Sudut pandang Bunda.

30 8 3
                                    

....

Don't forget to voment bestiee🐣
....


....

....

Rakha berdiri dengan matanya yang tetap tajam di hadapan Nazlim. Suasana malam itu sangat ramai, ntah bagaimana. Tribun yang disediakan hampir dipenuhi manusia.

Membuat Chandrika sedikit meringis karena kebisingan yang ada. Dia sangat suka, seperti akan seru jika jika Nazlim yang maju hari ini. Namun sepandangan matanya. Lelaki itu malah kembali terlibat debat dengan Rakha.

Tidak tahu apa yang di debatkan. Karena posisi mereka jauh dari jalanan. Namun bisa dilihat wajah keduanya yang mengeras.

Begitupun Jenan yang melihat dan mengawasi anak lelaki itu. Saat kakinya akan menghampiri, Nazlim malah melayangkan satu pukulan pada pipi Rakha yang ia yakini cukup keras. Hingga lelaki itu terhuyung.

Tidak perlu ia hampiri, Nazlim langsung berjalan ke arahnya. "Gue dijadiin taruhan, bangsat." Geramnya

Dan Jenan tahu apa yang membuat Nazlim begitu marah malam ini. "Apa taruhannya?."

"Kalau dia menang, gue boleh babak belur sama lawan. Tanpa perlawanan."

Mendengar kalimat itu, Jenan ikut emosi. Meski dahulu ia pernah mengalami. Tapi tidak pernah menyangka jika Nazlim akan mengalaminya juga.

"Kenapa ga ditolak? Taruhan yang lain banyak."

"Dianya ga mau. Dan kita udah nerima tawaran sebelum taruhannya di tentukan. Brengsek emang Rakha. Awas aja kalau dia kalah. Dia yang habis sama gue."

Jenan menarik tangan Nazlim untuk duduk di jejeran tribun di sana. Tidak terlalu ramai disekitaran daerah ini. Hanya ada kumpulan lawan dan beberapa petugas arena saja.

Jika kubu Nazlim bisa di hitung jari. Karena hanya berlima saja. Mungkin tambah Jenan lagi sendiri.

"Rakha pasti menang."

"Harusnya. Dia baru modif motor nya." Tambah Nazlim. Bohong. Dia meragukan Rakha. Berhubung bulan lalu dirinya pernah bertanding. Dan ia tahu kemampuan lawan mereka itu.

"Harusnya gue aja yang maju." Gumam Nazlim. Menatap kedua motor yang bergerung-gerung di jalanan sana.

Jenan berdecak kesal. "Kalau Rakha kalah, biar gue yang gantiin lu."

Kentara sekali nada Jenan begitu geram. Masuk ke telinga Nazlim meski disebelahnya sedikit berisik. "Ga ada. Rakha pasti menang."

Jenan memutar matanya malas. "Bahkan gue ngedenger nada keraguan di perkataan lo." Jangan ragukan Jenan dengan analisisnya. Lawan Rakha itu cukup handal. Bertanding dengan Nazlim saja beda tipis. Dan untuk Rakha Jenan cukup tahu sampai mana lelaki itu bisa menekan gas nya di max berapa.

"Jangan bikin gue nethink gini dong bangsat emang."

Saat bendera diturunkan. Jenan hanya mengangkat bahunya. Dan duduk menyaksikan Rakha yang tertinggal jauh dari lawan.

"Brengsek Rakha."

Bukan Nazlim yang marah saat Rakha melempar helm nya ke jalanan. Saat dirinya kalah. Namun Jenan. Jenan benar-benar tau kemampuan Rakha. Meski jarak nya dengan sang lawan dekat saat mendekati finish. Namun, kecepatan motornya tidak bisa lebih cepat.

Norma - Nomin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang