Chap 24. Ini Bukan Kisah Kita

1.1K 103 21
                                    

"Jika semesta mempertemukan kita kembali, aku mau kamu dengan versi lama-mu."

_Ajeng Alvaira Nandhita_

___________________________________________

Danan kini menatap Lisa yang sedang berlari ke arahnya di koridor kelas. Ia hanya bisa melihat Lisa dengan senyumnya yang sedang tersengal sental dengan nafasnya.

Pengakuan Lisa kemarin tentang dia yang selalu ada untuk Danan membuat Danan kini canggung berada dekat dengan Lisa. Ia yang hanya menganggap Lisa sebagai sahabatnya kini terasa aneh karena perbedaan perasaan antar keduanya.

"Lo udah makan?" Tanya Lisa setelah berdiri tepat di hadapan Danan.

Danan menganggukkan kepalanya dan langsung pergi melenggang begitu saja setelah merespon singkat apa yang di katakan Lisa. Lisa menampakkan wajah cemberutnya, ia merasa bersalah mengakui perasaannya.

Sebenarnya gak usah di ungkapin aja, sa. Sekarang Lo bakal jauh dari Danan. Gumamnya dalam hati.

Lisa langsung menghalau pikirannya tadi, dan ikut masuk ke dalam kelas. Ia langsung duduk di bangku yang sudah ada Danan di sana dengan posisi tertidur di atas mejanya.

°°°

Eline keluar dari tempat penyeleksian peserta olimpiade di bidang Kimia hari ini.

"YES!!! GUA DI TERIMA JENG!!" Ucap Eline dengan wajah berbinar binar melihat ke arah Ajeng yang sedari tadi menunggu sahabatnya itu.

"Aaa kita emang di takdirkan bareng teruss!" Ucap Ajeng yang juga senang karena sebelum Eline tes, Ajeng sudah mendapatkan kabar bahwa dirinya lah yang juga akan mewakilkan olimpiade di bidang Fisika.

Eline menatap Ajeng yang tertawa. "Akhirnya Lo ketawa juga jeng. Gua seneng liatnya." Ucap Eline dengan senyum manisnya.

Ajeng menatap canggung ke arah Eline.

"Kalau dia yang terbaik pasti Tuhan ngasi jalan baik juga, jeng. Percaya deh sama gua. Gak selamanya satu kesalahan bakal jadi kesalahan terus." Ucap Eline sambil berjalan pelan dengan Ajeng di sampingnya.

Ajeng mengangguk. "Gua juga percaya sama Lo Lin. Thanks ya udah selalu dengar cerita gua sampai sekarang." Ucap Ajeng.

"Dih, jadi so sweet gini, gua jadi geli." Ucap Eline sambil menggidikkan bahunya dan berlari tanpa melihat arah depannya.

Hingga satu langkah ia terpeleset karena kerikil di bawahnya dan terjatuh. 2 detik ia memejamkan matanya sambil berteriak kencang sebelum terjungkal ke bawah, namun ia merasa tidak menyentuh lantai.

Ajeng yang tadinya menganga lebar menantikan saat saat jatuh sahabatnya itu kini menutup mulutnya. Eline membuka perlahan matanya dan tepat ia bertatapan dengan bocil keramat, siapa lagi kalau bukan Geral. Geral dengan senyum manisnya sambil mengangkat satu alisnya kini menggoda Eline dengan mempererat pegangan tangan Eline di bahunya.

Eline langsung bangun dan mendorong bahu Geral. "Lu modus ya sama gua?" Tudung Eline sambil menunjuk wajah Geral.

"Bused, ini anak udah di bantuin. Gak punya perasaan Lo, Lin. BIADAB!" Ucap Geral tak kalah keras.

Eline merengek sambil mengusap bajunya. "Tuh kan baju gua lecek, kayak muka Lo Geral!" Ucap Eline.

Geral menghembuskan nafasnya. "Lia gua Lin!" Suruh Geral.

Eline yang sedikit terkejut dengan nada bicara Geral kini menaikkan pandangannya menatap Geral yang menampilkan raut menyebalkan.

"Lo liat jarak itu?" Tunjuk Geral mengarahkan ke lorong koridor yang berjarak 3 meter dari sana.

DANAN [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang