XIV

1.3K 140 6
                                    

Jeffran jadi gemes sama Tio yang tiba-tiba perhatian sama dia, mana kalau di bayangin mukanya lagi marah gemes jadi pengen HAP.

Sementara bang Eko yang duduk di sebelah Jeffran cuma memutar bola matanya malas soalnya daritadi Jeffran ga berhenti mesam-mesem lihat ponselnya sendiri.

Keknya bang Eko ga tau deh kalau orang di sebelahnya itu lagi ngebucin.

tok tok tok

Jeffran langsung lihat ke arah jendela di depannya, dia bisa lihat Tio lagi ngetuk pintu pos yang tertutup. Dengan cepat Jeffran langsung bukain pintu buat ayangnya, dan meliat kekasihnya itu tengah bawa nasi bungkus di tangannya.

"Dimakan." Ucap Tio sambil menyodorkan nasi bungkus yang langsung di terima oleh kekasih jangkungnya

"He'em, makasih ya."

"Bisa makan bareng Tio ga kak? Bosen makan sendiri terus..👉👈."

"Ya udah. Bang, Jeffran tinggal bentaran aja ya."

Bang Eko mengacungkan jempol, tapi tatapannya masih tidak bisa berpaling dari sosok manis yang menghampiri Jeffran yang ia yakini adalah salah satu mahasiswa dari kampus yang tengah ia jaga sekarang.

Ia bersmirk ketika melihat bongkahan kenyal dan berisi milik Tio begitu menggoda di matanya yang membuat pikiran kotor mulai menghantui pikirannnya.

...

Para mahasiswa sedikit demi sedikit keluar dan pergi dari gedung fakultasnya masing-masing, membuat bang Eko memberanikan diri untuk melakukan aksi yang telah ia rencanakan sebelumnya.

Mata tajamnya berusaha mencari sosok Tio di tengah kerumunan mahasiswa yang berbondong-bondong keluar. Ia mengukir senyum nakalnya ketika melihat Tio dengan girangnya keluar dari gedung fakultasnya.

Dengan rencana yang sudah dipersiapkannya, bang Eko menghampiri sosok mungil itu yang ia tebak ingin pergi ke pos jaga.

"Dek Tio."

Yang dipanggil menoleh, "Ada apa ya pak?"

"Ahem, panggil saya bang Eko aja." Ujar bang Eko sambil mendehem

Tio membungkuk lalu mengucapkan kata maaf, "si Jeffran lagi sibuk, jadi saya yang disuruh nganterin kamu pulang."

Tio memiringkan kepalanya, "Kak Jeffran sakit?"

Bang Eko hanya mengangguk, padahal dia tidak tau apa-apa. Jeffran masih menunggu Tio di pos jaganya dan dalam keadaan sehat walafiat.

Tio tidak percaya dengan ucapan pria di hadapannya. Semenjak kejadian Miguel yang mengklaim Tio adalah miliknya, Tio tidak percaya lagi pada siapapun kecuali dengan Jeffran.

Dia tidak boleh terus terlihat seperti orang polos yang bodoh dan mudah di tipu.

"Maaf bang, tapi saya harus nyamperin kak Jeffran dulu untuk memastikan dia beneran sakit atau engga."

Bang Eko mengepal tangannya, memborgol tangan Tio, membekap mulutnya hingga susah berteriak, lalu menggendong tubuh itu menuju semak-semak di pinggiran kampus.

Sementara dari jauh, Jendra yang terus memperhatikan gerak-gerik bang Eko yang mencurigakan dan kelihatan banget mesumnya langsung berlari secepat kilat sebelum ia kehilangan jejak.

Misi Jendra sekarang, menyelamatkan calon kakak iparnya.

...

Sementara Jeffran mengerjakan tugasnya sendiri untuk memberi jalan kepada para mahasiswa yang satu demi satu mulai meninggalkan kampus. Sejak tadi, Jeffran nunggu Bang Eko yang katanya pengen ke toilet bentar dan sekarang udah 10 menit tapi ga balik-balik orangnya. Mana ayangnya juga ga kelihatan batang hidungnya sejek daritadi.

Jeffran pengen cari mereka berdua, tapi ada tanggung jawab yang harus ia selesaikan dulu, mana ga bisa majn lempar aja ke orang lagi.

Sementara Jendra tengah mengikuti bang Eko yang dengan cepat membawa Tio masuk sedikit ke dalam hutan di sebelah kampus. Dengan penuh nafsu, lelaki mesum itu mulai menjilat kulit putih bersih milik Tio, mengecupnya sekali-kali karena bau manis itu membuatnya semakin terangsang.

Tio berusaha memberontak dan berteriak minta tolong, tapi langsung di bekap lagi oleh satpam mesum itu sambil tertawa genit seperti anak buahnya om ijo.

"Stt..biarkan saya menikmati tubuhmu seben-"

BRUANGG!

Tio melotot kaget ketika bang Eko langsung dipukul oleh seseorang di bagian kepala dan membuatnya tergeletak ke samping.

"Jendra?"

Jendra membuang gitar yang barusan saja menimbulkan suara nyaring saat ia memukul satpam mesum itu. Dengan tangannya yang sekuat dan sekeras baja, ia menonjok wajah pria tersebut hingga salah satu gigi korbannya patah.

Bang Eko mengiris kesakitan membuat Jendra mengambil kesempatan untuk mencuri kunci borgol dari kantong seragam pria mesum itu. Lalu dengan cepat membuka borgol yang melingkari kedua pergelangan tangan calon iparnya yang memerah.

Jendra menarik tangan Tio untuk segera keluar dari hutan sebelum satpam mesum itu mengejar mereka lagi. Tapi ya ga mungkin juga sih, udah bonyok gitu di hantam si Jendra mana berani macem-macem lagi?

Keduanya menghirup nafas dengan rakus ketika sudah berada di area kampus setelah berlari sekuat tenaga.

"Jendra, makasih ya." Ujar Tio sambil menepuk pundak Jendra

Jendra mengangguk, mengambil tisu bersih dari kantongnya, "Bersihin dulu tuh liurnya si mesum, gw aja jijik ngebayanginnya."

Tio dengan cepat membersihkan lehernya yang sedikit basah karena air liur bang Eko. Hahh, gini lah derita jadi cowo cantik nan menggoda.

Jendra nganterin Tio langsung ke pos jaga, Jeffran kelihat duduk di tangga pos jaga dengan badan lemas dan kepanasan. Ia menggunakan topinya sebagai kipas darurat untuk menetralisir suhu tubuhnya.

"Kak Jeffran!"

Suara Tio membuat Jeffran yang baterainya awalnya 10% jadi 80%. Yang lebih mungil memberikan pelukan erat sambil mendusel.

"Adek darimana aja hm? Kok keluarnya lama?" Tanya Jeffran sambil menangkup wajah sang pujaan hati

"Partner kerja lo barusan aja ngelecehin pacar lo, untung aja gw udah curiga dari jauh pas orang tu ngerayuh Tio."

"Lagi?" Tio menganggukan kepalanya sambil menunduk

Dia tau ini bukan salah Tio, tapi kenapa pacarnya harus dilecehkan lagi untuk yang kedua kalinya? Padahal 3 hari lalu udah jadi korbannya Miguel.

"Mana orangnya?" Tanya Jeffran serius sambil mengepalkan tangannya

"Di dalem hutan, dah gw tonjok sampai gitar gw jadi korban." Ujar Jendra lalu menghela nafas

"Emm.., nanti Tio ganti ya gitarnya." Ujar Tio yang baru ingat soal gitar Jendra yang jadi senjata buat nyelametin dia

"Ga usah, gw punya tabungan cukup buat bel-"

Tio menunjukkan ekspresi marahnya, membuat Jendra mau tidak mau harus mengiyakan tawaran itu. Harga gitar juga ga murah, mungkin bisa memakan ¼ tabungan Jendra yang sudah ia kumpulkan dari umur 10.

"Gw bakal lapor bang Eko ke pihak kampus dulu, lo bisa nganterin Tio pulang?"

Jendra mengacungkan jempol, "Gampang."

"Thanks."

Jeffran pergi dengan perasaan geram, membuat Tio yang menyadarinya merasa bersalah. Ia rasa dirinya sudah terlalu sering menyusahkan kekasihnya sendiri.

"Udah lo ga usah ngerasa bersalah gitu lah."

"Tapi Tio udah sering nyusahin kak Jeffran.." Balas Tio sambil mengusap matanya yang sedikit berkaca-kaca

"Udah udah, yuk balik."

Jendra berjalan menuju tempat parkir di susul Tio yang mengekor di belakangnya, "Hari ini sekalian aja Tio beliin gitarnya buat Jendra."

"Emang lo punya uang?"

Tio mengangguk, "Cukup kok."

"Ya udah, nih." Saut Jendra sambil melemparkan helm extra yang kadang ia pakai untuk menjemput Nandra

Pak Satpam (JAEYONG) ✔✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang