24

597 104 10
                                    

Gracia terbagun dari tidur nyenyak nya. Lagi dan lagi mimpi itu muncul. Mimpi bertemu Jinan. Sebelum beranjak dari ranjang, dia sempat berfikir bahwa dia tidak bermimpi. Disaat itu terlihat jelas wajah Jinan, dan dia serasa menyentuhnya. Namun dia justru terbangun.

Shami keluar dari kamar mandi lantas menoleh ke arah istrinya. Melihat wajah lelah istrinya dia pun jadi tidak tega. Hari ini adalah hari ke tiga Gracia pergi mencari Jinan. Shami sebenarnya tahu itu, tapi dia tidak bertindak lebih atau membantu usaha Gracia itu. Dia sebenarnya hanya ingin hidup berjalan kedepan tanpa melihat masa lalu. Tapi mungkin bagi istrinya masa lalu adalah hal terindah, jadi selalu ingin dia kenang.

Melihat itu, Shami pun tergugah. Dia lekas duduk di sofa dan mulai mengabari seseorang. Seseorang yang pastinya tahu mengenai keberadaan Jinan. Bukan Ara, karena Ara benar benar hilang kabar semenjak Shami pergi ke Turki.

Setelah mendapat sedikit pencerahan, Shami lekas melanjutkan kegiatan nya berganti baju.

"Cindy, nanti papa yang antar kamu ya ?. Papa sekalian lihat kampus kamu"
Shami duduk berhadapan dengan Cindy saat sarapan bersama. Gracia masih dalam mode kalut yang membuatnya tidak napsu makan sehingga saat ini dia masih saja tidur di kamarnya.

"Kenapa ? Tumben?"
Heran Cindy.

"Mau lihat aja. Apa kampus itu baik dan bagus seperti yang sekertaris papa bilang atau ngak"

"Oh. Ya udah. Terus mama gimana ?. Mama kan.."
Cindy menggantungkan kalimat nya karena Shami pasti tahu arah pembicaraan nya.

"Mama masih sedih soal kemarin. Jadi biarin mama tenang in diri. Nanti juga ada mba yang dateng. Oma juga mau dateng juga kesini, jadi mama ngak akan sendirian"

"Oh, oke"

Shami menceritakan semua hal mengenai Gracia kepada Cindy. Semua dia lakukan agar Cindy tidak merasa tidak tahu apa apa. Makanya Cindy tahu betul apa yang mamanya rasakan. Rasa kecewa karena belum juga bisa bertemu Jinan.

Selepas sarapan, keduanya pergi ke kampus bersama. Shami yang memang memcutikan diri bersedia mengantar Cindy karena dia tahu bahwa kemungkinan besar Jinan juga kuliah di kampus itu.

"Kampusnya lumayan" komentar Shami saat mereka memasuki area kampus.

"Pas awal dateng juga Cindy langsung betah"

"Kalau dosennya gimana? Atau kating ?. Udah ada yang melirik anak papa belum ?"
Goda Shami. Dan Cindy hanya tertawa.

"Apaan sih pa. Kalau dosen sih Cindy baru berapa yang menurut Cindy ngajarnya enak. Karena belum banyak kelas jadi belum kenal banyak dosen. Tapi kalau kating. Ya...adalah yang cakep. Tapi masih kalah cakep sama papaku ini"
Goda balik Cindy. Giliran Shami yang tertawa.

"Beruntung nya kampus ini ngak ada acara penyesuian atau apalah itu. Jadi kamu bisa langsung fokus kelas. Papa suka kampus yang kayak gitu. Apaaan coba acara orientasi gitu-gitu"

"Tapi kan seru kalau bisa ikutan kayak gitu. Cindy malah berharap bisa rasain masa ospek di kampus. Kan dari dulu ngak pernah"
Curhat Cindy.

"Belum rejeki kamu, dah sampe"

Shami mengheningkan mobilnya di depan lobby kampus.

"Papa mau ikut masuk ?"

"Ngak ah. Ngapain papa masuk"

"Katanya mau lihat lihat"

"Lain kali aja. Papa mau ada urusan"

"Oh. Kalau gitu Cindy pamit ya pa ? Makasih udah anterin Cindy"

"Sama sama. Semangat kelasnya sayang"

"Semangat juga buat kegiatan papa"

Cindy menyalami tangan Shami lalu keluar dari mobil.

Swapped PrincessTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang