O9

4.1K 395 63
                                    

Setelah beberapa menit, akhirnya pintu lift terbuka dan disambut dengan lorong menuju pintu rooftop. Jijel mengikuti Jeno dari belakang, saat Jeno membuka pintu rooftop Jijel disambut oleh udara yang tak begitu dingin karena saat ini sedang musim semi, serta bintang diatas langit yang begitu terang.

Jeno duduk di kursi yang tersedia disana, jarang orang yang pergi ke rooftop makanya hanya sedikit kursi yang tersedia disana. Padahal pemandangan di atas rooftop saat malam hari sangat indah.

Jeno menepuk kursi disampingnya, karena Jijel tak kunjung duduk. Akhirnya Jijel terduduk di samping Jeno, mereka masih terdiam sambil menatap langit dan gedung-gedung yang menjulang tinggi di depannya ini.

Jijel baru pertama kali pergi ke rooftop perusahaan, karena ia malas gedung ini sangat tinggi sehingga ia tidak tahu bahwa rooftop agensinya sangat bagus jika dimalam hati.

"Bagaimana kabarmu?" Tanya Jeno membuka obrolan mereka setelah lama terdiam.

"Baik,  kau bagaimana?" Balas Jijel.

"Baik, hanya sedikit kecapean." Ucap Jeno. 

Jijel mengangguk sebagai respon, apa yang dikatakan Jeno benar, ia merasa kecapean karena comeback dream dan persiapan tur konser yang mereka lakukan di Soul.

"Maaf karena beberapa hari ini tidak menghubungimu." Ucap Jeno.

"Gwencana, aku tau kau akan sibuk." Balas Jijel sambil tersenyum menatap depan. Mereka terdiam lagi, Jijel yang bingung harus ngomong apa, sementara Jeno tengah bergelut dengan pikirannya.

"Jel, tentang masalah kemarin apakah kau menyetujuinya? Jika kau menyetujui aku akan menyetujui juga." Tanya Jeno sambil menatap Jijel dari samping.

Jijel terdiam setelah Jeno bertanya, bukan karena Jeno sekedar ikut Jijel. Beberapa hari masalah ini terus mengganggu pikirannya, dan ia juga harus memikirkan masalah Jijel karena Jijel yang lebih banyak mendapat kerugian atas masalah ini.

"Bukankah aku tidak bisa menolak keputusan agensi? Aku tidak mau membuat masalah dengan agensi ketika aku menolak perintahnya." Balas Jijel sambil mencoba tersenyum.

Jeno meraih jemari kanan Jijel dan menggenggamnya, ia mencoba memberi Jijel kekuatan meskipun mereka sama-sama bersedih. Jijel menatap Jeno dengan mata berkaca, beberapa hari ini ia sudah mencoba menerima keputusan agensi dan jarang menangis. Namun malam ini entah kenapa ia menangis dalam diam.

"Mari kita hadapi bersama, kita bisa saling bercerita jika masalah. Aku yakin agensi akan memberikan solusi terbaik untuk masalah ini." Ucap Jeno sambil mengusap jemari Jijel untuk menguatkan gadis itu yang sudah meneteskan air matanya.

Jijel hanya mengangguk sebagai jawaban, lidahnya mendadak kelu untuk berbicara. Jeno memeluk Jijel dari samping guna memberi kekuatan pada gadis itu. Jijel mulai terisak tak bisa menanggung air matanya yang beberapa hari ini ia tahan.

"Percaya padaku Jel, jangan takut apapun karna aku akan selalu disampingmu untuk mendampingimu. Kau bisa bercerita hari-harimu padaku. Aku akan selalu menjadi pendengar untukmu. Paham kan?" Ucap Jeno sambil menepuk pelan punggung Jijel.

"Gomawo Jen." Balas Jijel sambil menatap Jeno.

"Berhenti menangis, kau jelek saat menangis begini." Ucap Jeno yang membuat Jijel kesal dan mencubit perut Jeno.

"Aww, ampun canda Jel ih." Balas Jeno sambil meringis akibat cubitan Jijel.

"Ya lagian orang nangis bukan dihibur malah dikatain." Kesalnya yang disambut tawa renyah dari Jeno.

 "Tapi Jen kau tidak lagi dekat dengan cewe lain kan? Atau bahkan udah punya pacar?" Tanya Jijel kepo karna untuk memastikan sesuatu.

"Kenapa? Mau jadi pacar Lee Jeno yang tampan ini?" Goda Jeno yang mendapat tatapan kesal dari Jijel.

Fake to Real | Giselle x JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang