AVIATORS |15

86 14 3
                                    

Marela melepaskan sepatu dan kaus kakinya lalu berdiri menatap ke arah sungai musi. Malvin yang melihat itu langsung menyalakan motornya, tetapi motornya tidak Mau hidup. Saat ia mengecek bensinya ternyata bersin motornya sudah habis.

"Sial, MARELA!" Teriak Makvin memanggil Marela sambil berlari meninggalkan motor miliknya.

Marela memejamkan matanya, marela pun melompat kedalam sungai. Malvin yang melihat itu mencepatkan langkah kakinya.

Marela merasa tubuhnya melayang di udara."Kenapa dari tadi gue gak jatuh jatuh ke air ya?" Batih Marela.

Marela membuka matanya dengan perlahan. "Aaaaa." Marela berteriak  ketika melihat dari pantulan air,  ia melihay dirinya terhenti di udara dengan sayap di belakang tubuhnya, dan mata sebelah kananya berubah berwarna biru.

"MARELA!"

'Byurr'

Dengan tiba tiba apa yang ia lihat barusan menghilang begitu saja, lalu tercebur kedalam sungai yang dalam itu.

Malvin yang melihat hal tersebut tampa pikir panjang ia juga melompat dan menyelamatkan Marela. Dengan sudah payah ia menolong marela dan berenang menuju ketepi sungai.

Sesampainya di tepi sungai Malvin membangunkan Marela—menepuk-nepuk pipi Marela. "Marela, Marela bangun." Salah satu warga yang melihat kejadian itu langsung memanggil ambulance.

•••♡•••

Jaceb dan Fiona yang menerima telepon dari rumah sakit bahwa Marela masuk ke rumah sakit langsung bergegas menyusul.

Sesampainya di rumah sakit Jaceb langsung menanyakan ruang inap Marela. "Permisi mbak, ruangan pasien yang bernama Marela Arsyan dimana ya?"

"Pasien yang bernama Marela Arsyan berada di ruangan A16."

"A16, terimakasih ya."

Fiona dan Jaceb pun langsung berlari menuju ke ruangan A16.

Di dalam ruangan A16. Terlihat Marela yang sedang berbaring lemah, dan disebelahnya ada Malvin yang duduk di menggunakan kursi, dengan keadaan baju yang basah.

Marela membuka matanya secara perlahan, ia melihat keseliling, Malvin adalah orang pertama yang ia lihat. "Marels, lo sudah sadar?" Ucap Malvin dengan raut wajah yang sangat khawatir. Marela menganggukkan kepalanya, menandakan ia baik baik saja.

"Lagian lo kenapa si lompat? Mau mati lo?" Uaco Malvin yang heran.

"Iya, lagian kenapa lo nyelamatin gue si?" Ucapa Marela ketus.

"Nih ya, lo dengerin kata kata gue. Mati bukan akhir dari semua masalah yang lo hadapin, lopikir dengan lo meninggal semua masalah lo itu akan selesai gitu? Malahan kalau lo meninggal dengan cara bunuh diri lo akan di minta pertanggungjawaban di akhirat nanti. Bahkan lebih sakit dari pada di dunia. Lagian dunia itu emang tempat ujian kita, kalau gak ada ujian bukan hidup namanya. Lo tau gak kalau banyak orang orang yang sudah meninggal ingin di hidupkan lagi walaupun 1 menit kenapa? Karena mereka ingin bertobat kepada sang pencipta. Jadi jangan sia siakan hidup lo." Ceramah Malvin yang panjang kali lebar.


"Lagian—" ucapan Marela terhenti ketika ada seseorang yang membuka pintu dengan keras.

'Brak'

Ternyata yang membuka pintu itu adalah Jaceb dan Fiona dengan ekspresi yang sangat khawatir. "Sayang kamu gak kenapa kena kan?" Tanya Fiona yang langsung menghampiri Marela.

"Marela gak kenapa kenapa kok mi." Ucap Marela.

"Gapapa gimana? Sampai masuk Rumah Sakit begini?" Ucap Jaceb. Ia melihat dengan tajam sorang anak laki laki yang berada di sana, ia pun langsung menghampiri nya.

Jecel mencengkram kerah baju Malvin. "Lo apain anak gue ha?!" Ucap Jeceb marah dan penuh curiga kepada Malvin.

"Papi, Malvin yang sudah nyelamatin Marela." Bela Marela. Jaceb yang mendengar ucapan Marela melepaskan cengkraman nya dari baju Malvin dan langsung memeluk Malvin.

"Thank You, umcwah." Jaceb memeluk dan mencium pipi Malvin. Lalu tanpa rasa bersalah ia menghampiri Marela.

Malvin sangat terkejut kerika pipinya di cium oleh Jeceb. Ia langsung memegang pipi sebelah kananya. "Anjir pipi gue tergodai cok." Batin Malvin menjerit.

"Sayang kamu kenapa? Kenapa bisa masuk rumah sakit si?" Ucap Jaceb dengan nada yang penuh kekhawatiran.

"O-oh Tidak ada apa apa pi" Marela tidak tahu harus beralasan apa. Gak mungkin kan ia jujur?!

Malvin mendekat kearah Jeceb, ia hendak memberi tahu apa yang sebenarnya terjadi. "Anu om, Marela tadi-."

Ucapannya terhenti saat mendengar Marela yang menangis. Semua orang mendekati Marela dan menenagkannya.

"Tadi Marela ingin jalan jalan sebentar tuh, Marela ketemu anjing yang gede mi, pi. Mami sama papi tau kan Marela itu takut banget sama anjing. Karena Marela takut, ya Marela lari dong, eh di kejar dan tidak sengaja masuk parit. Paritnya bau banget sangkin baunya Marela pingsan. Untung nya ada Malvin di sana." Ucao Marela yang mengarang sebuah cerita.

Malvin mengernyit ketika mendengar penjelasan Marela. "Perasaan tadi kejadiannya nggak kek gitu deh." Batin Malvi.

"Emang benar kejadiannya kek gitu? Gak ada yang kamu tutup tutupin kan?" Ucap Fiona.

"E-enggak kok, kejadiannya beneran kek gitu kok. Iya kan Malvin?" Marela menatap Malvin sambil mengedipkan kedua matanya.

"Eh i-iya."

Kringgggggg
Kringgggggg

Telfon milik Jeceb dan Fiona berdering bersamaan.merema pun keluar dan mengangkat telfon mereka masing masing.

Malvin yang melihat Jaceb dan Fiona keluar langsung mendekat ke arah Marela. "Lo kenapa bohong?"

"Ya turs? Gue harus jujur gitu? Kalau gue mau lompat ke sungai?  Yang ada di omelin habis habis gue."

"Lagian lo kenapa mau lompat?"

Marela berfikir sejenak, jawaban apa yang harus ia jelaskan kepada Malvin?. "Yaaa, gue iseng doang." Alasan.

"WHAT? Iseng? Lo bilang iseng? Wah sakit nih orang." Malvin benar benar heran dengan apa yang barusan ia dengar dari mulut Marela.

"Ya emang gue lagi sakit. Nih buktinya gue di rumah sakit."

"Serah lo deh."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
AVIATORS Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang