Bagian 16 : Hukum Semesta

28 12 0
                                    

Lampu perpustakaan menyala dengan sangat terangnya.

Lampu gantung yang terbuat dari kristal menggantung begitu megahnya di tengah tengah luasnya perpustakaan istana.

Cahaya yang menyinari setiap sudut ruangan dan mengusir kegelapan yang datang.

Melalui jendela istana, Richard masih tetap duduk di sana dengan menatap rembulan yang saat ini bersinar sangatlah terang.

"Kelihatannya ... makan malam akan segera di mulai," ujar Richard memecah kesunyian di dalam ruang perpustakaan istana.

Leona segera menatap jam yang saat ini telah menunjukkan pukul setengah tujuh malam.

"Kau benar, kita harus segera menuju ruang makan. Tapi, aku harus menyelesaikan ini ... ada beberapa halaman lagi yang belum selesai ku baca. Lebih baik, kau pergi lebih dulu," pinta Leona.

Richard menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Aku akan di sini lebih dulu, dan tepat pukul tujuh, aku akan segera ke ruang makan. Lanjutkan membacamu, aku akan mencari buku untuk ku baca." Selesai mengatakan hal itu, Richard mulai berdiri dan berjalan ke rak buku yang menyimpan banyak sekali buku-buku.

Mendengar jawaban Richard, Leona segera melanjutkan kegiatan membacanya.

Tertinggal dua halaman yang belum ia baca, saat Leona mulai membalikkan salah satu halaman, hanya terlihat nama tiga naga dengan bentuk tulisan yang sangat indah.

Terlihat ada gambaran pedang di halaman terakhir.

Kedua matanya mulai mengamati setiap gambaran pedang tersebut.

Ia benar-benar terpesona dengan pedang-pedang ini.

Hanya satu kata yang mewakili Leona saat melihat pedang tersebut. Keren.

Richard mulai kembali dengan membawa satu buku di tangan kanannya.

Dengan kembali ke posisi duduk semula, ia mulai membuka halaman pertama bukunya.

"Apakah ... pedang pedang ini ada di dalam istana?" tanya Leona tiba-tiba.

"Entahlah, ku rasa begitu," jawab Richard dengan membaca bukuya.

"Richard!" panggil Leona tiba-tiba membuat Richard menatap gadis berambut coklat gelap itu.

"Apa?"

"Ikut aku sekarang!" perintah Leona dengan langsung beranjak dari duduknya.

Gadis itu masih membiarkan buku bukunya tergeletak di atas meja dengan kondisi terbuka.

Richard yang mendapat perintah seperti itu segera bangkit. Ia mulai menutup jendela dan menaruh bukunya di atas meja.

Langkah yang ia ambil cukup lebar untuk menyusul Leona.

Pintu perpustakaan mulai terbuka, pelayan yang tak sengaja melihat Leona keluar dari ruang pepustakaan segera menundukkan kepala dengan sekilas.

Di ikuti Richard yang berada di belakang, para pelayan itu juga terlihat menundukkan kepala dengan sekilas.

Langkah Leona menuju ke ruangan ayahnya yang berada di lantai dua.

Koridor istana terlihat sangat terang, karena setiap penjuru ruangan terdapat lampu-lampu yang menyinari dengan bentuk yang sangat indah.

Di hadapan ruangan ayahnya terdapat dua prajurit yang berjaga.

Kedua prajurit itu segera menundukkan kepala dan mulai membuka ruangan.

This is My Territory! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang