BAGIAN 2 : CHAPTER 99

3 1 0
                                    

Celion Demonstra agak khawatir dan mulai ketakutan karena orang yang menjaga mereka di tempat yang tidak dikenal dan asing tiba-tiba menghilang tanpa diberitahu. Edward Demons tidak terlalu mengkhawatirkan hal itu, karena dia tahu kalau End’e Draking ada urusan mendesak.

“Bagaimana ini? Draking tiba-tiba tidak ada, dan dia tidak beritahu kemana dia pergi.” -Celion Demonstra

“Tenanglah, Draking pasti sedang melakukan sesuatu yang penting baginya.” -Edward Demons

“Tapi tanpanya kita akan tersesat atau benar-benar menghilang dan tidak pernah pulang ke dunia asal kita.” -Celion Demonstra

“Tenanglah! Dia tidak akan pernah meninggalkan kita di tempat yang kita tidak kenal atau masih asing bagi kita. Sebab dialah yang menyebabkan kita mengikuti perjalanannya ini.” -Edward Demons

“Ok... Jadi kita akan duduk sambil menunggu pertandingan Xesa yang akan berlangsung.” -Celion Demonstra

Mereka berdua duduk ditempat duduk yang kosong. Edward Demons berhasil menenangkan Celion Demonstra yang agak panik, khawatir dan ketakutan. Walaupun dia sendiri agak gelisah karena dia tidak yakin dengan perkataannya sendiri.

Dan pertandingan itu dimulai lagi.  Edward Demons melihat banyak peserta yang bertarung dari atas tempat duduk Para Penonton. Dia melihat banyak peserta yang bertarung menggunakan kekuatan yang berbeda-beda dan tidak ada satupun dari mereka ingin kalah dari pertarungan mereka.

Sudah dua pertandingan yang mereka lihat, Celion Demonstra dan Edward Demons tidak sabar melihat Xesa bertarung. Akhirnya Xesa dipanggil kedalam tempat pertarungan dan lawannya akan cukup merepotkan.

“Xesa! Semangat!!!” -Celion Demonstra

Dari seluruh suara penonton, suara Celion Demonstra sangatlah keras dan mengalahkan seluruh suara penonton lainnya. Mendengar ucapan semangat dari Celion Demonstra, dia malu karena dia diperhatikan oleh orang-orang.

Disisi lain, seorang wanita yang akan melawannya, dia memiliki dua pasang tangan yang berotot dan muka agak menyeramkan. Dia terus menatap Xesa dengan penuh haus darah. Sepertinya dia tidak sabar untuk melawan Xesa dalam pertarungan. Namanya adalah Opera.

“Lihat, anak kecil ini masuk kedalam pertarungan orang dewasa.” -Opera

Opera menganggap Xesa adalah anak kecil karena penampilannya seperti anak muda atau remaja. Padahal usia Xesa sudah dewasa. Xesa berterimakasih atas pujian tersebut.

“Oh.... Terimakasih banyak. Aku ini anak kecil yang tersesat dan hanya ingin memenangkan pertandingan ini untuk kami semua.” -Xesa

“Kami? Jadi kamu berambisi untuk memenangkan pertarungan ini hanya untuk teman-teman kamu saja.” -Opera

“Teman-teman. Iya, kenapa?” -Xesa

“Tidak apa-apa, tapi aku ingin melihat mereka kekalahan kamu. Bagaimana reaksi mereka ketika kamu dikalahkan.” -Opera

Dari perkataannya tersebut, Opera sangat ingin mengalahkan dan memalukan Xesa didepan mata teman-temannya itu. Menurut Opera itu hal yang sangat luar biasa karena dapat menyaksikan reaksi putus asa.

“Aku tidak akan mengecewakan mereka karena mereka sudah mendukungku. Dan aku perlihatkan siapa yang akan kalah dalam pertarungan ini.” -Xesa

Xesa yakin dia tidak akan kalah dari orang bertangan empat itu, karena dia pernah melihat kekalahan dari makhluk bertangan empat. Jadi dia tahu kelemahan orang-orang yang bertangan empat itu. Tapi Opera bukanlah berasal dari Bangsa Dogsle.

Xesa mengeluarkan kekuatan api neraka dan menjulur ke seluruh tubuhnya. Api Neraka itu semacam pelindung dan penyerang baginya. Kekuatan api hitam yang menyelimuti seluruh tubuhnya dapat meningkatkan kemampuan fisiknya, dan mempertahankan dari serangan musuhnya.

Opera juga sama mengeluarkan sebuah kekuatan besar. Dia mengeluarkan semacam bola api berwarna hitam pekat. Bola api itu adalah tipe serangan yang dapat digerakkan oleh penggunanya dan tidak akan pernah padam sampai penggunanya menghentikan.

Opera langsung melempar sekaligus dua bola api hitam pekat itu kearah Xesa dengan kecepatan tinggi. Xesa yang melihat serangan itu kearahnya, dia langsung bersiap-siap untuk menahan serangan tersebut.

Bola api hitam itu berhasil ditahan dan dihindari oleh Xesa. Akan tetapi bola api itu tidak bisa dipadamkan atau hilang. Tiba-tiba Bola api hitam itu kembali ke Opera.

“Sepertinya kamu tidak akan menahan ini lebih lama.” -Opera

Opera melempar dua bola api hitam itu kearahnya Xesa. Xesa bersiap akan menahan serangan itu lagi, tetapi serangan itu hal baru untuknya. Ketika Bola api hitam itu mengenai bagian tubuhnya, Bola api hitam itu memantul dan juga gerakan pantulan Bola api hitam itu seperti digerakkan.

Opera menggerakkan dua Bola api hitam itu dengan keempat tangannya itu. Agar Bola terpantul tidak jauh dari target, maka Opera harus menggerakkan gerakan bola tersebut dan langsung mengenai musuhnya.

Xesa sudah terbiasa terkena serangan api yang lumayan panas, tetapi daya serang Bola api hitam itu sangat kuat. Karena daya serangan Bola api hitam itu sangat kuat, mengakibatkan Xesa tidak bisa bertahan lama.

Ketika dia mencoba mengambil salah satu Bola api hitam itu, tangan kanannya yang menahan Bola api hitam itu terkena daya serang kuat. Tangan kanannya langsung terluka parah akibat dari daya serang yang begitu kuat dari salah satu Bola api hitam itu.

Xesa didalam pikirannya, dia tidak bisa menahan maupun menangkap Bola api hitam itu karena daya serang yang dihasilkan oleh Bola api hitam itu sangat kuat dan bisa membuatnya cedera, tapi dia juga tidak bisa menghindari karena lawannya itu dapat menggerakkan Bola api hitam itu.

Semakin lama Bola api hitam itu menyerangnya, sepertinya Daya serang yang diterimanya lebih kuat daripada sebelumnya. Karena serangan tersebut semakin kuat, Xesa hampir terpuruk ke tanah.

Tapi dia tidak mudah menyerah begitu saja hanya karena dua Bola yang terus menerus menyerangnya. Xesa langsung mengeluarkan gelombang kekuatannya untuk membuat dua Bola api hitam itu terhempas jauh darinya.

Benar saja. Dua Bola api hitam itu terhempas lumayan jauh darinya dan Opera tidak sanggup menggerakkan dua Bola api hitam itu ketika Xesa mengeluarkan gelombang kekuatannya itu.

Akhirnya Opera mendapatkan kendali untuk menggerakkan Bola api hitam miliknya lagi. Akan tetapi dia tidak bisa mengendalikan satu Bola api hitam miliknya, karena tanpa dia sadari Xesa bisa mengendalikan Bola api hitam miliknya itu.

“Wah-wah, Kamu dapat mengendalikan Bola milikku ini. Tapi bisakah kamu Mengalahkan aku dengan Bola milikku itu?” -Opera

Xesa hanya mencoba untuk mendapatkan kendali dari salah satu dari Bola api hitam itu. Dan ternyata dia mengendalikan Bola api hitam itu dengan kekuatan api miliknya. Jadi kesimpulannya, Bola api hitam itu dapat dikendalikan sesuai dengan kekuatan api.

“Baiklah. Aku tidak tahu, aku akan mengalahkan kamu dengan senjata kamu sendiri.” -Xesa

“Coba saja.” -Opera

Mereka berdua bersiap-siap untuk mengalahkan dan memenangkan pertandingan dengan menggunakan senjata sama yaitu Bola api hitam. Tapi kemampuan mengendalikan senjata itu lebih baik daripada Xesa yang baru belajar. Jadi itu adalah kemenangan untuk Opera.

[ZEROLINE] ZERO DIMENSION : Rise of the Mystical Part 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang