∆-17.Baru permulaan

2K 266 32
                                    

Pintu terbuka menampakkan seorang pemuda yang tertunduk dengan penampilan yang sudah kacau, ia melangkahkan kakinya masuk kedalam rumah besar itu.

Baru saja kakinya hendak menginjak anak tangga suara halus dari arah ruang tamu membuat berhenti. "Jungwon, kamu udah pulang?"Wanita dengan kemeja putih itu berjalan kearah Jungwon.

"Jungwon?"

Pemuda itu berbalik menghadap sang kakak, dalam sekejap ekspresi wajah Anggita berubah ketika melihat penampilan sang adik. "Kamu kenapa Jungwon, kenapa muka kamu babak belur kaya gini?!"Tangannya bergerak menyentuh wajah Jungwon.

Jungwon diam ia tidak mengeluarkan sepatah katapun, ia hanya bisa menundukkan kepalanya. "Ayo sini kakak obatin, nanti lukanya bisa infeksi."Anggita menarik lengan Jungwon untuk duduk di sofa.

Ia pergi untuk mengambil kotak p3k yang ada di laci ruang tamu. Anggita langsung mengambil kapas kemudian menuangkan sedikit obat merah.

"Tahan ya, ini lumayan perih."Dengan telaten wanita itu mengobati satu persatu luka yang ada di wajah sang adik.

Anggita berpikir bagaimana sang adik bisa mendapatkan luka separah ini, Menurut Anggita Jungwon bukanlah anak yang nakal yang suka mencari masalah.

Jungwon laki-laki itu memperhatikan wajah sang kakak dengan tatapan menyesal, bahkan kini ia merasa jika kedua matanya memanas, ia akan menangis.

"Kamu kenapa bisa kaya gini si?, Kamu berantem?"Tanya Anggita selembut mungkin.

Merasa tidak ada jawaban dari sang adik, Anggita menghentikan aktivitasnya, ia menatap wajah Jungwon. "Kenapa diem?, Kakak tanya loh ini."

"Kamu ke-"Belum selesai wanita mengatakan dialognya, Jungwon dengan cepat memeluk Anggita dengan sangat erat.

Anggita diam, ia sedikit terkejut dengan perilaku sang adik saat ini. Ia meletakan kapas di atas meja kemudian memeluk balik tubuh sang adik.

"Jungwon kenapa?, Pasti kamu lagi ada masalah ya?"Jungwon menggeleng kecil, cairan bening keluar dari sudut matanya, kini air mata itu lolos begitu saja melewati pipinya.

Laki-laki itu menangis di pelukan sang kakak, setidaknya untuk terakhir kalinya sebelum sang kakak tau tentang hal ini dan akan sangat kecewa padanya.

Anggita merasa kemejanya basah, sepertinya sang adik menangis disana. Jemari wanita itu bergerak mengelus rambut hitam sang adik mencoba untuk menenangkannya.

Jungwon melepaskan pelukannya kemudian menatap wajah cantik sang kakak, "Kak, kalau aku buat kesalahan kakak bakal benci sama aku?"Tanya laki laki itu lirih.

Anggita mengernyitkan alisnya bingung, "Maksud kamu ini apa sih?, Mana mungkin seorang kakak bakal benci sama adiknya sendiri."

"Tapi kak, aku ngelakuin kesalahan."

"Kesalahan sebesar apa samapi kakak bisa benci sama kamu?"

"Besar banget kak."

Anggita mengelus surai hitam milik Jungwon, "Ada apa?, Cerita sama kakak."Bukanya mendapatkan jawaban dari sang adik. Ia malah mendapat gelengan.

"Aku belum siap cerita sekarang kak, aku takut."Lirihnya.

"Yaudah kalau gitu, tapi inget kamu kalau ada masalah cerita sama kakak jangan dipendam sendiri. Setelah bunda meninggal kamu udah jadi tanggung jawab kakak, jadi kamu bisa cerita semuanya ke kakak. Kakak sayang sama kamu dan kakak bakal selalu ada saat kamu butuh."Mendengar perkataan tersebut membuat hatinya sangat sakit.

Sakit karena ia tau bahwa dirinya sudah mengecewakan seseorang yang benar benar menyayanginya selama ini. Anggita adalah sosok ibu pengganti bagi Jungwon, semenjak sang ibu meninggal Anggita yang selalu mengurus segala kebutuhan Jungwon.

Erroris; JungwonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang