"Apa orangtuamu tau?"
Itu adalah satu dari sekian banyak pertanyaan yang Yoshi lontarkan saat mengetahui kalau Asahi memiliki penyakit lambung yang sebut sebagai 'Gatritis' atau disebut juga Radang Lambung. Pemuda berdarah Jepang itu tidak bisa berbuat apa-apa saat Asahi menolak untuk mengonsumsi obat yang diberikan dokter untuknya. Asahi tidak bisa menelan obat tablet, dan obat yang dokter berikan adalah obat tablet. Sudah Yoshi tawarkan untuk menghancurkannya dulu, Asahi menolak dan bilang bahwa dia akan baik-baik saja. Padahal terlihat jelas bahwa dia tidak baik baik saja. Terlihat dari dia yang menahan sakit itu sampai meringkuk seperti udang. Bahkan sama lu Berkeringat.
"Ayolah Asahi, kau berada dirumah kediaman Kanemato sekarang, jadi kumohon jangan menyusahkanku" bujuk Yoshi agar Asahi mau meminum obatnya, namun jawaban Asahi tetaplah sama. Tidak mau.
"Huft, yasudah kalau begitu, karena kau tidak mau meminum obat ini maka aku akan menelepon ibu Hamada untuk mengomelimu" ancam Yoshi, Asahi berdecak malas lalu mengambil ponsel Yoshi yang sudah berada digenggaman pemiliknya.
"Yasudah, cepat hancurkan obat itu dulu sana!" akhirnya Asahi mau mengonsumsi obat itu walaupun harus ada sedikit paksaan dan ancaman, karena kalau tidak seperti itu Asahi tak akan mengonsumsinya.
"Baiklah, tunggu disini ya" kamudian Yoshi keluar kamar, mengambil segelas air dan sendok. Lalu Yoshi mengambil satu tablet obat Asahi, menaruh obat itu pada sendok dan memberi sedikit air. Sampai dirasa sudah lebih lembut, Yoshi menghancurkan tablet itu sampai cair. Kini obat itu terlihat sama seperti obat untuk anak kecil.
Asahi memperhatikan Yoshi yang sedang meracik obat untuknya, ia melihat punggung Yoshi yang tegap. Sungguh, Yoshi terlihat seperti seorang kekasih, peduli terhadap Asahi bahkan hampir membuat Asahi menyukainya beberapa waktu kalu.
"Ini, kau mau sendiri atau aku yang menyuapimu?" tanya Yoshi, Asahi menggeleng dan mengambil sendok itu dari tangan Yoshi. Dengan cepat ia memasukan obat tablet itu yang sudah cair kedalam mulutnya lalu minum sedikit air agar rasa pahit yang tertinggal bisa masuk.
"Sudah, kan? Padahal hanya seperti itu, apa susahnya memang? Obat sudah dihancurkan, kau hanya tinggal menelannya dalam bentuk cair. Gitu saja kok susah" omel Yoshi yang kesal.
Asahi tak menanggapi, ia tidak peduli, yang penting ia harus bisa melawan rasa sakit pada perutnya ini. Sungguh ini sangat-sangat menyiksa, lebih menyiksa dari pada ulangan matematika dadakan dan tidak paham satu soal pun.
•
Hari sudah semakin siang, Asahi memutuskan untuk mandi. Terakhir dia mandikan kemari pagi, dan ini sekarang sudah semakin siang. Tapi dia bingung mau pakai baju siapa nanti, baju Yoshi mungkin sedikit kebesaran dibadannya nanti. Seingat Asahi, dia punya beberapa set baju yang ditinggal disini, tapi tidak tau dimana mama Yoshi menyimpannya.
"Kak Yoshi, aku mau mandi, dimana handuk dan set pakaian punyaku?" tanyanya pada Yoshi yang fokus kepada ponsel ditangannya.
"Handuk dilemari samping pintu kamar mandi dibawah, kalau bajumu aku lupa, itu diantara box dibawah lemari Keiju atau Zeyu. Atau kau bisa memakai bajuku" jawab Yoshi panjang kali lebar rumus luas persegi empat.
Tanpa berkata apapun Asahi keluar kamar, pergi mencari dimana set bajunya itu. Zeyu dan Keiju sedang bersekolah, jadi kamarnya pasti kosong. Dan dia bisa masuk tanpa meminta izin orangnya dulu. Toh, dia mau izin kesiapa? Hantu?
Asahi memasuki kamar Zeyu dan Ni-Ki yang berada tepat sebelah kamar Yoshi, dia membuka lemari sang pemilik kamar dan langsung mencari box dilemari paling bawah. Dia mendapatkan boxnya, Asahi langsung membuka box itu. Namun yang ada hanya baju-baju lama, mungkin dua tahun lalu milik Ni-Ki dan Zeyu. Asahi menghela nafasnya lalu pergi keluar dari kamar Zeyu dan Ni-Ki.
Kemudian Asahi pergi kekamar Keiju diujung lantai 2 rumah ini. Ia kembali memasuki kamar orang tanpa seizin memiliknya. Dengan harapan bahwa set bajunya ada disana, Asahi membuka lemari Keiju, tetapi tidak ada box sama sekali dilemari nya. Hanya ada tempat kecil yang bertuliskan 'Happy Birthday' sudah bisa dipastikan itu adalah kado ulang tahun Keiju.
"Dimana sih bajunya?" gumam Asahi.
‹ Be Mine ›
Asahi menghela nafasnya untuk kesekian kalinya, Yoshi sudah lelah mendengar helaan nafas Asahi. "Kalau kau tidak mau memakainya, atau tidak cocok lepaskan saja, tidak usah memakai baju saja sekalian. Atau kamu bisa pakai baju Keiju, kurasa ukurannya sama dengan tubuh kecilmu itu. Aku lelah mendengar helaan nafasmu" omel Yoshi pada Asahi.
"Aku memang tidak nyaman, ini bukan bajuku. Dan aku tidak bisa memakai baju oranglain. Bukan apa-apa, aku memang terkadang seperti ini. Maaf." balas Asahi, dia memang terkadang tidak nyaman memakai baju yang bukan milik ya. Tapi dia pernah kok memakai baju Yoshi.
"Mau ku ambilkan bajumu dikamar mama?" tawar Yoshi, Asahi hanya menggeleng. Dia tidak enak dengan Yoshi yang harus naik turun tangga. "Tidak perlu, aku bisa pakai ini, lanjutkan saja pekerjaanmu"
"Baiklah, kalau butuh apa-apa bilang saja, tapi tolong tau diri. Dan kalau perutmu sakit cepat bilang." Asahi hanya membalasnya dengan deheman.
Setelah itu suasana hening, dan ponsel Asahi tiba-tiba bergetar. Asahi melihat ponselnya, ternyata temannya meneleponnya. "Hallo?"
"Asahi, lo masih dirumah kak Yoshi kan?" tanya temannya dari sebrang sana.
"Iya, kenapa?"
"Ayo ketemuan ditaman cluster kak Yoshi, gue bawa camera yang lo pesen satu bulan lalu" kata temannya itu, Asahi menepuk jidatnya, bodoh sekali, bagaimana dia bisa lupa kalau hari ini ada janji dengan temannya untuk bertemu dikampus tadi.
"Sorry, Jae. Gue kesana ya, uangnya gue transfer aja" balas Asahi, terdengar deheman dari sana. Temannya yang bernama Jae itu hanya berdehem dan mematikan telponnya secara sepihak.
"Kak Yoshi, aku mau ketemuan sama Jae, aku pergi dulu. Kakak mau nitip gak?" tanya Asahi, Yoshi pun mendongak, "Americano aja" jawab Yoshi.
"Yaudah, Asa pergi dulu, bye~" setelah itu Asahi langsung pergi keluar kamar, Yoshi hanya bisa menggelengkan kepalanya gemas dengan tingkah Asahi.
•
Asahi berlari kearah taman, menghampiri temannya yang berada di bangku taman. "I'm sorry, Jae" ucapnya ketika sampai pada bangku tersebut, temannya yang bernama Jaehyuk itu menoleh pada Asahi lalu tersenyum.
"Santai aja, Sa, gausah lari-lari"
"Gue ga lari, tadi depan sampai disini doang lari" kata Asahi dibalas tawa Jaehyuk. "Gausah ketawa."
"Sorry, sorry, lo keliatan lucu kalo lagi atur napas gitu" balas Jaehyuk, Asahi hanya berdecak malas. Apanya yang lucu coba? Gak jelas banget.
"Ini kamera sama beberapa aksesoris yang dikasih buat lo, dan itu semua gratis tanpa dipungut biaya apapun kecuali ongkir buat gue" Jaehyuk mengeluarkan box yang dia simpan didalam tasnya.
"Berapa biaya ongkirnya? Makan siang? Cafe?" tanya Asahi, "Cafe depan aja, gue lagi pengen ngopi"
"Yaudah ayo, tapi jangan mesen dessert" Jaehyuk hanya mendehem dan mengikuti Asahi pergi ke cafe yang ada diperumahan ini.
━━━━━━━━━━━━━━━━━━
‹ Be Mine ›Hallo, hallo
Gimana kabar kalian?
Gimana menurut kalian tentang bagian 6?
Disini aku maksa banget buat ngetik
Oh ya, aku juga mau minta pendapat kalian nih
Gimana kalau aku buat chapter tentang pertemuan
pertama mereka? Setuju atau ngga?
Sorry for typo(s)
Ok, i hope you like it, and thank you so much!
See you guys~Aku tau ini telat dari jam biasa aku update, huhuu sorry
guys... Tadi ada sepupu ku pada makn, jadi asik main
sama mereka mereka, sorry ya
KAMU SEDANG MEMBACA
➽ be mine ー yosahi
Romance"Aku calon kekasihmu?" 📝 : If you're homophobic, go away! Yoshinori, dom! ― Asahi, sub!