Prolog

88 18 3
                                    

Muhammad Mughis al-Juweti. Pemuda paruh baya yang hari-harinya menanggung cinta dari luka kekasihnya. Ia benar-benar menikmati keadaannya. Sebab dalam dirinya ada luka yang disebabkan kekasihnya. Keyakinan bahwa apa pun yang diucapkan kekasih, apa pun perlakuan dari seorang kekasih, meski berakibat luka, cinta pada dirinya tak pernah libur melingkari.

Setidak-tidaknya ketidakpedualian seseorang terhadap orang lain. Paling tidak, membenci menjadi sebuah ukuran kepedulian pada Mughis. Justru kebencian yang dalam memberikan tempat tersendiri dalam hati.

Manusia tidak banyak menyadari; uleng-ulengnya pada sesuatu akan melupakan niat utamanya. Bisa saja kebahagiaan yang lebih membawa manusia mencintai raganya. Lupa bahwa hakikat cinta ada dalam hati; dirasakan, dikerjakan, diyakini. Sebaliknya, kebencian terlalu dalam bisa saja mengakibatkan manusia lupa pada tujuan awalnya, membenci. Sebab namanya akan ada di hati; paling dalam, menjadi dzikir. Barangkali bersamaan dengan Ridho-Nya, perasaan benci berubah cinta.

Setelah beberapa kali ia dipatahkan, gagal menuntaskan cintanya. Mughis benar-benar diberikan pelajaran, ia tidak pernah lagi memberikan spesifikasi dalam mencintai.

Menurut olah yang kerap dijuluki Gus Murdani, keadaan ini dinamakan keadaan "tatu", dimana tatu bisa selesai bila diserang es teh. Memang berat, sebab itu hanya hati yang kuat menanggung luasnya sakit, karena luasnya sakit masih lebih luas kesediaan cinta. Lalu, mengapa mata tak kuat memandang? Sampai tumpah air mata, bila sampai jatuhnya mendalam bisa saja berakibat kebutaan. Seperti Putri Gandari yang mencintai Pandu. Akan tetapi berkat keluasan hatinya Pandu kepada Destarasta, ia memberikan Putri Gandari kepadanya. Seumur hidup setelah menjadi suami Destrarasta, Gandari sengaja membutakan matanya dengan menutup kain agar tidak bisa menikmati keindahan dunia, karena ingin mengikuti jejak suaminya. Mahabharata mendeskripsikannya sebagai wanita cantik dan mulia, serta istri yang berbakti.

Akan tetapi, terkadang mata juga bisa membohongi. Sebab nata tak pernah punya perasaan; kehidupan mata diberkati oleh hati. Bila hati berjalan dengan baik, mata akan menjadi baik. Karena mata yang baik tidak mendusta pada hati yang baik.

Sejalan dengan perkataan Syeh Ibnu Attoillah:

ماَاسْـتـُودِعَ فىِ غيْبِ السَّراءـرِ ظهرَ فِى شَهادَةِ الظوَاهِرِ

“Apa yang tersembunyi dalam rahasia ghoib, yaitu berupa Nur ma’rifat dan nur ilahi, pasti akan ada pengaruhnya di anggota lahir”.

Apabila dalam hati hamba sudah ada Nur ma’rifat dari Alloh,pengaruhnya Nur tersebut akan jelas tampak pada anggota lahir, karena keadaan lahir itu bisa menjadi cermin keadaan batin.
Abu Hafs berkata: Bagusnya adab kesopanan lahir, membuktikan adanya adab yang didalam batin. Rasulullah saw. Ketika melihat seorang yang memain-mainkan tangannya ketika sholat, maka Rasulullah saw. Bersabda : Lau-khosya’a qolbuhu lakhosya-‘at jawarikhuhu. (andaikan khusyu’ hati orang itu, niscaya khusyu' semua anggota badannya.”

Dengan begitu, perjuangan kekasih menjadi cermin cinta pada kekasihnya. Seperti kopi yang tumpah dari cangkir akan berbuah kopi, mustahil menjadi air putih.

Sariyem. Bernama lengkap Siti Sarah. Dipanggil Sariyem dikarenakan nisbah dari nama mbahnya, Mbok Yem alias Mbah Sariyem. Sariyem ialah wanita top global menurut pandangan Mughis. Bukan sebab mripate blalak-blalak, alise nanggal sepisan, pipine nduren sajuring, untune miji timun, batuk e nyela cendani. Rasanya tak cukup diungkapkan kesempurnaan Sariyem. Dalam twitternya, Mughis menyematkan tulisan "Kecantikanmu tak pernah cukup untuk dituliskan. Tak akan selesai kutuliskan sampai batas maximal twitter ini akan selesai". Seperti kata Nizar Qobbani yang dituliskan dalam bio twitter Faishol Tabrizzi, "Dihadapan cinta, mati semua kata-kata". Memang sudah uleng-uleng cintanya Mughis pada Sariyem. Hingga pada suatu saat sampai pada pemutusan hubungan selegence, alias mencintai wanita yang tidak pernah merasa punya cinta. Sejak mengetahui perasaan Sariyem dari temannya, bernama Habibah, Mughis sudah berhenti mengharap balasan cinta. Akan tetapi cinta pada Sariyem terus bersenandung.

Obituari CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang