∆-21.Maksudnya?

2K 164 25
                                    

Kamar dengan nuansa warna abu-abu terasa sangat sunyi hanya satu lampu tidur yang menyala selebihnya hanya cahaya dari luar balkon.

Jungwon menyenderkan punggungnya di tepi kasur tatapan kosong terlihat jelas di netra remaja tersebut. Perlahan kedua matanya tertutup ia merasa lelah dan tak tahu harus bagaimana.

Jungwon kini mengalihkan pandangannya kearah satu bingkai foto, ia mengambil bingkai foto tersebut lalu mengusapnya perlahan, "Andai bunda masih disini sama aku."Lirihnya dengan putus asa.

"Bunda pasti kecewa banget ya sama aku? Maafin Jungwon bun."

Satu teter air mata jatuh keatas foto yang terbungkus kaca, ia benar-benar putus asa sekarang.

Entah hanya halusinasi atau apa Jungwon merasakan ada kehadiran sang ibu di sini bersamanya, "bunda disini ya? Aku kangen banget sama bunda."

Kehilangan seorang ibu sangat kita cintai adalah rasa sakit yang teramat dalam, ibu yang biasanya selalu menenangkan kita jikalau sedih kini sudah tidak ada. Itu yang dirasakan pleh Jungwon sekarang.

"Sayang."Jungwon langsung menoleh dengan cepat, itu sang ibu kini duduk di sebelahnya.

"B-bunda ini beneran bunda? Hikss..h-hikss bunda jungwon kangen banget sama bunda."Jungwon langsung menerjang tubuh sang ibu ia memeluknya begitu erat hingga rasanya tidak ingin melepaskannya lagi.

"Bunda juga kangen Jungwon, sssttt sayangnya bunda jangan nangis kaya gitu ya ."Kinanti mengusap surai hitam legam Jungwon dengan lembut.

Kehangatan itu kini kembali ia rasakan, ia merasakan pelukan ini terakhir kali saat ia berumur 9 tahun.

"J-jangan tinggalin aku lagi bun, hikss..aku mau sama bunda aja tante Rena jahat dia ga suka sama Jungwon."

Kinanti melonggarkan pelukannya kemudian menatap lekat wajah sang putra, "Sayangnya bunda besar sekarang, kamu gaboleh bilang kaya gitu nak kamu harus tetap disini kamu harus jagain kak Gita."

Mengelap kedua sudut mata sang putra Kinanti malah tersenyum, "Bunda tau anak bunda yang satu ini kuat dan juga hebat, kamu pasti bisa ngelewatin semua ini sayang."

"Bun."

"Kenapa?"

"Jungwon udah ngelakuin kesalahan besar, dan Jungwon belum ngasih tau ini ke ayah sama kakak."

"Jungwon udah ngehamilin temen Jungwon sendiri, Bun. Sekarang aku gatau harus gimana."

"Tanggung jawab, bunda kecewa sama kamu karena hal ini tapi bunda ga akan mojokin kamu. Tapi kamu harus tetap tanggung jawab sama apa yang telah kamu perbuat sama perempuan itu."Jungwon menunduk ia menyesal.

Kinanti mengangkat pelan wajah jungwon kemudian ia melanjutkan kalimatnya, "Jangan biarin dia nanggung semuanya sendiri, dia perempuan pasti akan dapat akibat yang lebih buruk. Sayang dengerin bunda—."Kinanti menjeda kali kalimatnya beberapa saat.

Ia mengegam jenari panjang Jungwon dengan erat lalu mengusapnya perlahan, "Kamu harus bertanggung jawab atas apa yang sudah kamu perbuat sama dia jangan lepas tanggung jawab gitu aja nak, nikahi dia dan jangan biarin dia menanggung semua itu sendiri.

"Bunda percaya sama kamu."

"Aku takut bun."

"Sekarang bukan saatnya untuk takut tapi saatnya untuk memperbaiki semuanya."

"Aku bakal usahain."

"Yasudah kamu baik baik ya disini, bubda sayang banget sama kamu melebihi hidup bunda sendiri."

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 10, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Erroris; JungwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang