Prolog

15.6K 2.4K 228
                                    

"Saya mengerti." suara serak itu menyahut parau. "Saya akan bergegas."

Isvara menutup telepon. Dia sedang duduk di kursi roda, menatap kosong pada ponsel di tangannya. Dia mengecek saldo di rekeningnya hanya tersisa 500 ribu. Ini ... Isvara bahkan tidak yakin apa cukup untuk menutupi ongkosnya atau tidak.

Tapi dia memang sudah tidak bisa tinggal lagi di kontrakan ini.

Isvara tersenyum hampa.

"Aku udah nggak mampu membayarnya." Isvara mendorong tuas kursi rodanya untuk melaju menuju kamarnya. Dia membuka lemari, turun menggunakan kaki kanannya yang masih normal, untuk mengambil koper yang dia letakkan di atas lemari. Berjinjit untuk meraihnya.

Namun pada akhirnya dia kewalahan. Dia jatuh dan tertimpa koper. Terjerembab di lantai, mengeluh kesakitan, sebelum akhirnya tertawa.

"Sial!" Isvara berbaring telentang. Menutup wajah dengan telapak tangan kanannya, air matanya mulai mengalir bercucuran. "Sial!"

Isvara tidak tahu, di dunia ini ... apa ada orang yang akan lebih sial dibanding dirinya sendiri?

Ibunya meninggal dalam kecelakaan mobil 4 tahun lalu, ayahnya menyusul karena tiba-tiba saja ditikam oleh perampok 3 tahun kemudian. 

Isvara adalah anak tunggal dan tanpa kerabat. Jadi, begitu lulus SMA, dia mulai mencari pekerjaan untuk menopang hidupnya sendiri. Tapi 3 bulan lalu, nasibnya juga begitu nahas. Dia mengikuti atasannya pergi melihat proyek hotel yang sedang dibangun. Tiba-tiba saja sebuah pipa jatuh dari ketinggian 3 meter. 

Isvara menyadarinya, dia mencoba melarikan diri namun justru tersandung.

Kaki kirinya tertimpa.

Tulangnya hancur. Pada akhirnya, kaki ini menjadi tidak berguna. Bahkan walau dia melakukan operasi dan rehabilitasi, dokter mengatakan seumur hidup ... Isvara hanya bisa mengandalkan kaki kanannya saja.

Perusahaan memintanya pensiun dini, dia diberikan uang pensiun beberapa ratus juta.

Harusnya ... hidupnya baik-baik saja.

"Aku bener-bener terlalu sial." Isvara mengeluh kesakitan.

Sayangnya, kekasihnya ternyata seorang bajingan. Mereka sudah bersama lebih dari 4 tahun, berencana untuk menikah tahun depan. Tapi bukan hanya selingkuh di belakangnya, pria itu juga diam-diam mencuri semua uangnya.

Hanya meninggalkan beberapa juta yang tersisa.

"Ya, ngeluh juga nggak ada gunanya." Isva mencoba untuk bangkit. Terkekeh sambil menyingkirkan koper yang menimpanya. Ada goresan berdarah samar di pelipisnya. Namun ini bukan apa-apa.

Luka sekecil ini, tidak bisa lagi menyakiti Isvara.

Isvara sudah tidak bisa bekerja, tidak ada gunanya bersikeras untuk tinggal di ibukota.

Tidak ada yang salah dengan tinggal dengan kakeknya. Walau dia sendiri awalnya terkejut karena tiba-tiba dihubungi oleh kerabat yang tidak pernah dia kenali seumur hidup, tapi setelah pria itu memberikan detail tentang orang tuanya, termasuk tanda lahir di pinggang ayahnya, Isva percaya kalau sosok ini memang kakek kandungnya.

Disebutkan, orang tuanya kawin lari karena tidak disetujui. Bertahun-tahun tanpa kabar, kakek Isvara tidak pernah berhenti mencari. Pada akhirnya, dia tidak sempat bertemu dengan anak dan menantunya, tapi bersyukur karena cucunya masih hidup setelah melewati berbagai kesulitan sendiri di ibukota.

Kakeknya adalah juragan kampung. Sangat kaya. Jadi, selama tinggal bersamanya, Isvara tidak perlu khawatir tentang makanan atau pakaian. Lagi pula, suasana kampung sejuk dan damai, itu bisa membantu proses pemulihan kaki dan mentalnya.

Isvara pada akhirnya setuju.

Dia sama sekali tidak menyadari ... kalau keputusannya saat ini, hanya akan berujung sebagai tragedi.

***

Hai~

Saya kembali. Hahahahaa

Saya kehilangan mood ke cerita komedi atau teenlit. Mungkin karena saya udah terlalu tua #uhuk

Jadi saya mau nyoba bangun feel nulis di wattpad pake horor-thriller lagi. Mudah2an lewat cerita ini, saya bisa akhit lagi kek dulu. Haha~

Kerasa ga sih perbedaan gaya nulis saya di sini sama tulisan saya yang lain? :')

The Bride ; SchadenfreudeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang