23 | Fears

301 68 20
                                    

Jangan lupa VOTE ya frenn kalau kalian suka dengan ceritanya. 🌜🌛
Tinggalkan COMMENT kalau ada masukan, kritik maupun saran. 🌚

Terima kasih sudah mau mengapresiasi cerita ini
🤜🏻🤛🏻

"Diam! Ada yang datang!"

Suara itu.
Dia terdengar seperti seorang laki-laki yang pernah Deeta temui!

Derit pintu yang dibuka membuat debar jantung Deeta kian berdegub kencang. Di satu sisi ia takut pada orang yang membekapnya. Dan di sisi lain, Deeta merasa cemas dengan orang yang baru saja datang membuka pintu.

"Kau yakin dia bersembunyi disini?"

"Aku tidak mungkin salah liat. Jelas-jelas tadi dia masuk ke dalam."

"Tapi masih ada yang mencuci. Lihat! Ada cucian disini. Mana mungkin dia menerobos masuk kalau ada orang di dalamnya."

"Masa aku salah orang. Sepertinya tadi itu benar dia kok!"

"Disini tidak ada siapa-siapa! Bahkan orang bodoh mana yang meninggalkan pakaian dalam dan cuciannya tergeletak begini. (tertawa geli) Dia pasti sudah gila."

"Um, um, umm!!!"
(Punyaku!!!)

Shit.
Deeta bergumam.

"Kau mengatakan sesuatu?"

"Tidak."

Menelan ludahnya susah payah, Deeta merutuki kebodohannya. Bagaimana jika dua pria itu justru malah lebih menyeramkan daripada orang yang membekapnya?

Sejenak, keheningan merayapi udara lebih lama. Membuat segumul ketakutan semakin besar mengerubungi pikiran Deeta, juga orang di belakangnya.

Lantaran atmosfer sunyi senyap kian merebak. Bisa dirasakan pandangan dua pria itu tengah mengedari setiap sudut tempat binatu.

Menerka-nerka hal buruk akan terjadi. Ingin rasanya Deeta berteriak sekarang juga.
Namun sebelum itu dilakukan, lelaki yang membekapnya berhasil menarik Deeta mendekat mundur.

Tangan kiri kekarnya mengunci pelukan didepan dada. Salah satu tangan yang lain kian menekan mulut. Sesekali telapaknya menutupi jalur pernapasan Deeta, hingga ia merasa kesulitan mencari udara.

Kedua belikat Deeta sudah menempel tepat di depan dada bidang itu. Saking dekatnya, ia bisa memperkirakan jarak di antara mereka hanya tersisa lima senti. Berdiri berhimpitan dengan seorang laki-laki di tengah situasi tegang mencekam, sama sekali tidak pernah Deeta harapkan.

Lelaki di belakangnya ini sungguh pintar membangun gagasan yang membuat Deeta pusing bukan kepalang.

"Ck, sebenarnya apa yang bos kita cari. Dari siang tadi kita terus menguntitnya. Tapi tidak satu pun informasi yang kita temukan."

"Kalau dia tidak melawan dan membuat keributan. Mungkin sekarang kita sudah bisa menyusup ke dalam apartemennya."

"Bukankah yang harus kita cari tau adalah adiknya?"

"Entahlah. Bagaimanapun juga kita harus dapatkan informasi keduanya. Ayo pergi, tidak ada gunanya lagi disini!"

Lelaki yang membekap Deeta memajukan kepalanya, hendak mengintip. Helai rambutnya mengganggu wajah Deeta yang saat itu masih kesulitan untuk bernapas. Menunduk dan menjauhkan kepala darinya, bisa Deeta lihat ada noda darah di buku-buku jari lelaki ini. Apa dia habis menghajar dua pria tadi?

URL : UnReaLity Never EndTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang