1. awal dari semuanya ♪

3.1K 296 2
                                    

"D-dimana ini?" lirih sang anak, masih mencoba mengerjapkan matanya perlahan.

"Kau di rumah sakit" jawab Haechan.

Anak itu pun tak berbicara lagi, tapi pandangan matanya tertuju menatap kepada Haechan yang duduk di sebelah ranjangnya.

Kemudian akan terbangun untuk duduk namun tubuhnya terasa sangat sakit sekali.

"Hati hati! tubuhmu masih lemah." Haechan langsung berdiri untuk membenarkan duduk anak itu.

Usai duduk menyenderkan dirinya di kepala ranjang dengan bantal sebagai alas. Kepalanya menunduk, jari jari tangannya meremas selimut rumah sakit.

"Kau tak apa?" tanya Haechan menyentuh lengan tangan yang terdapat bekas infus di anak itu.

Hanya anggukan yang Haechan dapatkan.

Cukup lama keheningan menyelimuti mereka berdua. Kemudian Haechan mengulurkan tangannya.

"Namaku Lee Haechan, kau bisa memanggilku Haechan" ujarnya.

"Park Jisung" balas anak itu ragu. Dan tangannya juga terulur untuk membalas jabatan tangan yang lebih tua.

Kemudian keheningan kembali menyelimuti mereka berdua. Haechan baru menyadari hari sudah gelap sekarang. Haechan melangkahkan kakinya menuju jendela rumah sakit, kemudian menatap ke arah bawah.

Jalanan yang cukup ramai. Di sekitarnya banyak lampu lampu yang berasal dari rumah rumah, apartemen, atau hotel yang menyala menghiasi gelapnya suasana malam.

Haechan memejamkan mata perlahan, merasakan angin yang dingin menerpa wajahnya. Menyapa sang angin dengan senyuman kembali.  Lalu ia membuka mata bersamaan dengan hembusan nafas yang panjang.

Sudah merasa puas dengan suasana sejuk kota itu, kini tubuhnya berbalik menatap Jisung yang masih menunduk.

"Jisung..."

Merasa dirinya terpanggil, Jisung pun mendongak.

"Boleh aku tau dimana keluargamu? aku mau menghubungi mereka." tanya Haechan yang kemudian mendekat ke arah Jisung berada.

"Mereka... sudah pergi"

Pandangan Jisung kembali kebawah. Semakin erat cengkraman pada selimut hingga membuat kulit kuku kukunya memutih.

Tak lama satu butir air menetes di selimuti itu. Haechan mendapati Jisung yang tengah menangis, tangannya mengelus puncak kepala Jisung lembut guna menenangkan

Yang di perlakukan pun kembali mendongakkan wajahnya, hingga tatapan manik mata keduanya bertemu. Jisung tersenyum menatap Haechan.

Di balik setiap senyum manis, ada kesedihan pahit yang tidak pernah bisa dilihat dan dirasakan siapa pun. Di tinggalkan oleh orang terdekat untuk selamanya, itu amat sangat menyakitkan.

Kata aku pulang selalu terdengar jauh lebih indah dari pada aku pergi. Tetapi orang harus merasakan rindu untuk bisa menikmati keindahan pulang. Namun bagaimana jika orang orang itu tak akan pulang kembali kepada sang rumah untuk selamanya?


Haechan pun kembali duduk di bangku samping ranjang Jisung. Mengelus punggung tangan bocah itu guna menenangkannya.

"Tak apa Jisung. Sekarang kau punya aku. Aku akan selalu di sisimu" Haechan tersenyum lembut kepada Jisung.

Jisung masih menunduk sambil terisak pelan.

Haechan mengambil sekotak wadah tisu kecil yang ia selalu bawa dalam tas miliknya. Mengusap area wajah Jisung yang lembab karena air tangisannya.

Will You... (Jihyuck)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang