Nazlim Nataprawira.

45 8 5
                                    

...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

...

Jam 3 sore itu Nazlim selesai dengan kelasnya. Ia sudah dikabari oleh Jenan yang katanya menunggu dirinya dengan tidur siang di mobil. Tumben banget itu anak satu tidak punya jadwal.

Katanya sih sudah semester 6 ini, organisasi sedikit dilepas. Bahasanya sih turun jabatan gitu. Jenan juga lebih fokus pada tugas-tugas dan memperdalam materi-materinya. Bilangnya ingin lanjut S2 di luar negeri saja.

Nazlim siap LDR, jika ditanya.

Tapi kata Jenan, ia mau ngangkut Nazlim ke sana. Tidak tahu juga karena Nazlim mengiyakan atau tidak.

"Na, jam 10 nya. Awas jangan telat ah, ga seru ntar gue disana planga plongo. Lapak sebelah mah kan ramean. Kita mana ada. Di jari aja masih bisa di itung." Chandrika mengomel sambil memasukan bukunya.

Dipinggirnya ada Rakha yang sedang sibuk dengan handphonenya sedari dosen keluar. Nazlim sih mengangguk saja mendengar mulut Chandrika yang selalu mengeluarkan kalimat-kalimat. Berisik. Tapi ya kalau tidak ada Chandrika ya tidak seru.

"Rak." Panggil Nazlim.

Chandrika menahan ketawanya. "Rak sepatu kali ah"

"Apa?." Balas pemuda itu tanpa beralih dari handphonenya.

"Gue balik dulu ya. Ntar ke sana nyusul pas udah kumpul sama Jenan." Ucapnya sambil melenggang pergi dari kelas. Dengan tas sampirnya yang berisi buku.

"Hm."

Chandrika memasang wajah kesalnya. "Kok laporannya ke dia sih?." Sautnya padahal dari jarak saja ya dekatan Chandrika daripada Rakha yang mojok.

"Kalo sama lo, masuk telinga kanan, keluar dari lubang mulut. Ceramah mulu, panas kuping anjir. Bye!". Selepas itu Nazlim benar pergi dari sana. Berbelok ke kantin, membeli titipan Jenan.

...

Brak!

Pintu mobil itu di tutup dengan tenaga Nazlim. Menaruh kantung plastik berisi makanan dan minuman di depannya, dan menaruh tasnya dibelakang. Membuka jaketnya dan melemparnya ke belakang.

Kegiatannya itu tidak lepas dari mata Jenan yang hanya memasang senyum di matanya.

"Apa?."

Sudah tertebak oleh Jenan jika mood Nazlim akan menurun jika sudah ada kelas sampai sore seperti ini. "Ayo makan sushi, laper kan?."

"Boleh deh. Sekalian ijin sama Bunda nanti."

"Iya nanti aku bilang Bunda kamu nginep di rumah aku. Mau bikin adik bayi, ya?."

Plak!! Nazlim memukul Jenan dengan sekuat tenaganya, hingga lelaki itu meringis. "Bangsat ya anjir, gue cowok kalau lu lupa. Lagian mana berani ngomong gitu ke Bunda, kalau hubungan kita aja masih diem-dieman."

Norma - Nomin✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang