10🌵

568 97 8
                                    






.
.

🌵🌵

Sudah hampir satu bulan, (Namakamu) dan Jason lost kontak. (Namakamu) fikir Jason seperti di telan bumi, meski dua sepupunya masih dekat dengan (namakamu) tapi mereka tak pernah membicarakan tentang Jason.

"Nih kamu pilih aja mau yang mana" Evan tersenyum sambil memberikan katalog belanja ke hadapan (namakamu).

Kini Evan dan (namakamu) sedang ada di salah satu toko yang menjual pakaian dan aksesoris. Ceritanya Evan mau mentraktir (namakamu).

"Padahal gak usah koh, aku kan cuma nganter aja" meski begitu (namakamu) tetap melihat-lihat isi katalog yang memang begitu menggoda mata kaum hawa.

"Gak papa, sekali-kali kok"

"Sekali-kali apa, tiga hari sekali beliin aku barang kalo enggak makanan, aku gak enak lah" (namakamu) sepertinya masih tahu diri untuk tidak berlebihan, kadang ia menolak tapi Evan yang terlalu baik selalu memaksanya.

"Udah terima aja, aku kan orang nya suka berbagi kepada siapa pun" Evan tersenyum sangat manis.

"Iya, makasih ya koh Evan" (namakamu) juga tersenyum manis.

"Haduhh udah jangan senyum" Evan menutup matanya.

(Namakamu) pun bingung, apakah senyumnya terlihat jelek.

"Kenapa?"

"Mata aku silau sama keindahan senyum kamu"

"Ishh, ngegombal ternyata" (namakamu) pun malu.

"Ahaha aku serius loh padahal, tapi di bilang gombal terus"

(Namakamu) hanya menggelengkan kepalanya dengan tingkah Evan yang selalu bisa saja membuatnya tersipu malu.

Setelah memilih beberapa pakaian, mereka pun makan di salah satu restaurant dan tentunya di bayar oleh Evan.

"Emang kenyang makan itu doang?" Heran Evan ketika (namakamu) hanya memesan cake saja.

"Iya, aku udah makan dulu kok dari rumah"

Evan mengangguk, kemudian mereka diam-diam an sambil menunggu pesanan. (Namakamu) yang membalas pesan dan Evan yang sedari tadi memperhatikan wajah serius (namakamu).

"(Nam)" setelah lama berdiam, akhirnya Evan membuka suara.

"Iya?" (Namakamu) mendongak dan terkejut ketika salah satu tangannya di genggam Evan.

"Kenapa koh?" Tanya (namakamu).

"Kenapa?" Evan malah balik bertanya membuat (namakamu) semakin bingung.

"Kenapa ada sosok cewek kayak kamu sih di dunia ini? Kan aku bingung harus apa" Evan menatap mata (namakamu) yang setia mendengarkannya berbicara.

"Hampir dua tahun aku sendiri, sampe aku gak bisa ngerasain apa-apa kalo deket cewek, aku fikir ada yang salah sama hati aku, tapi ternyata aku belum ketemu orang yang tepat aja"

"Pas aku ketemu kamu, aku kayak nemuin apa yang hilang dari hidup aku, yang selama ini aku cari"

"(Nam) aku sayang sama kamu"

Jantung (namakamu) berpacu lebih cepat, ia tak menyangka  Evan ada perasaan padanya. Dengan refleks (namakamu) menarik tangannya membuat mereka sama-sama terkejut.

"Koh aku gak bermaksud" (namakamu) panik.

Evan tersenyum kecil, merasakan penolakan secara tidak langsung "Its okey, aku jadi tau harus nahan perasaan ini biar gak terlalu jauh"

Love Aspect (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang