bella rasakan di keesokan paginya. Saat mereka baru bangun tidur dan Bella hendak berpamitan pulang, Keano hanya menanggapi dengan singkat, bahkan lelaki itu tidak mau menatapnya. Saat ini, di sekolah pun sama. Keano seperti menghindarinya.

Heran, Bella memutar tubuhnya menghadap ke belakang, menatap Keano yang tengah menunduk sambil berkutat pada ponselnya.

“Keano,” panggil Bella.

“Hm?” sahut Keano tanpa menatap Bella.

“Lo kenapa sih?”

Tak menyahut, Keano hanya menggeleng singkat sebagai respon.

“Gue ada salah apa sama lo?” kesal Bella. Nyatanya, dicueki oleh Keano tidak enak. Terbiasa setiap hari membuat rusuh hingga ia naik darah, tetapi seharian ini Keano seolah menganggapnya seperti orang asing.

Keano bungkam, tak menanggapi.

“Ya udah kalau lo nggak mau jawab, gue juga nggak mau jawab kalau lo tanya sesuatu.”

Tepat setelah Bella berucap seperti itu, Keano langsung berdiri dan menarik tangan Bella. “Ikut gue, kita jangan ngomong di sini,” tuturnya, membawa Bella berdiri.

Menurut, Bella menyejajarkan langkahnya dengan Keano, berjalan keluar kelas. Mereka berhenti melangkah saat tiba di area belakang perpustakaan yang sepi.

“Jadi?” tanya Bella tanpa berbasa-basi.

Keano menunduk, iris cokelat terangnya memaku tepat ke iris hitam pekat Bella. “Gue cuma nggak mau deket-deket dulu sama lo.”

“Emang kenapa sih?” heran Bella.

“Kenapa? Lo nggak paham?”

Bella menggeleng dengan raut bingung.

“Bahaya kalau gue deket sama lo melulu.”

Bella semakin bingung, terbukti dari keningnya yang berkerut dalam.

Playing with Kiss (On Hold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang