"Tunggu!!"
Teriak seseorang saat melihat Jinan akan pergi dari area kampus. Seseorang itu pun sedikit berlari untuk menyusul Jinan yang jaraknya sedikit jauh.Cindy. Gadis itulah yang baru saja memanggil Jinan. Cindy menunggu hingga satu jam sampai akhirnya Jinan selesai kelas. Mereka berbeda jurusan sehingga mereka berbeda kelas pula. Menurut Puchi, Jinan akan selesai kelas satu jam setelah mereka selesai kelas. Dengan semangat 48 Cindy pun menunggu di lobby kampus yang pastinya siapa saja akan lewat situ. Dan benar saja. Mereka di pertemukan di lobby.
Cindy telah mengabari Shami agar tidak menjemputnya kali ini. Awalnya di tolak, tapi Cindy punya alasan kuat sehingga Shami memperbolehkan Cindy pulang sendiri nanti.
Setelah tiba di hadapan Jinan, Cindy justru terdiam. Entah harus di mulai dari mana. Menyapa pun lidahnya kelu. Banyak hal yang ingin dia sampaikan, namun semua kata demi kata itu hilang entah kemana kata kata itu.
"Aku...aku.."
"Cindy...kenapa ?"
Tanya Jinan. Dia terlihat seperti biasa saja. Itu yang membuat Cindy dilema."Ah. Ngak jadi deh. Maaf ya ?"
Ujar Cindy lalu dia lekas pergi.Sambil memukul kepalanya sendiri atas tindakannya barusan, dia berjalan agak sedikit cepat.
Ternyata Jinan melihat aksinya dan tertawa kecil.
"Cindy!!"
Cindy pun berhenti lalu menoleh kembali ke belakang.
"Apa kabar??"
Tanya Jinan dengan suara lantang. Itu cukup membuat Cindy kaget dan bingung.Saat dia terus memperhatikan ke arah Jinan, Cindy melihat senyum Jinan.
"Mama...Gracia, papa Shami. Mereka apa kabar ?"
Tanya Jinan dengan suara gemetar. Dia menahan tangisnya.Sebenarnya sejak bertemu Gracia di lift, bertemu Shami di kantin, dan juga Cindy di kantin juga, hati Jinan jadi tak menentu. Rasa rindu, sedih, kecewa dan kesal bercampur jadi satu. Jinan bukan melupakan mereka saat bertemu tanpa mau menyapa, tapi dia takut. Takut memulai semuanya.
Jinan takut akan hal yang tidak pasti. Jinan menyimpan semua rindunya hanya lewat tangis yang setiap malam dia keluarkan. Jinan hanya menahan semuanya sendirian karena dia tidak mau siapapun tahu seberapa menyedihkannya dia.
Cindy yang yakin Jinan yang ada di hadapannya adalah Jinan yang dia ingin temui pun berlari mendekati Jinan kembali dan lekas memeluknya erat. Tangis haru tak terbendung lagi. Keduanya meluapkan semua nya dalam tangis.
"Jinan....aku kangen. Maaf. Maaf untuk semuanya. Aku tahu kamu pasti marah saat itu. Tapi jujur...aku juga ngak tahu kalau aku akan pergi tanpa pamit sama kamu. Aku minta maaaf, nan"
Ujar Cindy."Iya. Aku marah karena ngak ada yang memberitahu ku saat kalian pergi. Tapi aku seneng kalau kalian bahagia disana"
Cindy melepaskan pelukannya.
"Kita tidak bahagia Jinan, karena tanpa kamu"
Cindy menyeka air mata nya sebelum melanjutkan ucapan nya.
"Mama, orang yang paling kehilangan kamu. Papa, aku tahu papa kuat. Tapi dalam diam nya papa juga kangen sama kamu. Dan, aku. Aku merasa bersalah. Kamu ngak tahu kalau tahun demi tahun dilalui dengan kebahagiaan palsu. Kami bahagia, tapi hanya demi saling menguatkan. Aslinya kami lelah dengan semua ini. Karena itu, aku ingin mengembalikan semuanya." Itu tekad Cindy sejak lama. Jinan tidak pernah berfikiran seperti itu karena dia tahu bahwa semua sudah di putuskan sedemikian dan sepertinya sudah tidak bisa lagi di rubah. Dia juga pasrah, dan tidak ingin mengacaukan apapun itu. Berbeda dengan Cindy, dia hidup dengan penuh rasa bersalah karena dia merasa dia merebut kebahagiaan orang lain.
KAMU SEDANG MEMBACA
Swapped Princess
FantasyKetika dua putri dari dua keluarga berbeda kasta tertukar dan baru di ketahui setelah 6 tahun lamanya, lalu apa yang akan terjadi ke depan nya ?. Mari kita saksikan bersama.