Prolog

359 21 6
                                    

Bismillah, sequel ketiga Gezelligheid, ini bisa dibaca terpisah ya. Happy Reading! semoga suka

.
.
.

"Satu bulan lagi kita bakal pisah, Sya."

Senyum yang semula terpancar dari wajah sang gadis kini meluruh. Ekspresinya tiba-tiba berubah sendu. Nafisya menunduk, dia benci sekali jika Dewa sudah membicarakan tentang perpisahan.

Dewa ikut menunduk. "Sebelum aku pergi, ada yang ingin aku bicarakan."

Nafisya kini mendongak. "Tentang?"

"Kita."

Dewa dan Nafisya kini sedang terduduk di rooftop sebuah rumah sakit. Keduanya sedang menjaga seseorang yang sedang sakit.

"Aku punya satu permintaan," lirih Dewa.

Nafisya mengernyit. "Apa itu?"

Dewa menatap intens gadis didepannya. Nafisya semakin mengernyitkan dahi menunggu apa permintaan yang Dewa maksud.

"Kamu, menikahlah dengan Samudra."

"A-apa?!" Nafisya terkejut. "Jangan becanda Wa!" tambahnya.

"Aku serius," tutur Dewa. "Menikahlah..."

"Pernikahan bukan permainan Wa! Aku gamau ya, apa apaan sih?!" seru Nafisya tak terima.

Dewa menghembuskan nafas kasar. "Emang disini aku main-main?"

Nafisya menatap heran lelaki di hadapannya. Apa maksud semua ini?

"Samudra butuh someone, dan aku yakin orang yang tepat itu kamu, Sya." tambah laki-laki itu.

Nafisya menggeleng cepat. "No, I'm not. Kenapa harus aku, Wa? Masih banyak orang yang lebih baik dari aku, yang lebih pantas buat Sam."

"Jangan bawa bawa aku, aku gak bisa Wa. Kamu tau, hati aku itu kamu." tambah Nafisya.

Dewa menunduk dalam. Dia tahu, dia sangat tahu itu. "Maaf... tapi kita butuh kamu, Nafisya."

"Aku gamau terlibat apapun Wa," sanggah gadis itu.

"Aku mohon Syaa, demi kebaikan kita bersama," Dewa memohon.

"Tapi ini gak adil buat kita, Wa."

Dewa semakin menunduk. Tidak, ini keputusannya. Dewa meyakinkan diri agar tetap konsisten dengan keputusannya.

"Adil."

"Ngga Dewa, kamu jangan keras kepala!" Nafisya menaikkan suara satu oktaf.

"Kasih tau alasan kamu kenapa tiba-tiba maksa aku buat nikah sama Sam?! Kamu tau kan sesuatu yang dipaksa itu gak baik Wa!" pekiknya yang mulai kesal dengan sikap Dewa.

Nafisya tidak habis pikir. Kenapa tiba-tiba Dewa meminta hal konyol ini? Menikah dengan Samudra? Hal ini tidak pernah ada di dalam kamus hidupnya. Sekalipun memang Samudra adalah laki-laki yang sangat baik baginya.

"Sam butuh kamu Syaa," lirih Dewa, suaranya mulai bergetar.

Sebentar, lelaki itu, menangis?

Nafisya melirik sekilas ke arah Dewa kemudian menunduk dalam. Ia tak kuasa melihat lelakinya menangis.

"Tapi aku juga butuh kamu, Dewa..." lirih Nafisya.

Dewa semakin menunduk dalam berusaha menahan tangisnya.

"Samudra lebih membutuhkan kamu. Dia sakit Sya, dia butuh seseorang di sisa hidupnya. Aku ingat sekali dia pernah bilang bahwa dia ingin menikah sekali seumur hidupnya. Aku takut Sya, dokter bilang usia dia gak lama lagi. Aku takut permintaan itu bakal jadi permintaan terakhir dia."

"Jadi aku mohon. Aku titip Samudra sama kamu."

"Alih-alih aku nitip kamu ke dia," tambahnya.

Tangis Nafisya semakin menjadi tanpa suara. Sesak rasanya dihadapkan dengan pilihan yang membuatnya takut sekaligus bimbang.

Jika dia menerima permintaan itu, dia harus mengorbankan perasaannya terhadap Dewa. Karena Nafisya tahu, jika dia menikah dengan Samudra, perlahan dia harus bisa menerima lelaki itu dalam kehidupannya. Dan, melupakan Dewa.

Jika dia hanya diminta menemani kehidupan Samudra yang tidak lama lagi, itu juga akan menyakitinya. Bagaimana jika Samudra benar-benar tiada? Nantinya dia harus kehilangan dua orang yang dia cintai sekaligus dalam hidupnya, Dewa dan Samudra.

Tapi jika dia menolak permintaan itu, semuanya akan sakit. Samudra yang tidak bisa mendapatkan permintaan terakhirnya, Dewa yang merasa bersalah karena tidak bisa mewujudkan permintaan adiknya. Dan Nafisya yang egois hanya karena tidak bisa menerima permintaan itu dan lebih mementingkan egonya.

Masing-masing ada resikonya. Kenapa harus Nafisya yang terlibat dalam hal ini?

"Aku takut Wa,"

"Aku juga."

—DESAMSYA—

.
.
.

Setelah memantapkan hati, akhirnya aku sanggup untuk melanjutkan cerita ini. Bismillah ya, maaf banget sempet unpublish cerita ini.

Selamat membaca kisah cinta segitiga antara Dewa, Nafisya, dan Samudra♡

•••

Jadikan Al-Quran sebagai bacaan utama.

DESAMSYA [ON GOING]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang