Kandungan Jaemin sudah memasuki bulan kelima. Perut rata itu kini menjadi agak lebih membuncit dari sebelumnya, tentu saja karena di dalam sana telah tumbuh dan berkembang sang jabang bayi hasil dari kegiatan panas mereka yang setiap kali dilakukan pada mal— cukup, jangan diteruskan. Jaemin malu sendiri jika tak sengaja membayangkannya.
Pemuda manis itu tengah memotong sayuran yang akan dimasaknya petang nanti. Cuaca di luar benar-benar dingin karena jam masih menunjukkan pukul empat pagi. Entahlah, Jaemin pun tak tahu mengapa mendadak ia terbangun lalu memotong sayuran seperti ini.
Suami tampannya masih tertidur, walau Jeno tadi sempat mengatakan bahwa Jaemin harus membangunkannya tepat pada pukul empat. Namun, Jaemin tak tega untuk membangunkan Jeno, karena pria tampan itu baru saja memejamkan mata saat pukul tiga pagi.
"Apa yang kau lakukan pagi-pagi seperti ini, Jaemin-ah?"
Jaemin menoleh, melirik sekilas Jeno yang tengah menggosok kedua matanya. "Nana memotong sayuran untuk dimasak petang nanti. Kenapa Jeno terbangun? Ini masih terlalu pagi. Tidur lagi saja sana."
"Seharusnya aku yang bertanya seperti itu kepadamu. Kenapa kau bangun padahal ini masih terlalu pagi? Nanti kau akan cepat kelelahan dan mengeluh sakit di bagian perutmu."
"Sebentar lagi selesai." Jaemin tersenyum tipis, ternyata Jeno begitu mengkhawatirkannya. "Jeno ingin minum apa? Nana akan membuatnya."
"Nanti saja. Aku tidak ingin meminum apa pun saat ini."
"Baiklah," katanya. Jaemin perlahan mulai melupakan potongan sayurannya karena manik indah itu terus menatap ke arah sang suami. "Jeno, Nana ingin―sshh!"
"Jaemin!"
Seketika Jeno berlari menghampiri Jaemin yang tengah meringis. Meraih jari telunjuk yang mengeluarkan darah segar lalu menghisapnya perlahan. Jeno tahu jika Jaemin benar-benar kesakitan, terdengar dari ringisan yang semakin kuat ditahan.
Setelahnya, Jeno langsung merengkuh Jaemin dalam dekapannya. Terdengar isakan kecil juga bahu yang bergetar, sang terkasih tengah menangis membuat Jeno semakin tak tega melihatnya.
"Tak apa, Sayang. Itu hanya luka kecil. Luka yang akan sembuh dengan cepat nanti."
Mudah menangis dan sensitif, itulah yang dialami Jaemin sekarang. Semenjak dirinya hamil, Jaemin semakin mudah menangis untuk hal-hal yang sepele dan sangat sensitif jika ia merasa terganggu.
"J-jeno..."
"Iya? Kenapa, Sayang?"
"Nana ingin bertemu dengan Mommy. Nana ingin bersama dengan Mommy. Sekarang..."
"Iya, kau akan bertemu dengan Mommy. Tapi tidak untuk sekarang. Aku akan menelpon Mommy dan kemungkinan Mommy akan datang ke sini mulai esok hari."
"Mau sekarang..." Rengekan Jaemin mulai terdengar diiringi dengan lirihan.
Perlahan Jeno mengangkat tubuh Jaemin lalu mendudukannya di pangkuan dengan posisi miring. Satu tangannya menahan pinggang itu agar sang istri tak terjatuh, satu tangan yang lain mengusap lelehan air mata yang terus mengalir.
"Ini masih terlalu pagi, sayang."
"Nana ingin bertemu Mommy, hiks. Jeno jahat! Jeno tidak mengizinkan Nana untuk bertemu dengan Mommy! Jika Mommy tak bisa datang ke sini, kita bisa datang ke sana. Nana hanya ingin bertemu dengan Mommy saja."
"Lihat keadaanmu sekarang. Kau tengah mengandung bayiku dan aku tak mau hal buruk terjadi padamu juga adik bayi. Cuaca di luar benar-benar dingin, tak cukup hanya mengenakan jaket tebal dan syal saja. Apa kau ingin sakit lalu menurun pada bayi kita juga?"
KAMU SEDANG MEMBACA
True Love [NoMin]✓
NouvellesA NoMin Fanfiction ❝Tetap bertahan di sisiku dan jangan pernah meninggalkanku. Jika kau pergi, maka aku juga akan ikut bersamamu.❞ COMPLETED | BOYS LOVE | FLUFF | ROMANCE | MATURE | MARRIAGE LIFE | M-PREG Lee Jeno dan Na Jaemin, adalah dua jiwa yang...