Seperti yang dikatakan Lisa. Hari ini dia telah menghubungi Kai untuk mengunjungi putranya di ruamah sakit. Jennie sudah berangkat ke kantornya sejak tadi.
"Maaf Mrs. Manoban seorang pria mencari anda diluar.."
"Eoh.. terima kasih suster aku akan keluar sebentar lagi.."
Liam hanya menatap Dadanya meletakkan nampang buburnya. "Tunggu.. Dada akan kembaki sebentar lagi.." ujar Lisa membuat pria kecil itu mengangguk lemah.
Lisa berjalan kearah pintu dan keliar dari ruanga itu. Dia melihat Kai berdiri disana.
"Maaf jika aku menganggu waktumu.. kau bisa masuk sekarang.."ujar Lisa menyuruh Kai untuk masuk. "Aku akan ke Cafetaria.. kabari saja jika kau sudah selesai.."
Kai mengangguk dan melihat kepergian Lisa. Dia tersenyum menyeringai lalu membuka pintu ruangan itu.
"Hai Baby.." sapa kai membuat pria kecil itu menoleh.
"D-daddy.."
Kai menarik kursi disamping brankar Liam laku mengusap kepala pria kecil itu.
"Kenapa sakit..? Merindukan Daddy..?"
Liam mengangguk dengan mata yang berbinar.
"Kenapa Daddy tidak menemui Liam disekolah lagi..?"
"Maafkan Daddy sayang.. Daddy sibuk mengurus perusahaan Daddy makanya Daddy tidak bisa menemuimu.."
Mereka akhirnya saling mengobrol dan Kai juga menyuapi Liam bubur yang diletakkan Lisa tadi. Sedangkan ditempat lain Lisa hanya menatap kosong kearah jendela di cafetaria itu.
"Apa aku benar mengambil keputusan ini.. aku tidak ingin melihat Liam sakit.." ujarnya.
"Aku tidak tahu.. tapi aku lebih khawatir jika Jennie tahu Lisa.." ujar Haein. Pada dasarnya ketika Kai sampai Lisa menghubungi Haein untuk menemuinya di Cafetaria rumah sakit.
"Ini sakit Oppa.. hikss.." ujarnya menundukan kepala.
"Kau hanya butuh berbicara pada Liam nantinya.. anak itu cerdas Lisa dia akan mengerti semuanya.. semakin kau membiarkan dia bertemu dengan Kai dia akan semakin jauh darimu.. dan kita tidak tahu apa maksud Kai mendekati Liam.."
"Kai masih mencintai Jennie.. aku yakin itu Oppa.."
"Tapi Jennie memilihmu.. kau harus menemui putramu sekarang jangan biarkan pria itu semakin lama bersamanya.. sore nanti aku akan kembali bersama Jisoo dan Earth.."
Lisa akhirnya mengangguk setuju apa yang dikatakan Haein.
Jennie berjalan dikoridor rumah sakit menuju ruangan putranya. Meetingnya dibatalkan karena ada sedikit kendala dengan clientnya. Dia baru saja membuka pintu ruangan itu kaget melihat seorang pria yang membelakanginya bermain dengan Liam. Liam terus tertawa karena Kai bertingkah Lucu didepannya.
"Siapa anda..?" Tanya Jennie. Kai menoleh dan tersenyum padanya. "Apa yang kau lakukan disini..? Dan sejak kapan kau mengenal putraku..?"
"Eoh Jennie.. maaf aku hanya menjenguknya.. aku dengar jika putramu masuk kerumah sakit karena demam makanya aku kemari dan kebetulan juga aku mengunjungi temanku disini.."
Jennie menoleh kearah putranya lalu kembali menatap Kai.
"Maaf.. tapi lebih baik kau pergi dari sini.."
"T-tapi aku hanya--"
"Terima kasih karena telah mengunjungi Liam.. tapi maaf aku tidak terbiasa jika putraku dekat dengan orang lain.."
"Orang lain..? Kita pernah--"
"Sekali lagi aku memintamu untuk keluar Kim Jongin.." suara datar itu akhrinya membuat Kai mengangguk dan keluar dari ruangan itu.
"Liam mengenalnya..?"
"Nee.. katanya dia teman Mommy dan Dada.. Liam selalu bermain bersamanya disekolah ketika Dada terlambat menjemput Liam.."
"Jangan dekat dengannya lagi.. Mommy tidak suka jika Lia. terus bermain dengan orang asing.."
"Kenapa Mommy.. Daddy Kai baik.."
"Daddy.. kau memanggilnya Daddy..?"
Anak itu tertunduk takut karena melihat ekspresi berbeda dari sang Mommy.
"Jujur pada Mommy Liam..?"
"Maafkan Liam Mom.."
Pintu ruangannya terbuja membuat Jennie menoleh. Lisa kaget karena mendapati Jennie disana dan mencari keberadaan Kai.
"Kamu dari mana.. dan apa kamu tahu jika Kai tadi disini..?"
"Kamu melihatnya..?" Jennie menatapnya seakan meminta penjelasanan "Aku akan menjelaskannya nanti Honey.." tambah Lisa.
Lisa langsung menghampiri putranya dan tersenyum hangat padanya.
"Hei jagoan Dada.. apa Liam masih merasa pusing..?" Tanya Lisa yang dijawab gelengan oleh pria kecil itu. "Waaww Jagoan Dada hebat bahkan makanannya habis.. di suapin Daddy Kai..?"
"Lisa..?"
"Yasudah.. Liam istirahat lagi yah biar cepat sembuh.. oke.."
Pria kecil itu mengangguk menuruti apa yang dikatakan Lisa. Lisa mengusap kepala anaknya hingga beberapa menit kemudian tertidur pulas.
Jennie berjalan kembali mendekati brankar putranya.
"Lisa.. aku ingin bicara padamu diluar.."
Lisa menghela nafas kasar akhirnya berdiri mengikuti langkah kaki Jennie. Sesampai diluar Lisa hanya diam membuat Jennie semakin bingun.
"Jelaskan padaku Lisa..?"
"Duduklah aku akan menceritakannya padamu.. hari dimana kita mengadakan makan malam bersama dirumah.. aku menjemput Liam di sekolahnya dan aku melihat Kai ada disana tapi sebelum itu beberapa bulan yang lalu Haein Oppa pernah bilang jika seseorang selalu menemani Liam disekolahnya makanya dia sering kelelahan.. aku mencari tahu mulai hari itu juga tapi aku tidak menemukannya jadi aku berfikir mungkin Haein Oppa salah orang.. hingga minggu akhirnya aku melihatnya sendiri.. aku mendengar bagaimana Liam memanggilnya Daddy.. dan bahkan kemarin sebelum kita membawa Liam kerumah sakit dia terus menyebut nama Daddy.. makanya aku menelpon Kai untuk mengunjunginya karena aku yakin Liam sakit bukan karena kelelahan tapi dia merindukannya.." jelas Lisa panjang lebar.
"Kenapa kau tidak pernah menceritakan padaku..?"
"Kamu sedang hamil dan aku tidak ingin membuatmu Stress J.."
"Tapi bukan berarti kamu menyembunyikannya sejauh ini Lisa.. kamu Dadanya, kamu orang tua kandungnya dan harusnya kamu tidak mempertemukan dia dengan pria itu.."
"Bagaimana jika Liam butuh Daddy bukan Dada..?"
"Sebesar apapun Liam membutuhkan Daddy kamu tetap Dadanya dan tidak ada yang bisa mengubah itu Lisa.."
"Aku takut J.. aku takut suatu saat nanti dia malu memiliki orangtua sepertiku.." ujar Lisa lirih.
Jennie menarik tubuh Lisa untuk dipeluknya. "Kita orangtuanya Honey.. tidak ada yang bisa mengubah itu.. jika perlu Liam akan homeschooling, aku juga tidak ingin jika anakku dekat dengan pria itu.."
"Tidak J.. Liam butuh dunia luar, dia butuh teman di luar sana.. dia hanya butuh waktu untuk mengerti semua.."
"Oke baiklah.. tapi jangan memikirkan yang tidak-tidak tentang dirimu.. kamu Dadanya sayang.. Liam anak kita.." ujar Jennie menangkup wajah Lisa.
Lisa mengangguk lemah. Setidaknya Jennie sudah tahu semuanya. Mereka kembali masuk keruangan Liam dan melihat pria kecil itu tertidur lelap.
Jennie manatap istrinya Lirih. Dia merasa sakit dengan apa yang baru saja dia ketahui.
'Kamu melakukan yang terbaik Honey.. kamu lebih baik dibanding pria diluar sana.. aku bangga padamu Lisa..'
●●●●●●●
Typo bertebaran 🙏🙏
