13. || 🍃 End this

545 68 7
                                    

Setelah umpatan itu keluar, satu bogeman keras mendarat tepat di wajah theo.Pukulan secara mendadak itu membuat theo tersungkur kelantai, dan tentu saja membuat anak-anak yang lain panik.

"Kalau lo cuma ngejadiin jihan isengan seharusnya gw gapernah ngijinin lo deketin dia sialan! Anjing lo" Dion menggebu-gebu, dia mendaratkan satu pukulan lagi yang langsung dibalas oleh theo.

Satu pukulan theo mendarat tepat dipipi kiri dion.Juan juga jean berusaha melerai, tapi ditahan oleh bang tama yang tampak tak peduli dan membiarkan mereka terus berkelahi.Ia hanya memandang mereka dengan tatapan datarnya.

Pukulan demi pukulan secara bergantian dilayangkan dion dan theo.Sudut bibir mereka masing-masing bahkan mengeluarkan cairan merah, pipi lebam dan keringat yang mengalir.

Teman-teman yang lain bingung, dion dan theo berkelahi seperti ini seolah mereka tak saling mengenal.Mereka juga bingung, kenapa bang tama melarang mereka untuk melerai perkelahian ini?

Dion hampir saja mendaratkan satu pukulan lagi , namun urung saat jihan menahan tangannya.

"Stop. Mau sampe kapan kalian saling pukul kaya gini? Sampe salah satu dari kalian mati? Iya?" Ucap jihan, nada nya datar tapi memancarkan emosi dan juga lirih.

Anak-anak memandang jihan, sialan.Melihat wajah jihan dion semakin berang.

"Keluar" ucap bang tama.

"Kita keluar! , Biarin dion sama jihan disini.Lo juga theo, kanaya." Lanjutnya sambil berjalan keluar lebih dulu.

Mereka semua mengangguk, satu persatu berjalan keluar.Sebelum keluar, theo sempat melirik jihan.Rasanya theo ingin mengutuk dirinya sendiri begitu melihat jejak air mata di pipi mulus jihan.

Sepeninggal teman-temannya, dion juga jihan hanya diam.Sekilas dion melirik jihan, gadis itu hanya diam saja tapi sorot matanya menjelaskan segalanya.

Helaan nafas berat keluar dari mulut dion, ia mendudukkan diri di sofa.Menatap frustasi lantai dihadapannya, ia juga mendengar langkah kaki jihan yang berjalan menjauh.Dion semakin bingung, ia mengacak rambutnya, menyandarkan kepalanya dan memejamkan mata.

Masih tersimpan jelas dalam ingatannya, saat pertama kali jihan memberitahu hubungannya dengan theo.Gadis itu terlihat begitu bahagia saat itu, dan juga bagaimana theo pria dengan wajah tampan itu mendatangi nya dan meminta izin padanya untuk mempercayakan jihan padanya.

Dion tidak merasa resah saat itu, dia tau theo laki-laki baik.Jihan akan aman bersamanya, dan mungkin juga dia akan memberikan kebahagiaan padanya.

Jihan kembali dengan kotak obat ditangan nya, mendudukkan dirinya disamping dion

Dion menatap jihan, ia menghela nafas,  "maaf"

Tidak ada balasan apapun dari jihan, dia justru terlihat sibuk menuangkan obat merah di kapas.

"Biarin aja, cuma luka kecil" ucap dion sembari terus menatap jihan.Kini tatapan nya mendapat balasan dari jihan, ia menatap nya juga.

Jihan mengangguk, "Hooh, luka biasa"

"Sshhh, pelan-pelan ji, sakit" ringis dion saat kapas dengan obat merah itu mendarat di luka nya.

Jihan memang sengaja menekan nya, dia kesal sangat kesal.

"Sakit ya? Aaa, tadi aja waktu berantem udah kaya jagoan banget.Ngga kerasa tuh sama sakitnya"

Dion tertawa, membuat jihan menatap tajam tepat kearahnya.

"Ada yang lucu?" Ketus jihan dengan wajah kesal

Bukannya menjawab dion justru semakin tertawa sambil mencubit hidung jihan.

"Lo gapapa?--ah bukan, harusnya gw bilang..

Dion menggantung ucapannya, ia merubah posisi nya menghadap jihan, diraihnya kedua tangan jihan untuk ia genggam.

"Lo nggak sendirian boncel, ada gw ada jenisa dan juga temen-temen lainnya.Jadi, lo gaperlu takut ataupun merasa sedih terus-menerus.Biarin yang udah pergi, inget.Lo nggak nyesel kehilangan pengkhianat kaya dia, tapi dia yang nyesel kehilangan malaikat kaya lo"

Damn!

Ucapan dion mengena dihati jihan, air matanya justru sudah jatuh.Secepat kilat jihan menghapusnya, ia dengan yakin ia menggangguk cepat mengiyakan ucapan dion, bibirnya juga menyunggingkan senyum tipis.

Dion memandangi wajah jihan.Jihannya yang sedang rapuh saat ini, tangannya mengelus rambut jihan kemudian secepat kilat dion menoyor kepala jihan.

"Jelek banget sialan muka lo begini"

Jihan yang tak terima pun membalas menoyor kepala dion,  "Emang gila lo ya! Barusan aja lo baik-baik in gw sekarang udah lo siksa aja, kena azab tau rasa lo!"

Lalu berlanjutlah perkelahian antara dion dan jihan yang sudah bukan hal baru lagi, jean, yudha, mona jenisa yang megintip diambang pintu sedikit tertawa melihat tingkah mereka.

"Mereka kenapa ngga jadian aja sih? "

siapa lagi kalau bukan si tukang asal ngomong alias mona.

.
.
.
.
Diharapkan kepada theo dan dion untuk berdamai,  ini bulan puasa gabaik ribut-ribut yuk damai.
Oh iya aku juga ingin memberitahukan ini update terakhir story ini dibulan ini, karena alasan kesehatan yang kurang baik dan juga kesibukan aku belakangan ini jadi aku memutuskan untuk stop dulu. Tapi tenang aja nanti aku bakalan lanjut setelah lebaran, tungguin terus ya guyss.
See u soon ♥💋

Lepas || Jisoo x Nct 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang