Bagian 37 : Memori Axel

19 13 0
                                    

Calvin mengakui jika para prajurit yang berasal dari Aeckland ini sangatlah hebat.

Ia membutuhkan waktu yang cukup lama untuk membereskan para prajurit.

Pedang yang ia tusukkan di setiap perut para prajurit Aeckland berhasil menewaskan mereka semua.

Calvin mengusap pipinya saat ia merasakan ada darah yang mengenai kulit putihnya.

"Mereka sangat hebat!" seru Zain membuat Calvin mengangguk setuju.

Leslie dan beberapa prajurit lain mulai melemparkan anak panah dan berhasil mengenai beberapa tubuh prajurit Aeckland.

Tak sampai sana.

Selagi para prajurit yang terkena anak panah itu masih mampu untuk melawan, mereka akan terus melawan hingga detik terakhir.

Emily dan lainnya saat ini mulai berkumpul untuk masuk ke dalam arena perang.

Dengan kegesitan mereka, mereka mulai membunuh beberapa bandit dan prajurit Gaxiven dengan sangat ganas.

Goresan pedang milik salah satu prajurit berhasil mengenai lengan tangan bagian bawah milik Emily.

"Emily!" seru Aline, Malvin dan Axel secara bersamaan.

"Tak apa, aku baik-baik saja," jawab Emily dengan menyerang prajurit Gaxiven yang berada di hadapannya kali ini.

Pedangnya mulai ia ayunkan dan menggores dada dan perut prajurit itu dengan goresan yang sangat dalam.

"Beres," ucap Emily dengan senyum yang mulai merekah.

Sebanyak sembilan orang itu segera berlari.

Kedua manik mata Nathan menatap tajam ke suatu arah. Dengan cepat, pedangnya segera ia ayunkan dan berhasil membunuh seorang bandit yang hendak menyerang Malvin.

"Terima kasih," ucap Malvin.

Nathan hanya mengangguk dan segera pergi untuk membereskan para bandit lainnya.

Leona dan Richard berdiri saling membelakangi.

"Aku tiga kau dua," ucap Leona yang berhasil mendapat penolakan dari Richard. "Tidak!"

CRASH!

Pedang mereka dengan sagat lihainya mulai menggores di bagian perut setiap prajurit.

Tak sampai sana, mereka berdua bahkan juga mulai memainkan pedang dengan sangat hebat.

Para prajurit yang mengepungnya berhasil terbunuh dengan sangat mengenaskan.

Sebuah bola api yang sangat besar berhasil terlempar dan mengenai sebagian besar dari prajurit Aeckland.

Bahkan, Leona dan Richard sempat terpental saat mendapatkan lemparan bola api yang sangat mendadak.

Sasaran Emily kali ini adalah para bandit.

Ia sangat jengkel saat para bandit terus terusan bertambah banyak.

"Sepertinya tadi telah terbunuh semua. Bagaimana bisa? Saat aku melihat luka mereka, jantung mereka telah mendapat tusukan," ucap Emily di dalam hati dengan menatap tajam tiga bandit di hadapannya ini.

Manik matanya mengkilat, ia segera mengayunkan pedangnya untuk membunuh para bandit tersebut.

Satu persatu para bandit dibantai dengan sangat keji oleh gadis itu.

Memori kelam berhasil berputar dipikirannya membuat Emily semakin amarah.

Di tengah amarahnya, ia teringat dengan kalimat yang pernah diucapkan oleh Aline.

This is My Territory! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang