Bagian 34 : Ingatan yang Kembali

12 6 0
                                    

Angin berembus sangat sepoi membuat suasana malam ini sangat sejuk.

Tidak ada raut kesedihan di wajah mereka.

“Kita pasti bisa. Aku yakin itu. Tujuan yang ku buat dengan Axel dan Malvin akan segera terwujud, kan? Aku akan membunuh semua bandit itu dengan buas. Aku tidak akan meloloskan satupun,” ucap Emily dengan menatap bintang-bintang yang menghiasi langit.

⚔️⚔️⚔️

Sinar bulan memancar begitu terangnya.

Victor yang melihat itu melalui jendela ruangannya hanya bisa tersenyum.

Pikirannya berkecamuk saat ini.

Perasaannya sedikit gelisah.

Ia harap, ini adalah keputusan yang benar-benar membuahkan kemenangan.

“Veronica ... apa kabar? Besok aku, putrimu dan lainnya akan turun untuk mengambil kembali kota yang kau anggap sempurna itu. Kami akan berjuang. Tenang saja ... pengorbananmu dan pengorbanan prajurit lain tak akan pernah sia-sia. Aku berterima kasih kepada kalian karena telah mau ikut berjuang,” tutur Victor di dalam hati.

Ia mulai tersenyum kecut saat ini.

Mengingat seorang wanita hebat yang telah lama meninggalkan dirinya dan Leona.

Rindu setiap momen kebersamaan.

Canda ria.

Senyuman.

Victor sangat ingin menatap senyum Veronica saat ini.

Di dinding yang memperlihatkan sebuah lukisan dirinya dengan Veronica dan Leona terpampang begitu nyata.

Leona yang masih kecil dengan senyum lebar menunjukkan deretan giginya.

Sangat terlihat imut.

Wanita yang selama ini ia rindukan terlihat senyum dengan sangat manis di lukisan itu.

Ia segera berjalan dan berlutut di hadapan lukisan tersebut.

“Andai semua bisa kembali seperti dulu,” gumam Victor dengan menatap permukaan lantai.

⚔️⚔️⚔️

Malam yang semakin dingin tidak membuat Leona tidur.

Ia memang tidak memiliki niatan untuk tidur saat ini.

Para prajurit malam ini juga tengah di sibukkan menyiapkan semua peralatan perang.

Leona yang duduk di jendela kamar hanya bisa memandang pemandangan dari atas.

Pikirannya kembali teringat dengan kertas yang ia ambil di ruangan ayahnya tadi.

Dengan cepat, gadis itu mulai turun dan berjalan ke arah meja untuk melihat apakah kertas itu masih berada di sana atau tidak.

Saat ia mengetahui kertas tersebut masih aman, ada sedikit perasaan lega di benak hatinya.

Tangannya mulai terulur untuk membuka kertas tersebut bersamaan dengan ia yang mulai duduk di atas kursi.

Kertas yang sangat usang ini kembali terbuka.

Kedua matanya mulai membaca setiap kalimat yang tertulis.

Rasa sakit kembali ia rasakan.

Entah mengapa, ia kembali mengingat bundanya yang telah siap memakai pakain perang.

“Kenapa putri Bunda berada di sini?”
Suara itu seakan terngiang di telinganya.

Kalimat yang pernah terucapkan saat ia berada di ruangan ibundanya.

This is My Territory! ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang