∆-18.Khawatirkan

1.7K 239 30
                                    

Menepuk-nepuk pipi sang gadis Haruto mencoba untuk menyadarkan Jihan yang masih pingsan saat ini, wajahnya sangat menggambarkan bahwa ia khawatir. Berkali-kali Haruto memanggil nama Jihan namun nihil tak ada respon sama sekali.

"Jihan bangun jangan kaya gini, Han bangun.."

Mengusap surai basah gadis itu, menatap melas pada gadis itu sungguh keadaannya sangat kacau saat ini. Haruto berpikir apakah Jungwon sudah berbuat macam-macam hingga Jihan seperti ini?

"Pak tolong lebih cepat jalanya."

"Baik mas."

Tidak lama mobil tersebut berhenti di depan sebuah rumah sakit, Haruto mengeluarkan selembar uang dan di berikan kepada sang supir. Dengan cepat Haruto menggendong Jihan ala bridal style.

Langkah panjang dengan kedua tangan yang tengah menggendong seorang gadis kini berlari di lobi rumah sakit. Haruto dengan wajah panik langsung berteriak memanggil dokter.

"Jihan gue mohon bertahan, gue gamau lo kenapa-kenapa.."

"DOKTER!! SUSTER!! TOLONG TEMAN SAYA!!"Setelah berteriak cukup keras beberapa perawat datang dengan membawa brankar.

Haruto membaringkan tubuh Jihan di atas brankar tersebut, suster langsung mendorong brankar menuju ruang UGD untuk mengambil tindakan. "Lo harus bertahan Han, gue yakin lo bisa." Haruto berjalan di sebelah brankar sembari memegangi tangan gadis itu.

"Jihan bangun jangan buat gue khawatir kaya gini.."

Dingin, itu yang dirasakan saat mengengam tangan jihan. Ia hanya berharap Jihan baik baik saja, jika sampai Jihan kenapa-kenapa ia bersumpah akan menghabisi Jungwon saat ini juga.

Jihan di bawa masuk kedalam ruangan, Haruto yang hendak ikut menemani langsung di larang oleh suster. "Maaf tapi anda tidak boleh masuk, silahkan tunggu di luar." Ucap sang suster sedikit mendorong tubuh Haruto.

"Tapi sus dia sahabat saya sus!"

"Saya ingin ikut masuk sus, saya ingin tau keadaannya."Mohon Haruto.

"Maaf mas tapi tidak bisa ini sudah peraturan, silahkan menunggu di luar."setelah itu suster masuk kedalam ruangan dan menutup pintu.

Haruto mendudukkan dirinya di kursi besi itu, mengusap wajahnya kasar netranya berkali kali ia memandang pintu UGD yang masih tertutup.

Beberapa menit setelah itu Sunoo dan Lucy datang dengan tergesa-gesa. "J-jihan gimana to?, huhh huhh.."Tanya Sunoo yang masih susah bernapas.

"Lagi ditangani dokter di dalem."

Lucy ikut duduk di sebelah Haruto, gadis dengan rambut di gerai itu menggigit kukunya cemas. Ia sangat khawatir pada Jihan saat ini.

"Semuanya bakal baik-baik aja, Lo tenang ya."Sunoo menggenggam pundak Lucy mencoba meyakinkan.

Ia hanya berharap agar Jihan dan bayinya baik baik saja.

∆∆∆∆

Jungwon menyenderkan dirinya di pohon rindang belakang sekolah, beberapa murid menatapnya bingung karena seragam laki-laki itu uang masih basah kuyup dan rambutnya yang berantakan.

Jungwon membuang napasnya panjang, pikirannya kini mulai beradu ia tidak bisa memikirkan jalan keluar dari masalah ini. Di satu sisi ia sangat khawatir dengan Jihan namun di sisi lain ia masih takut untuk bertemu gadis itu.

"Keadaan Jihan gimana ya?, Apa gue tanya Sunoo aja?"Monolognya.

Jemarinya bergerak mengambil ponselnya yang berada di saku celana, baru saja ingin mengetik beberapa kata laki laki itu langsung menghapusnya kembali.

Erroris; JungwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang