7.

158 18 1
                                    

Jaemin membuka matanya perlahan. Hal yang pertama kali ia lihat adalah sesosok perempuan yang berjalan dengan angkuh kearah nya. Dengan di ikuti beberapa orang di belakang perempuan itu.

Jaemin menerka-nerka bahwa sepertinya mereka yang menyebabkan Jaemin mengalami kejadian seperti ini. Tapi untuk apa? Jaemin sendiri bahkan tidak kenal dengan mereka semua.

“udah puas pingsan nya?”. Ujar orang itu sembari mengangkat dagu Jaemin. Mengajak nya untuk beradu pandang. Namun, pandangan Jaemin masih terlalu buram untuk mengenali wajah yang kini ada di hadapan nya.

“dih pake make up. Biar apa? Biar bisa di lirik kak jeno?”. Setelah nya terdengar tawa meremehkan dari orang-orang yang ada di tempat itu. Kecuali Jaemin tentunya. Ia merasa sangat bingung dan ketakutan sekarang.

Mata Jaemin mengedarkan pandangannya memandangi wajah orang-orang yang kini tengah mengelilingi nya. Ada sekitar 6 orang yang ada di dalam ruangan itu, termasuk Jaemin sendiri.

“kalian siapa? Terus kenapa gua di iket gini?”. Tanya nya dengan nada yang terdengar sedikit lemas. Mungkin masih shock karena kejadian yang sangat tiba-tiba tadi.

“lo yang siapa. Berani-beraninya deket sama kak jeno. Ga pantes tau ga”. Jaemin sangat terkejut saat nama Jeno di sebut oleh perempuan itu.

“segitu gak pantes nya gue deket sama Jeno, ya?”. Batin Jaemin berusaha menahan air mata nya agar tidak jatuh saat itu juga. Karena sungguh, dirinya merasa sangat di rendahkan oleh perempuan ini.

“lagian kok bisa sih kak jeno suka sama lo? Pasti lo yang kegatelan kan?”. Jaemin sudah tidak dapat menahan semua air mata nya yang sudah menggenang. Ingin berteriak pun tidak bisa. Tenggorokan nya seperti tercekat sesuatu.

Merasa pertanyaan nya tidak di gubris, tangan perempuan itu terulur untuk menarik kuat surai hitam Jaemin. Dan dihadiahi pekikan dari birai Jaemin yang sejak tadi hanya bungkam.

“kalo di tanya tuh jawab! Mulut lo masih berfungsi ga sih?!”. Sepertinya kesabaran perempuan itu sudah habis, terbukti dari nada suara nya yang meninggi dan semakin membuat Jaemin bergetar ketakutan.

Perempuan itu terus saja menyiksa Jaemin dengan menendang, memukul, menjambak, bahkan dirinya tidak segan untuk meludahi Jaemin tepat di muka nya. Namun, semua penderitaan yang Jaemin alami saat itu seketika berhenti karena terdengar suara dobrakan pintu yang cukup keras.

Perempuan-perempuan itu— atau mari kita sebut saja “geng keji & kasar”— menunjukkan sorot mata terkejut saat melihat siapa yang masuk dengan tergesa ke dalam ruangan yang menjadi tempat terjadi nya penyiksaan tersebut.

Jaemin tahu persis siapa yang datang kedalam ruangan itu. Dirinya hafal betul dengan proporsi tubuh si tampan, walaupun pengelihatan nya sedikit buram.

“lo apain si Jaemin?”

--
© aliayourbae

Hiraeth || NoMinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang