Suara musik yang sangat nyaring dari kamar Haneul membuat Juyeon resah. Bukannya Haneul tidak biasa mendengarkan musik, hanya saja dengan semua pintu terkunci rapat dan dengan volume yang tidak wajar ini menandakan ada sesuatu yang tidak beres, Haneul sedang sangat emosional entah itu sedih atau marah atau keduanya.
Setelah Haneul pergi keluar, Juyeon, Eric, dan Sunwoo berkumpul di kamar Sunwoo untuk bermain video game sambil menunggu Haneul pulang agar bisa langsung menginterogasinya. Rencananya begitu, tapi saat Eric mencoba membuka pintu yang bersambung langsung ke kamar Haneul karena mendengar Haneul sudah datang, hidungnya langsung terhantam pintu yang ditutup lagi dengan keras padahal Eric baru membukanya, ia bahkan tidak sempat melihat ke dalam kamar. Setelah mengelus-elus hidungnya sampai tidak sakit lagi dan setelah Juyeon dan Sunwoo berhenti menertawakannya, Eric kembali mencoba membuka pintu, tapi sekarang pintu itu terkunci. Eric berusaha beberapa kali menggerakkan gagang pintunya dan mendorong daun pintu itu berpikir mungkin sedang macet, tapi pintu itu tidak bergerak, membuat tiga pasang mata di ruangan itu berpandangan bingung.
Haneul tidak pernah mengunci pintu penghubung itu walaupun dia mengunci pintu kamarnya dan jendela menuju beranda, pintu itu selalu terbuka 24 jam walaupun Sunwoo atau Eric kadang-kadang muncul dari pintu itu dengan tujuan membuat Haneul kesal. Kamar Haneul memiliki kamar mandi khusus dan Haneul biasanya berganti baju di kamar mandi, jadi sama sekali tidak ada alasan tiba-tiba ia mengunci pintu itu. Lalu suara musik dengan volume nyaring membuat mereka bertiga semakin yakin ada yang tidak beres. Eric tetap mencoba membuka pintu penghubung, Sunwoo keluar untuk membuka pintu depan kamar Haneul dan Juyeon kembali ke rumahnya untuk mengecek jendela beranda, tapi tiga-tiganya benar-benar terkunci.
Kapan sesuatu seperti ini pernah terjadi? Juyeon mengingat-ngingat lagi, kalau tidak salah saat Haneul tau ternyata ia alergi parah dengan anjing jadi tidak bisa dekat-dekat dengan Bori, anjing Younghoon, dan tidak bisa sering mengunjungi rumah Younghoon lagi dan saat ia memaksa ingin masuk ke sekolah yang sama dengan Younghoon padahal itu jauh sekali dan Juyeon tidak mau menemaninya. Biasanya Haneul akan mengurung diri, tidak mau makan tidak mau keluar sampai ia merasa tidak kesal atau sedih lagi.
Tapi kali ini Younghoon ataupun Juyeon bukan menjadi alasan Haneul mengurung diri seperti ini. Haneul hanya menemui satu orang, dan sudah pasti orang itu juga yang membuat Haneul sangat kesal atau sangat sedih apapun alasannya. Jadi saat Hyunjae muncul di depan pintu kamar Juyeon, kedinginan karena hanya memakai satu lapis baju, Juyeon sama sekali tidak memperlihatkan belas kasihan.
Tapi tentu saja Juyeon tetap lebih baik daripada Younghoon atau Sunwoo yang mungkin akan langsung menyeret Hyunjae keluar begitu melihatnya, atau mungkin jika mereka berdua punya sedikit kesabaran mereka akan mendengarkan penjelasan Hyunjae dan memutuskan apa akan menyeretnya atau menendangnya. Jadi walaupun dengan wajah datar, Juyeon tetap mengizinkan Hyunjae masuk dan berusaha berbicara dengan Haneul dari beranda. Percuma saja, dengan suara musik senyaring itu, Juyeon bahkan ragu Haneul akan mendengar kedua orang tuanya yang sedang mengetuk pintu kamarnya.
Sebenarnya semua orang tau, Haneul mengurung diri bukan hal yang sangat mengkhawatirkan karena ia akan keluar dengan sendirinya. Tapi mengingat Haneul baru saja sembuh dari demam membuat orang tuanya khawatir jika ia tidak makan 24 jam kedepan, dan mengetahui kalau penyebabnya adalah Hyunjae membuat Juyeon, Sunwoo dan Eric resah.
Melihat telinga Hyunjae yang sudah memerah, tangan yang kebas karena kedinginan dan uap yang terus menerus keluar tiap kali Hyunjae bernapas membuat Juyeon melemah juga. Apalagi sekarang Hyunjae menunduk seperti tidak punya semangat hidup setelah tidak berhasil memanggil Haneul untuk menjelaskan apa yang sebenarnya terjadi. Sekarang Hyunjae menyesali kenapa ia tidak mendengarkan ucapan Juyeon dan menceritakan yang sebenarnya dari awal kepada Haneul, sepertinya dia memang pengecut.
“Masuklah, Hyung. Kau bisa mati membeku.” ajak Juyeon. Hyunjae mengangkat kepalanya dan menatap Juyeon, meneliti apa dia masih semarah Juyeon yang membukakan pintu tadi. “Ceritakan semuanya dan aku akan memutuskan apa aku harus menumbalkanmu ke Younghoon Hyung atau tidak.”
Hyunjae langsung mengikuti Juyeon ke dalam dan menutup jendela di belakangnya. Jika ia tidak bisa menghadapi Juyeon yang sedang marah ia tidak mungkin bisa menghadapi kemarahan Younghoon. Hyunjae terdiam sesaat ketika mereka sudah duduk di lantai, bersender pada ranjang Juyeon. Darimana ia akan menceritakannya? Akhirnya Hyunjae memutuskan untuk langsung menceritakan tentang Kim Haneul yang ditemuinya saat SMP, mengira itu Haneul yang sama yang ditemuinya di taman, dan langsung menyatakan perasaannya. Ia menyadari saat itu ia masih terlalu kekanakan dan gegabah, terlalu senang bertemu lagi dengan orang yang ia cari-cari, jika ada sifat dari Haneul SMP yang berbeda dengan Haneul yang ia kenal, Hyunjae pikir karena mereka sudah tidak bertemu selama beberapa tahun, orang bisa berubah. Walaupun ia sempat kecewa karena Haneul SMP-tentu saja-tidak mengingat apapun tentang Hyunjae dan taman, ia tidak pernah mau berpikir kalau mungkin mereka bukan orang yang sama.
Setelah yakin bahwa Juyeon benar-benar percaya kalau Hyunjae sama sekali tidak pernah menyukai Haneul SMP sebagai dirinya sendiri dan bukan sebagai Haneul dari masa kecilnya, dan mengakui kalau dia tau betapa egoisnya dia dan betapa berhaknya Haneul SMP marah padanya, Hyunjae menceritakan kejadian hari ini dimulai dari pertengkaran dua pengunjung sampai percakapannya dengan Haneul SMP sebelum Hyunjae berlari ke rumah Juyeon.
“Aku mungkin mendekati Haneul saat di SMP untuk menggantikan Haneul masa kecilku, tapi aku sama sekali tidak pernah berpikir mendekati Haneul yang ku temui sekarang untuk menggantikan Mantanku.” ucap Hyunjae sebagai penutup.
Juyeon menyimak cerita Hyunjae dengan seksama, tetapi kesamaan nama ini membuatnya pusing. Jadi ia harus bertanya dan memastikan berkali-kali pada Hyunjae sebelum akhirnya terdiam sambil memainkan ponsel ditangannya, menimbang-nimbang apa ia harus mengumumkan pada Sunwoo dan Eric, bahkan Younghoon yang ia yakin sudah ada di rumah Haneul sekarang, kalau Hyunjae ada di rumahnya. Sebenarnya Hyunjae dan Younghoon akan bertemu cepat atau lambat, tapi bertemu saat situasi sedang panas-panasnya seperti ini bukan sesuatu yang baik. Dan lagipula Juyeon merasa ini hanya salah paham, salah paham yang sedikit rumit.
Akhirnya Juyeon berdiri dan menghampiri lemarinya, mengambil satu jaket tebal dan memberikannya pada Hyunjae yang kebingungan. “Kau bisa pinjam jaketku dulu kalau tidak mau membeku saat berjalan pulang. Jangan salah paham, aku mau saja membiarkan Hyung menginap, tapi Younghoon Hyung bisa muncul kapan saja.” ucap Juyeon.
Hyunjae diam saja sambil mengamati jaket di tangannya. “Apa dia akan baik-baik saja?” tanya Hyunjae tanpa mengalihkan pandangan.
Sebenarnya Juyeon juga tidak yakin akan bagaimana keadaan Haneul karena Haneul tidak pernah mengurung diri karena masalah seperti ini. “Jika kau masih melihatnya di sekolah hari Senin nanti artinya dia baik-baik saja.” jawab Juyeon.***
Suara ketukan dari jendela kamarnya membangunkan Haneul. Ia mengedip-ngedipkan matanya dan tidak bergerak selama beberapa saat untuk mengumpulkan kesadarannya. Ketika otaknya mulai mengingat kalau seharian ini ia hanya berguling di tempat tidurnya sampai kepalanya pusing dan mengingat alasan kenapa dia mengurung diri, Haneul akhirnya menggerakkan kepalanya, melihat siapa yang mengetuk jendelanya, tetapi pandangannya keluar terhalang gorden. Pantas saja Haneul tidak menyadari sudah berapa lama ia bermeditasi di kamarnya, tidak ada sinar matahari yang masuk ke kamarnya untuk mengira-ngira waktu.
Haneul beranjak dari tempat tidurnya menuju jendela. Haneul merasa badannya sakit semua padahal yang dia lakukan hanya berbaring, ia bahkan tidak tau kapan speaker-nya berhenti memutar musik, tidak tau apa ponselnya atau speaker-nya yang kehabisan baterai.
Tadi malam setelah memutar musik senyaring mungkin, Haneul menutup dirinya dengan selimut, ia bahkan tidak mengganti bajunya sampai sekarang. Pikirannya tidak kalah berisik dari musik yang ia putar, perkataan gadis yang ditemuinya tadi kembali terngiang, sama seperti saat di restauran, hatinya kembali terasa perih dan sekarang tidak ada yang menghalangi air matanya mengalir. Haneul tidak tau apa dia sedang marah, sedih, kecewa, atau semuanya jadi satu. Mungkin karena semua perlakuan yang diterimanya dari Hyunjae membuat Haneul merasa istimewa, tanpa ia sadari ia sudah terbang ke atas awan sampai perkataan gadis yang ia temui tadi malam membuatnya terhempas kembali ke bumi. Atau mungkin tanpa Haneul sadari ia sudah menerima Hyunjae di hidupnya, mungkin sudah sedikit membuka hati untuknya, atau bahkan sudah menyukainya, jadi sekarang rasanya seperti dikhianati. Haneul sama sekali tidak bisa menjelaskan perasaannya sendiri, atau memikirkan alasan kenapa area di jantungnya terasa sakit seperti disayat, tapi hal-hal seperti ini memang tidak bisa dijelaskan dengan logika, kan?
Juyeon memperhatikan Haneul yang baru saja menunjukkan diri pada dunia, dan melihat tanda-tanda habis menangis pada Haneul. Haneul terlihat lelah dan tidak bersemangat, seperti jiwanya baru saja ditarik keluar dan Haneul bersusah payah memasukannya kembali ke tubuhnya. Juyeon merentangkan kedua tangannya di hadapan Haneul, membuat Haneul tersenyum sedikit dan memeluk Juyeon.
“Apa kau menangis?” tanya Juyeon memastikan. Haneul mengangguk.
“Kau tau kalau tidak apa-apa menangis kalau sedang sedih, kan.” ucap Juyeon.
“Noona!” teriakan Eric membuat Haneul menggerakkan kepalanya ke samping, melihat ke balik badan Juyeon dimana sumber suara berasal. Eric, Sunwoo dan Younghoon sedang berdiri di balkon kamar Juyeon sambil melambai-lambaikan tangan mereka ke arah Haneul.
“Noona, ayo keluar makan sesuatu yang hangat.” ajak Eric.
“Younghoon Hyung bilang dia yang traktir.” tambah Sunwoo. Eric mengangguk, sementara Younghoon terlihat seperti dia baru pertama kali mendengar hal itu tapi tidak mengatakan apapun.
Mendengar tawaran itu membuat Haneul sadar betapa laparnya dia. Jadi setelah Haneul mengangguk, ketiga orang itu meloncat satu persatu ke balkon kamar Haneul.
“Apa tempat makannya menjual es krim?” tanya Haneul.
“Kau mau makan es krim di cuaca seperti ini?” tanya Younghoon sambil memakaikan jaket tebal pada Haneul.
“Aku kan tidak akan memakannya di luar ruangan.” bela Haneul. Younghoon meringis.
“Mungkin saja. Aku pesankan mint choco seperti biasa?” tanya Younghoon sambil menepuk-nepuk kepala Haneul. Haneul terdiam sebentar sementara semua orang sudah mulai berjalan keluar dari kamarnya.
“Ya. Tentu saja.”
Rasanya seperti ada yang mengganjal pikiran Haneul, tapi dia sendiri tidak tau apa.
KAMU SEDANG MEMBACA
KEEPER || Lee Hyunjae
Fanfic"Aku akan menjagamu." kata seorang gadis kecil yang merupakan cinta pertama HyunJae, 10 tahun yang lalu. ~ "Aku menyukaimu! Mulai sekarang aku yang akan menjagamu." kata HyunJae saat ini di depan gadis yang sama, tapi gadis itu hanya menatap HyunJae...