Pendarahan

35 11 0
                                    

Derai darah disebabkan pisau berdurasi sementara. Darah mendera yang disebabkan luka  berdurasi selamanya. Maka, derai air mata akan menjadi saksi ahli dalam peristiwa duka.

"Mas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Mas. Nanti sepulang kerja jangan langsung pulang kerumah. Kita mampir ke Waung Mode. Karena aku ingin merayakan tiga ribu sembilan ratus empat puluh hari kebersamaan kita."

"Buat apa kita merayakan di Waung Mode? Bukankah aku sudah membangunkan taman megah beratapkan malam. Apakah masih kurang romantis, keramik-keramik yang kususun membentuk kenangan bergambar foto pertemuan pertama kita?"

"Bukan begitu. Hari ini aku ingin sekali tampil anggun di depanmu. Aku ingin kembali tampil menawan seperti hari pertama setelah kamu mengucap janji setia."

"Dik Yem. Untuk terlihat anggun kamu tak perlu apa-apa, sebab matamu sudah menggambarkan bunga raflesia. Hari-harimu selalu seperti pertama kita bertemu. Cintaku padamu tak pernah lingsut oleh waktu."

"Mas Mughis. Aku ingin berdandan ratu, mengenakan gaun indah bertindik kecil di hidungku, mengenakan gelang emas di tanganku."

"Kan sejak pertama kita bertemu aku sudah membangunkan istana, bersama dengan pelayannya.

"Memang kamu mau menjadi apa?"

"Aku ingin menjadi Nawang, yang selendangnya dicuri olehmu, Mas"

"Apa, Dik? Kamu ingin menjadi widodari, kah? Bukankah sudah pernah kubilang "keinginanmu menjadi seperti orang lain malah hanya akan mengurangi legalitas kecantikanmu. Untuk menjadi widodari, hanya perlu legowo, Dik. Kesholihanmu dalam berperilaku sudah mewakili seluruh kecantikan widodari di seluruh surga."

Sariyem terdiam di belakang Mughis. Karena hari sudah semakin gelap, ia segera mengajaknya untuk pulang di rumah senja. Sebentar lagi hujan akan turun, mantel yang dibawa hanya satu; miliknya Mughis.

Keduanya pulang dengan harapan. Menaiki kendaraan mimpi yang ia beli dari janji sehidup semati; tidak berroda, tidak berbahan bakar bensin, tidak ber-stang satu. Cukup sulit mengendarai bagi mereka yang emosian, jomblo, kurang asupan kasih sayang. Sebab dibutuhkan satu frekuensi perjalanan. Memang sulit, bisa saja satu stir belok kannan, satunya lagi belok kiri.  Maka dari itu, bagi pengendara diharapkan memiliki surat resmi terbitan KUC (Kantor Urusan Cinta), SBJ (Surat Bebas Jomblo).
Setengah perjalanan pulang, hujan pun tiba. Kode alam untuk Mughis membuktikan rasa cintanya. Sedari tadi Mughis bingung bagaimana cara menentramkan Sariyem yang masih kalut. Keinginannya untuk tampil modis ala-ala ratu India besar sekali. Sedangkan bayaran kerja Mughis tak cukup untuk membelikan gaun mahal yang diinginkan Sariyem.

Rasa syukur Mughis besar sekali bisa mendapatkan Sariyem apa adanya. Meskipun ia selalu mengungkapkan keinginannya untuk cantik sekali saja, tampil seperti ratu. Betapa ia mencintai kekasihnya, tak pernah ia bersikap proleter terhadap Mughis. Padahal bisa saja ia mendemo habis-habisa kepada kekasihnya. Di sisi lain,  Sariyem merupakan wanita aktivis, menjabat sebagai ketua organisasi intelektual. Kerap kali ditunjuk menjadi ketua demo karena kecerdasan yang ia miliki.

Dalam keadaan susah, Mughis selalu berdoa supaya bisa mewujudkan keinginan kekasihnya. Ia tetap berusaha; setiap malam ia menjahit kata-kata yang disulur dari senyumnya Sariyem. Ia masih ingat, bahwa keinginanmu melakukan kebaikan, tapi tak didukung oleh kemampuanmu. Maka niat dan usahamu bernilai seperti kebaikan yang kamu inginkan.

Selain sebagai manusia yang menjadi tempat salah dan lupa. Mughis juga merasa lemah; dengan menyandarkan diri, membagi beban di tempat puisi, menjadikan puisi sebagai tawasul kepada Kanjeng Nabi.

Setiap malam ia menuliskan kesalahan -kekurangan terhadap kekasihnya, Sariyem, menebusnya dengan dzikir puisi. Karena diterangkan dalam nashoihul ibad, emoat dari perkara yang menjadikan gelapnya hati salah satunya "nisyaanu dzunub", lalai akan dosanya. Maka dari itu, ketika malam melingkar, ia selalu menyendiri menuliskan kesalahan-kesalahan yang ia lakukan selama sehari tadi.

Sudah sejak setengah tahun setelah mengenal Sariyem, setiap malam ia merutinkan diri sebelum tidur untuk mulat saliro (muhasabah). Baginya  waktu malam bangjo-bangjo telah padam, kendaraan-kendaraan memilih istirahat, bising dan keramaian berada di luar malam. Mungkin, karena sejak setiap malam ia mengeluarkan sajak doa untuk Sariyem; merantai perasaan lewat doa, menyampaikan kabar lewat malam.

Mungkinkah ini yang disebut alam dan manusia menjadi satuan kosmos? Sehingga apa yang dilakukan makhluk kepada makhluk lain; alam semesta akan membaca dan menyesuaikan keadaannya.

Obituari CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang