"Daddy lempar bolanya.."
Seorang pria melempar bola itu begitu sangat tinggi membuat pria kecil itu berlari untuk menangkapnya.
"Awas jatuh."ujar pria itu.
Namun sedetik kemudian pria kecil itu terjatuh membuat lututnya berdarah.
"Hiksss.. Mommy.. Dada.."
Pria itu segera berlari kearahnya untuk mengangkat anak itu.
"Daddy sudah memperingatimu, tapi kau malah berlari."
"Hikss... Maafkan Liam Daddy." Liam terus terisak kerena luka dilututnya.
"Sudah jangan menagis.. Daddy akan mengobatinya.."
Kai mengendong anak itu kekursi panjang ditaman sekolahnya. Setiap istirahat kai menghampirinya dan mengajaknya bermain. Earth hanya melihat mereka, dia tidak ingin bergabung dan takut kelelahan. Earth selalu memperingati Liam untuk tidak terlalu bermain dan kelelahan tapi anak itu tidak pernah mendengarkannya.
"Sudah jangan menangis.. Anak laki-laki harus kuat.. Luka sekecil ini belum ada apa-apanya.." Ujar Kai.
Liam hanya sesegukan karena isakannya tadi. Dia mencoba untuk berhenti menangis melihat darah di lututnya.
"Tunggu Daddy disini. Daddy akan membawakan obat untukmu." Kai meninggalkan pria kecil itu.
Earth yang melihat kai pergi pun menghampiri Liam.
"Aku sudah memperingatimu Liam jangan bermain dengannya lagi.. lihatlah lututmu berdarah karena uncle itu."
"Dia Daddyku Earth. Aku senang bermain dengannya."
"Tidak.. Dia bukan Daddymu.. Cuman Dada dan Mommy J orang tuamu Liam.."
Liam tidak peduli apa yang dikatakan Earth. Hingga kai kembali membawa plester untuk luka Liam. Kai melirik Earth yang ada disamping Liam.
"Setelah ini kembali kekelsmu. Daddy akan kembali kekantor." Ujarnya.
"Nee Daddy."
Setelah selesi membersihkan Luka anak itu Kai meninggalkan mereka. Liam dibantu oleh Earth untuk masuk kekelasnya.
Jam pulang mereka telah tiba. Sejak tadi Lisa sudah menunggu putranya namun tidak ada tanda-tanda orang lain yang datang seperti yang dikatakan Haein.
"Dadaaaa~"
Lisa mengembangkan senyumnya melihat Liam berlari kearahnya.
"Hai baby. Bagaimana hari ini, apa menyenangkan.?"
"Tentu Dada."
Lisa ingin menggendong putranya namun melihat plater dilutut anak itu.
"Ini kenapa baby. Kau terjatuh.?"
"Nee Dada. Liam jatuh saat mengejar bola."
"Terus siapa yang mengobatinya.?"
"Teman Liam Dada. Teman Liam selalu datang jika Liam istirahat." Jawabnya jujur.
Lisa merapikan rambut putranya. "Dengarkan Dada. Liam tidak boleh bermain dengan orang yang Liam tidak tahu jelas dia siapa. Dada sama Mommy takut jika terjadi sesuatu padamu sayang. Bagaimana jika teman Liam itu menyakiti Liam.?"
"Teman Liam tidak jahat dada. Teman Liam selalu menemani Liam bermain." Katanya cemberut.
"Oke. Tapi Dada tidak ingin melihat luka lain lagi seperti ini. Liam harus hati-hati bermain apa pun itu."kata Lisa yang diangguki oleh anak itu.
Mereka telah sampai di Mansion, Liam langsung berlari kearah kamarnya sedangkan Lisa masuk kekamarnya juga.
"Dimana Liam...?" Tanya Jennie.