merawat

1.1K 242 16
                                    

Setelah berdebat panjang dengan pikirannya, Baji pun akhirnya memilih untuk merawat Takemichi seorang diri.

Jika ia meminta bantuan ibu atau para teman dajjal nya itu, bukannya akan sembuh Takemichi mungkin akan tambah sakit karena keributan yang mereka buat.

Dengan perlahan Baji mulai berjalan mendekati Takemichi yang tertidur disofa, mengangkat tubuh ringan dan kecil itu lalu membawanya kedalam kamar.

Wajah Takemichi semakin memerah akibat suhu tubuhnya, ditambah pakaian yang tadi ia kenakan sedikit basah karena mantel yang Baji berikan tadi sedikit berlubang.

Kamar Takemichi berada di lantai dua, terlihat di sana sebuah ruangan dengan pintu dengan sebuah papan bertuliskan 'Takemichi'. Dengan segera, Baji membuka pintu itu dan terlihat suasana kamar sang kekasih yang hangat dan sunyi.


Iyalah bego, kan kagak ada orangnya.


Pemuda bersurai panjang ini berjalan menuju ranjang, menidurkan Takemichi dengan perlahan agar sang empu tidak terbangun. Wajah Takemichi yang berkeringat ia lap dengan sapu tangan, dahi lebar itu ia cium dengan penuh ketulusan.

"Hah, seharusnya aku datang lebih awal tadi" Guman Baji yang terus memandangi wajah Takemichi.

"Jadi sekarang apa yang harus aku lakukan? "


Baji kembali berpikir, bingung dengan apa yang harus ia lakukan sekarang. Maklum pemuda titisan kunti ini tak pernah merawat orang sakit.

Saat Baji tengah berpikir keras, manik cokelat itu melihat kearah tubuh Takemichi, lebih tepatnya pakaian yang pemuda manis ini kenakan.

Terlihat kaos hitam yang Takemichi kenakan itu sedikit basah, mungkin karena hujan tadi, pikir si kunti.

Karena mungkin otak Baji telah di servis sebelum dirinya menjemput Takemichi, dengan cekatan ia segera berjalan menuju lemari, memilih baju yang mungkin cocok untuk Takemichi kenakan.

Tapi bukannya memilih baju, si wahyu ini malah asik jelalatan melihat berbagai macam celana dalam yang Takemichi punya. Mulai dari yang berwarna merah sampai kuning pun ia lihat, sampai batuk Takemichi yang menyadarkan dirinya akan khayalan yang sesat.


Segera, setelah mendapatkan baju yang pas untuk Takemichi, pemuda tampan ini mulai mendekat, mengangkat tubuh kecil itu agar lebih mudah untuk mengganti pakaiannya.

Kaos hitam itu mulai terlepas dari tubuh Takemichi, dan terlihatlah kulit mulus dan lembut Takemichi. Yang mana hal itu sedikit membuat iman Baji tergoyah, namun saat ini kesehatan Takemichi adalah yang terpenting.

Masalah nafsu bisa kapan-kapan.


Setelah selesai mengganti pakaian Takemichi, Baji pun mulai menyelimuti Takemichi. Mengambil perlengkapan p3k yang terletak pada sebuah lemari kaca di sana.

Mengambil termometer dan memasukkannya kedalam mulut Takemichi, menunggu sebentar dan melihat suhu badan Takemichi saat ini.

'39, sangat panas' batin Baji.



Baji pun mulai berjalan menuju dapur, mengambil sebuah mangkuk dan mengisinya dengan air , tak lupa ia membawa sebuah kain bersih untuk basuhan nanti.

Dengan telaten, Baji mulai mengompres Takemichi dengan penuh kelembutan. Tubuh kekar itu ia bawa untuk duduk samping Takemichi, menggenggam telapak Takemichi kemudian menciumnya.

















Waktu sudah menunjukan pukul 7 malam, dan untungnya demam Takemichi sudah membaik, bahkan pemuda manis ini telah bangun dengan wajah yang masih pucat.

Manik biru laut itu memandangi seluruh isi kamarnya, terlihat diatas meja sebuah bubur yang masih hangat dengan segelas air putih di sana.

Sebelum Takemichi bangkit untuk meregangkan diri, tubuh kecil itu telah ditahan oleh dua tangan kelas yang senantiasa memeluk pinggangnya.

"Jangan..... Pergi" Guman Baji tanpa melepaskan pelukannya pada Takemichi.

Takemichi pun hanya tersenyum kecil, tangannya ia bawa untuk mengelus surai panjang dan halus sang kekasih.


'Sebenarnya yang sakit ini kau atau aku, Baji san' batin Takemichi yang sedikit menjerit.



Bubur yang tadi terletak diatas meja kini sudah berada di pangkuan Takemichi, jari lentik itu membawa sendok berisi bubur masuk kedalam mulutnya.

'Sedikit asin, tapi lumayan' Takemichi dengan tersenyum tipis.

Ia terus memakan bubur itu sampai habis tak tersisa, meskipun rasanya sedikit mirip dengan racun tapi itu adalah masakan sang kekasih. Tak baik membuang apa yang orang buat untuk dirinya.

Setidaknya tubuh serta sistem pencernaan Takemichi mampu mencerna seluruh bubur itu.




"Takemichi?! Kapan kau bangun?! " Teriak Baji tepat di telinga Takemichi.

Membuat sang empu harus memukul pelan kepala si kunti ini.

"Sejak tadi" Balas Takemichi dengan tangan yang mengelus lembut surai hitam itu.

Baji pun hanya menikmati setiap elusan yang Takemichi lakukan. Manik cokelat itu ia bawa untuk melihat wajah Takemichi yang pucat dan berkeringat.

"Sudah lebih baik? " Tanya Baji yang sedikit khawatir.

"Ya, ini karena kau yang merawatnya, Baji san" Jawab Takemichi sedikit terkekeh.

Baji pun hanya diam tersipu malu, tubuh kecil itu ia bawa untuk masuk kedalam pelukan hangatnya. Surai pirang yang telah basah karena keringat itu ia cium dengan lembut.

"Setelah ini kau harus memberiku servis, Takemichi" Ucap Baji dengan nada menggoda.

Tak lupa sebuah seringai tipis yang terbit di kedua sudut bibir Baji. Membuat Takemichi harus memerah padam karena tau servis yang Baji maksud.






"Kau bajingan, Keisuke! "





















































Agak garing menurut aing:)

Niatnya mau up besok ae, tapi karena libur jadi hari ini . Lumayan biar ada kerjaan:D

 Lumayan biar ada kerjaan:D

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pinterest.

Twisted Friend [Baji x Takemichi] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang