14. || 🍃 Lepas

584 70 8
                                    

Tiga hari sudah berlalu sejak kejadian hari itu,  dan sejak itu juga seolah ada jarak yang tercipta dilingkungan pertemanan mereka. Theo dan kanaya, mereka sudah meminta maaf kepada teman-temannya.

Chandra dan jenisa memutuskan berhenti bicara dengan theo dan kanaya, sementara entah kenapa sejak kejadian itu bang tama lebih sering berdiam diri. Jihan? Entahlah, dia mencari kesibukannya sendiri. Sebisa mungkin menghindari berkumpul dengan dua orang yang ia rasa amat sangat menyakitinya.

Hari ini kelas jihan selesai lebih awal, ia memutuskan untuk menenangkan diri sejenak dibawah pohon halaman belakang kampus. Spotify menjadi teman sepi nya, lengkap dengan earphone pink nya. Jihan menutup matanya sejenak, menghirup udara sebanyak mungkin.

"eh? " Jihan terkejut saat sebelah earphone nya dicabut, dia bahkan refleks menjauhkan badannya.Tapi saat ia menyadari siapa pelakunya, ia justru tersenyum tipis.

"Ngapain? Kok disini? " tanya nya.

Yudha menatap jihan,  "Harusnya gw yang tanya, ngapain disini?  Udah selesai kelas bukannya pulang"

Jihan tersenyum lagi, tangannya ia letakkan disisi tubuhnya untuk sekedar membuat posisi senyaman mungkin.
"Males aja mau pulang, soalnya dirumah cuma sendirian juga"

"Nggak gabung sama anak-anak? " pertanyaan yudha membuat jihan terdiam.

Jihan tau, dia mengerti maksud perkataan yudha. Dia sendiri juga tidak mengerti, ia menjauhi kanaya dan theo kan? Lalu kenapa teman-temannya yang lain juga ia hindari?

Yudha tersenyum, ia mengelus rambut jihan. Perlakuan yudha justru semakin membuat jihan bingung, dia fikir yudha akan mengomelinya, atau malah mengatai.

"Mau sampe kapan ji?" tanya yudha dengan nada tenang, yang jihan tau nada itu menggambarkan kekecewaan.

Yudha kini beralih menatap jihan, tepat pada manik coklatnya. "Lo tau nggak kenapa lo menghindar kaya gini? Kenapa lo ngerasa nggak nyaman buat ketemu mereka?terlepas dari rasa kecewa lo, ya gw tau pasti lo sakit"

"Disini ji" yudha mengarahkan jari telunjuknya tepat di dada jihan, tempat jantungnya berdetak.

"Lo nyimpen semuanya disini. Sampe akhirnya, rasa sakit yang lo rasain menumpuk dan berujung lo yang kaya sekarang. Lepasin ji,biarin rasa sakit lo keluar perlahan sedikit demi sedikit"

Jihan mengalihkan pandangannya, matanya sudah sedikit berkaca-kaca. Kenapa rasanya masih menyakitkan?

"Lo tau apa alasan dibalik lo yang masih aja ngerasa sakit tentang apapun itu yang berhubungan sama theo dan kanaya?  Karena hati lo belum ikhlas. Percaya deh sama gw, disaat lo ikhlas dan ngelanjutin hidup lo dengan baik akan ada masanya dimana theo ataupun kanaya, bahkan hubungan mereka gaakan bisa mempengaruhi lo lagi. Kehadiran mereka gaakan ngebuat lo ngerasa sedih atau sakit lagi. Sembuh dari luka emang butuh proses ji, tapi sebuah proses hanya bisa terjadi jika ada tindakan kan?"

Jihan menarik nafasnya dalam-dalam kemudian ia keluarkan perlahan, ia memasang senyum terbaiknya seraya mengangguk.

"Lo bener yud, gw terlalu berpaku sama rasa sakit yang gw rasain yakan? Tapi sekarang nggak lagi. Dia udah pergi harusnya gw ikut pergi, bukan malah berdiam diri menikmati sakit hati"

Jihan bangkit, dia berdiri dihadapan yudha dengan tegak. "MAKASIH ARSHAD YUDHA ADMAJA" setelahnya cengiran khas milik jihan pun muncul.

Yudha tertawa, ia ikut serta berdiri dan mengacak gemas rambut salah satu teman nya ini "Nah gitu dong"

"oh iya lo bawa motor kan ji? " sambungnya, yang dibalas anggukan oleh jihan.

"Siniin kuncinya, gw pinjem sebentar "

Jihan membuka tas nya, mengeluarkan kunci si mbul lengkap dengan gantungan kelinci nya.

"Yaudah ayok" Yudha melangkah, tapi terhenti karena jihan tidak berjalan bersama melainkan masih diam ditempat.

"Ayok, kok malah bengong"

Jihan menunjuk dirinya sendiri, "Kok gw diajak juga? Katanya mau pinjem"

Yudha terkekeh, "Ya perginya sama lo juha jihan kirana. Udah ayo buruan ntar keburu sore nih" yudha menarik lengan jihan memaksanya mengikuti langkahnya.

Di parkiran, yudha dan jihan tanpa sengaja bertemu dengan theo bersama kekasihnya, kanaya. Jantung jihan rasanya mau meledak, degupannya kencang sekali tapi sebisa mungkin ia menahan dirinya sendiri agar baik-baik saja.

"Mau cabut yud? " itu kalimat pertama yang jihan dengar dari theo.

Yudha mengangguk, "Iyanih, duluan the"ucapnya serasa menepuk bahu theo dan berlalu mengambil motor milik jihan.

Jihan tersenyum kearah theo dan kanaya sebelum akhirnya menyusul yudha dan duduk diatas boncengan.

15 menit sudah perjalan ditempuh jihan yang dibonceng yudha. Jihan sendiri tidak tahu, yudha akan membawanya kemana. Awalnya dia berpikir yudha mau mengajaknya kerumah, nyatanya bukan. Jika kerumah yudha, harusnya dipersimpangan belok ke kanan, tapi yudha mengambil jalan lurus.

"Kita mau kemana sih yud" tanya jihan dengan suara sedikit keras.

"Adadeh, lo tunggu aja nanti juga tau"

Setelahnya tidak ada pertanyaan lagi dari jihan. Aslinya, ia juga malas terlalu banyak bicara saat diatas motor, menurutnya itu melelahkan karena harus bicara dengan suara yang keras.

Benar saja, tibalah mereka di tempat yang mungkin dimaksud yudha. Jihan melongo, ia turun dari motor sambil terus memandangi tempat ini. Dia berpikir yudha akan membawa nya ketaman yang indah, tempat wisata yang bagus atau apapun yang bisa membuatnya terhibur.

Jihan yakin seratus persen, jika yudha pergi berkencan dengan seorang gadis ia pasti sudah akan ditolak mentah-mentah dihari pertama. Tempat apa ini? Sebuah bangunan yang terlihat tidak terpakai. Jihan bisa melihat dengan jelas bahkan bangunan ini sepertinya belum selesai dibangun dan dibiarkan terbengkalai begitu saja.

"Yud lo seriusan ngajak gw kesini? " tanya jihan sedikit ragu.

"Iya, kenapa? "

"Ya gapapa tapi--bentar. Yud lo ganiat mau ngerampok gw kan? " jihan langsung mendekap tas nya erat-erat.

"Yud ngapainsih, lagian lo kalau mau ngerampok gw gaada guna nya serius deh. Lo itu lebih kaya dari gw, jauh malah. Harta gw gak ada apa-apanya"

Tak

"aw" rintih jihan.

"Ngaco aja kalau ngomong, siapa juga yang mau ngerampok" Protes yudha setelah menyentil dahi jihan.

"Ooh engga ya" jihan terkekeh

"Ehh--

Tangan jihan yang semula mendekap tas kini beralih mendekap dirinya sendiri.
"Lo ngga niat mau macem-macemin gw kan yudha? "

Yudha menggeleng pusing, "Apaansih jihan ngaco mulu. Lagian orang juga kalau mau macem-macem liat liat kali ji. Siapa juga yang mau macem-macemin lo orang lo--mpphh"

"Iya udah g usah dilanjutin!" protes jihan dengan wajah kesalnya. Jihan melepas dekapan tangannya dari mulut yudha, lalu menatapnya tajam.

"Gw g ngomong lo, tapi kalau lo sadar lo tepos ya syukurdeh haha"

"Sialan lo yudha!! " Jihan dengan sekuat tenaga berlari mengejar yudha yang sudah lebih dulu kabur setelah mengatainya tepos.


.

.




.

Hai lama banget ya aku gk update huhu. So sorry yaa, ada yang masih exited baca ini ngga?
Jangan lupa jaga kesehatan semwa nya 😙😙



Lepas || Jisoo x Nct 127Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang