Sepanjang pelajaran berlangsung, Jaemin sama sekali tidak bisa memfokuskan pikiran nya pada apa yang di bahas oleh guru nya. Di otaknya masih terngiang-ngiang wajah Jeno yang tadi berhadapan dengannya. Juga kejadian dimana dirinya dan Jeno tidak sengaja beradu pandang.
Tersenyum tipis mengingat semua kejadian yang dia lalui hari ini. Namun dalam sekejap, senyuman nya berubah menjadi sorot terkejut. Lantaran di hadapan nya telah berdiri seorang guru yang— yah, tidak galak, tapi tidak lemah lembut juga.
“mikirin apa Jaemin sampe senyum-senyum sendiri gitu?” tanya guru tersebut seraya menatap lurus ke manik hitam Jaemin.
“em, ga mikirin apa-apa kok Bu, hehehe” jawab Jaemin di akhiri dengan tawa yang terdengar sangat canggung itu.
“bener?” guru tersebut tampak nya sedikit menaruh ragu pada jawaban Jaemin.
“bener bu”
“yasudah, fokus ya Jaemin. Kalau kamu bengong gitu nanti ga paham sama materi yang ibu jelasin”. Guru tersebut kembali ke meja nya yang berada di depan kelas— tepat di samping papan tulis yang penuh dengan tulisan tangannya.
---
Akhirnya jam yang di tunggu-tunggu oleh semua siswa maupun siswi datang juga. Ya benar, jam pulang. Setelah menempuh hari yang cukup melelahkan, Jaemin rasanya ingin segera pulang ke rumah nya dan merebahkan tubuhnya di atas kasur favoritnya itu.
“jaem!”. Satu teriakan saja sudah cukup membuat Jaemin membalikkan badan nya. Disana, ia bisa melihat sahabat gembil nya tengah berjalan ke arah nya.
“kok belum balik chan?” tanya nya heran. Biasanya, bila bel pulang sekolah terdengar, Haechan akan terburu-buru keluar kelas untuk menemui crush nya untuk pulang bersama.
“Mark masih ngobrol sama temen-temen nya. Lu sendiri kok belum balik?”. Haechan bertanya balik sembari memperhatikan rambut Jaemin yang terlihat sedikit berantakan. “tumben amat rambut lu berantakan gini?”.
“hah, ketiup angin kali”. Jawab nya asal, karena dia sendiri pun tidak tau kalau rambut nya berantakan seperti sekarang ini.
Manik hitam Jaemin menangkap seseorang yang memiliki postur tubuh persis seperti Jeno. “Loh? Dia belum pulang juga?” batinnya.
“Jaemin gue duluan yaaa. Mark udah selesai. Daaah”. Lamunannya buyar ketika mendengar teriakkan Haechan yang sangat memekakkan telinga. Ia hanya melambaikan tangannya menanggapi Haechan.
Sejujurnya, Jaemin sendiri juga bingung ingin pulang naik apa. Jalan? Tidak mungkin. Jarak antara rumah dan sekolah nya terbilang cukup jauh. Ojek online? Tidak juga. Ia tidak membawa uang sebanyak biasanya. “Hhh, mau ga mau jalan deh. Yang penting bisa sampe rumah”. Jaemin akhirnya pasrah.
“ayo sama gua”. Sampai sebuah motor berhenti tepat di sebelah Jaemin yang langsung menolehkan wajahnya dengan ekspresi terkejut.
---
© aliayourbae
KAMU SEDANG MEMBACA
Hiraeth || NoMin
Teen FictionMenggambarkan sebuah perasaan rindu terhadap sosok "rumah" yang ingin Jaemin kunjungi kembali. ⚠️BxB || homo || gay⚠️ © aliayourbae start from 26/12/21