Prolog

4.1K 92 3
                                    

Prolog

Terlahir sebagai gadis paling cantik di desa, menjadi kebanggaan tersendiri untuk Aurora. Parasnya yang sempurna, membuat siapa pun akan terpesona dengannya. Umurnya yang baru beranjak delapan belas tahun, sudah beberapa kali mendapat lamaran dari para pria pesohor di berbagai negara bahkan dari keluarga keturunan bangsawan terpandang. Tak tanggung-tanggung, mereka--para pelamar--sampai menjanjikan sebuah istana megah untuk ditinggali Aurora nantinya.

Namun, gemerlap tawaran menggiurkan itu, belum berhasil meluluhkan hati Aurora. Hampir sepuluh pria dari kota berbeda datang, tapi mendapat penolakan dan berakhir kekecewaan. Alasannya sederhana, Selena hanya belum siap karena masih ingin bermain-main dengan beberapa hewan peliharaannya dan juga masij ingin bebas tanpa ada aturan.

"Ini sudah pria kesepuluh, Aurora. Mereka semua bahkan berasal dari kalangan terpandang di setiap kotac. Kenapa kamu masih menolak juga?" Tatiana sudah beberapa kali mendesah berat menghadapi sang putri yang begitu susah di atur.

Harry, selaku ayah Aurora, juga sudah hampir menyerah dan kehilangan cara supaya sang putri lekas mau menikah, Sementara keadaan ekonominya saat ini sedang berada dalam keterpurukan. Jalan satu-satunya adalah dengan menikahkan Aurora dengan pria bangsawan yang terpandang.

"Lihat ayah dan ibumu, Aurora," kata Harry.

Harry meraih tangan Aurora dengan tatapan memohon. "Ekonomi kita sedang buruk. Panen kita gagal dua tahun ini. Kalau terus begini bagaimana kita bertahan hidup?"

Aurora tertegun sesaat lalu membuang muka ke samping di mana ia kemudian bertemu tatap dengan sang ibu. Seketika itu, Tatiana hanya bisa mendesah penuh harap.

Melihat bagaimana kondisi kedua orang tuanya saat ini, tentu Aurora tidak tega. Namun, jika menuruti kemauan mereka, Selena akan kehilangan kebebasannya. Dia akan pergi dari sini dan itu artinya akan berpisah dengan para teman-temannya dan juga beberapa hewan kesayangannya.

"Bantu kami kali ini saja, Aurora." Harry masih memohon. "Dan lagi, kamu akan bahagia jika menikah dengan pria bangsawan. Mereka akan memenuhi semua kebutuhan kamu."

Sepertinya terdengar sangat menggoda. Terkadang, Aurora juga ingin merasakan indahnya gemerlap kehidupan di kota. Akan banyak hal indah di sana yang tentu di sini tidak ada. Ya, setidaknya hal itu yang bisa sedikit meluluhkan hati Aurora.

"Baiklah, aku setuju," kata Aurora kemudian.

Jawaban singkat itu membuat wajah Harry dan Tatiana seketika berbinar cerah. Bergantian, mereka memeluk Aurora dengan erat. Ada tangia haru di dalamnya.

Di saat semua sudah merasa tenang dan keadaan mulai tertata, Harry kembali buka suara. Dia duduk dengan tenang, menatap sang istri lalu beralih menatap Aurora.

"Besok dia akan datang. Pria tampan putra dari pasangan Tuan Arkan dan Nyonya Jessy akan datang melamar kamu." Wajah Harry begitu bersemangat saat membicarakan hal itu. "Mereka terkenal sebagai keluarga yang begitu disiplin dan baik hati pada sekitarnya. Mereka akan datang lusa untuk membawa kamu. Kamu akan bahagia di sana."

"Lalu, apa kita bisa bertemu?" tanya Aurora. "Bukankah tempat itu begitu jauh?"

Tatiana menangkup kedua tangan Aurora. "Tentu saja. Kapan pun pasti kita akan bertemu lagi. Yang terpenting, kamu bisa hidup bahagia di sana."

Tiada kata mundur untuk saat ini. Tidak ada pilihan selain Aurora harus patuh demi kemakmuran keluarga. Dan satu lagi, sebagai anak sulung, terkadang memang harus berkorban demi kelangsungan hidup adik-adiknya yang lebih banyak membutuhkan biaya.

***

Perfect Man (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang