TL ; 17- Morning Sickness

2.3K 166 17
                                    

Hoek!

Hoek!

Hoek!

Pagi cerah ini di awali dengan suara berisik dari dalam kamar mandi. Mual yang tak kunjung usai membuat perutnya benar-benar sakit. Bukan Jaemin yang mual, justru Jeno lah yang mengeluarkan seluruh isi perutnya. Padahal yang hamil 'kan Jaemin, bukan Jeno.

"Apa mualnya masih terasa, Jeno?"

"Ya, masih. Kau keluar saja, jangan menungguku. Bibi Kim sudah menunggumu di meja makan untuk sarapan. Pergilah."

"Tidak. Nana akan menunggu Jeno saja di sini. Kita akan sarapan bersama."

"Aku akan lama di sini. Kau tidak boleh mengulur waktu dengan menungguku di sini. Bayiku butuh asupan nutrisi penuh darimu."

"Ini bayi Nana juga."

"Bayi kita, Sayang." Jeno tersenyum tipis lantas mengusak surai pink Jaemin.

Pipi gembil itu merona merah, Jaemin belum membiasakan diri ketika Jeno memanggilnya 'sayang'. Jaemin juga terkadang heran terhadap sifat sang suami, sifatnya yang tak menentu membuatnya pusing.

Hoek!

"Pergilah sarapan bersama Bibi Kim, Jaemin. Aku tak mau bila bayi kita akan kekurangan asupan nutrisi sedikit pun."

"Tapi bagaimana dengan Jeno?"

"Aku akan sarapan sendiri setelah rasa mualnya mereda. Kau tak perlu ambil pusing. Cukup sarapan dan jangan terlalu banyak pikiran."

"Baiklah," jawab Jaemin pelan. "Nana akan menemani Jeno sarapan nanti. Maaf karena telah merepotkan Jeno dengan rasa mual yang tak kunjung usai ini. Nana sangat mencintai Jeno."

Ya, aku juga sangat mencintaimu, sayangku.

"Sarapan dengan baik, hm? Jangan meminta maaf padaku. Hal ini tentu sangat wajar saat sepasang suami istri akan memiliki bayi mungil yang hadir di antara mereka."

Jaemin mengangguk mengerti. Ia segera berlalu dari hadapan Jeno dan pergi menuju ke meja makan. Tentu saja sarapan yang banyak agar sang buah hati di dalam sana juga ikut merasakan asupan nutrisi yang baik juga sehat.

—🐶❤🐰—

"Sudah membaik, Jeno?"

"Ya."

"Tidak merasakan mual lagi?"

"Tidak."

Jaemin mengusap keringat yang membanjiri dahi Jeno, sang suami terlihat sangat kelelahan karena terlalu banyak mengeluarkan isi perutnya yang sebelumnya tak kunjung usai. Namun sekarang, Jaemin bersyukur karena rasa mual itu perlahan usai.

Jaemin membiarkan Jeno mengubah posisi menjadi ia yang mendekap erat sang suami. Wajah tampan itu memeluk perut ratanya dan sesekali mengecupnya singkat, sedang ia hanya bisa tersenyum manis di balik sifat Jeno yang mulai menghangat padanya. Walau terkadang tak memungkinkan Jeno akan bersikap dingin juga kepadanya.

Cup

"Ayah akan menunggu kehadiranmu, Sayang. Ayah tak akan pernah bosan untuk menyapamu dari sini. Sehat-sehat di perut Buna, ya? Katakan apa pun yang baby inginkan, Ayah akan berusaha menurutinya," ucap Jeno setelah mengecup singkat perut rata sang terkasih.

Rasanya hangat.

Hangat sekali. Terlihat jika Jeno tak sabar untuk memiliki seorang anak di dalam kehidupannya.

"Dia masih sangat kecil, Jeno-ya. Belum bisa mendengar. Nanti pada bulan ketiga, adik bayi bisa mendengar suara Ayahnya."

"Tak apa, aku akan tetap berbicara dengan baby. Aku ingin dia mendengar bagaimana Ayahnya berbicara dan begitu memanjakannya."

True Love [NoMin]✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang