AVIATORS |12

94 14 0
                                    

Marela memutuskan untuk keluar kamar, ia menarik hafas dan menghembuskannya. Ia melangkah kekeluar kamar dan menuruni anak tangga. Baru setengah anak tangga yang ia lalui, langkahnya terhenti ketika mendengar sesuatu yang membuat hatinya sangat sakit.

"Kalau bukan karena Marela, aku gak bakal mempertahankan rumah tangga ini!." Ucap Fiona dengan raut wajah yang letih.

"SUDAH BERAPA KALI SAYA BILANG?! SAYA DAN MAGLINA ITU TIDAK BERSELINGKUH!" Ucap Jaceb dengan amarah yang menggebu-gebu.

"MAU SAMPAI KAPAN?, MAU SAMPAI KAPAN KAMU TERUS TERUSAN MENGELAK. SUDAH JELAS KAMU BERSELINGKUN SAMA JALANG MURAHAN ITU!"

"Kecil kan suara kamu! Nanti Marela dengar!" Ucap Jaceb yang berusaha menenangkan dirinya. Ia tidak ingin Marela mendengar hal hal semacam itu.

Fiona menghela nafas, ia berusaha menenangkan dirinya. Fiona dan Jaceb mempertahankan rumah tangga demi Marela. Mereka berdua sangat amat menyayangi Marela. Mereka berdua akan melakukan apa pun demi putri satu satu nya itu, bahkan memberikan nyawa mereka sekali pun akan mereka lakukan.

Mereka berdua sangat memanjakan Marela. Apapun yang Marela mau akan mereka lakukan. Walaupun demi kian, Fiona dan Jaceb terus mendidik Marela supaya tumbuh menjadi gadis disiplin, mandiri dan bijak sana.

"Mi, Pi." Fiona dan Jaceb terkejut ketika melihat Marela yang sudah berada di anak tangga terakhir dengan air mata yang sidah membasahi pipinya.

"Sayang, kamu kenapa keluar dari kamar?" Fiona dan Jaceb langsung menghampiri Marela.

Jacep menghusap dengan lembut air mata yang membasahi pipi Marela. "Ada apa sayang? Siapa yang membuat kamu nangis? Bilang sama Papi. Papi gak bisa lihat kamu nangis begini, hati pakai sakit." Ucap Jaceb dengan raut wajah yang khawatir.

"Papi dan Mami lah penyebab aku sedih." Fiona dan Jaceb saling memandang. "Papi sama mami gak capek? Setiap bertemu selalu saja bertengkar. Marela yang mendengarkan nya saja capek!"

"Mi, Pi. Ini terakhir kalinya Marela mengatakan ini." Marela menghadap Fiona dan mengenggam kedua tangan Fiona.

"Mami, Papa tidak pernah selingkuh."

"Betul tu, bilangin sama Mami mu itu. Papa gak pernah selingkuh, bahkan memikirkan untuk selingkuh saja tidak pernah!."

"Tapi Mami punya buktinya." Ucap Fiona yang hendak mengambil foto foto itu. Tetapi tangannya di cekal oleh Marela.

"Foto foto itu? Apakah Mami tau siapa yang mengirim foto foto itu? Dari mana asalnya?" Fiona mengerutkan dahinya. Benar ia tidak tahi siapa yang mengirim foto foto itu.

"Tuh, yang ngirim foto foto itu saja Mami mu tidak tahu. Sok sok an nuduh papi berselingkuh. Bisa saja foto foto itu di edit ya kan?" Ucap Jaceb yang meresa senang. Ia merasa dibela sama Marela.

Marela membalikkan badannya, ia memegang kedua tangan Jaceb. "Batul, betul sekali. Semua foto foto itu adalah editan."

"Siapa orang yang tega ngelakuin itu? Apa tujuannya?" Ucap Jeceb bertanya tanya.

"Asisten papi. Ya Maglina. Papi Marela berani bersumpah, Marela lihat dan dengar sendiri semuanya, Maglina menyuruh seseorang untuk mengedit foto foto itu!."

"Bagai mana mungkin?! Kalau memang benar, apa tujuannya?" Jeceb benar benar terkejut dengan kata kata yang keluar dari mulut anak kesayangannya itu.

"Bukan kah sudah jelas? Tante Maglina ingin Mami sapa papi bercerai."

"Ha! Kenapa ia ingin melakukan itu?" Ucao Fiona penasaran.

"Karena dia suka dan cinta sama papi."

•••♡•••

Setelah perdebatan yang amat panjang, mereka memutuskan untuk makan malam bersama. Fiona memasak nasi goreng.

Marela sangat senang, sudah lama sekali keluarganya itu tidak makan bersama. Marela menyuap nasi goreng ke dalam mulutnya. "Enak banget nasi goreng nya mi, sudah lama Marela tidak makan masakan Mami." Terakhir kali ia makan masakan Fiona adalah ketika ia masih menduduki smp kelas 8.

Sejak saat itu ia selalu beli makanan di luar. Sebenarnya di rumahnya ada pembantu, akan tetapi tugas pembantu itu hanya membersihkan rumah.

Mereka makan dengan hanya dengan sendok yang terdengar. Mereka si UK dengan pikiran masing masing.

"Apakah apa yang di katakan Marela itu benar? Bagai mana mungkin maglina melakukan ini?" Batin Jaceb.

"Benar juga apa yang Marela katakan. Kenapa aku tidak pernah kepikiran siapa orang yang telah mengirimkan semua foto foto itu!"

"Akau harus menyelidikinya." Batin Jaceb dan Fiona.

Setelah selesai menyantap makanannya. Marela memutuskan untuk kembali ke kamarnya.

Sesampainya di kamar, Marela berhenti tepat di depan cermin. Ia menatap kedua matanya di cermin. Ia melihat ke dua bolah matanya sudah berubah, yang kanan memiliki warna biru sedangkan yang kiri berwarna choklat.

Marela membuka jendela kamarnya dan melihat bulan. "Pantas saja warna mata gue berubah, hari ini bulan purnama." Marela pun menutup kembali jendela kamarnya.

Seperkian detik kemudian muncul sayap yang indah di punggung marela.

Marela mencoba terbang menggunakan sayapnya, dengan susah payah ia bisa terbang walaupun sebentar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marela mencoba terbang menggunakan sayapnya, dengan susah payah ia bisa terbang walaupun sebentar.

"Yes berhasil." Ucap Marela yang kegirangan. Ia bertentangan ke sana kemari di dalam kamarnya yang cukup luas itu.

Marela hanya bisa terbang selama 5 menit saja, itu pun sudah menguras energi yang sangat amat banyak

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Marela hanya bisa terbang selama 5 menit saja, itu pun sudah menguras energi yang sangat amat banyak.

Marela sudah mengetahui bahwa dirinya adalah makhluk yang spesial waktu ia masih menduduki bangku kelas 8 SMP.

Marela sudah mengetahui bahwa dirinya adalah makhluk yang spesial waktu ia masih menduduki bangku kelas 8 SMP

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.




AVIATORS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang