"sayang bangun" bisik Asnawi menepuk pipi istrinya. Wanita yang belum ada 48 jam menjadi istrinya tersebut terlelap dengan damai jika saja tidak ada kewajiban yang harus mereka lakukan mungkin saja Asnawi akan membiarkan Zita tertidur.
"Aa" sebelum Zita berteriak Asnawi lebih dulu menutup mulut perempuan tersebut dengan telapak tangannya.
"Jangan teriak, ini mas suami kamu" ujar Asnawi yang membuat Zita berhenti melotot dan menatap lembut suaminya tersebut.
"Maaf mas aku terlambat bangun" gumam Zita yang membuat Asnawi tersenyum dan merapihkan rambut istrinya yang acak-acakan akibat bangun tidur. Tidak terlalu panjang hanya mampu mutupi dadanya, terasa lembut dan terawat meskipun selalu tertutup hijab.
"Gapapa sayang, mas ikhlas kita masih belajar, kamu persiapan gih mas mau ke masjid biasanya ayah ke masjid gak?"
"Iya ayah biasanya ke masjid" jawab Zita sembari duduk disisi ranjang
"Kalo gitu mas turun dulu" satu kecupan Asnawi daratkan dijidat lebar kebanggaan Zita. Bahkan senyum indah pun Asnawi berikan ah lelaki itu sudah tampan berbeda jauh dengan Zita yang masih kucel dan bau.
"Assalamu'alaikum" pamitnya yang dijawab oleh Zita sebelum akhirnya merapihkan tempat tidur dan masuk kedalam kamar mandi untuk membersihkan diri dan mengambil air wudhu.
"Kok belum pulang ya ma?" Tanya Zita kepada mama kandungannya dan juga mama mertua, sekarang sudah hampir setengah 6 pagi tapi tiga lelaki tersebut belum ada yang kembali pulang dari masjid.
"Wahh jangan-jangan" celetuk ikrar
"Assalamu'alaikum" ucap ketiga lelaki yang mereka bicarakan
"Waalaikumsalam" jawab para perempuan yang tadi cemas dengan serentak mereka akhirnya bernafas lega.
"Kenapa lama?" Bisik Zita saat Asnawi berdiri disampingnya menatap para papa-papa yang memberikan kecupan dikening sang istri dan juga pelukan hangat.
"Haruskah aku pun melakukannya" bisik Asnawi yang mengabaikan pertanyaan Zita
"Melakukan apa?" Balas Zita yang tak paham akan maksud dari suaminya tersebut
"Itu" lagi-lagi Asnawi berbisik sembari memberikan kode melalui matanya yang langsung dipahami oleh Zita.
"Jangan ih kasian si ikrar selain itu malu" bisik Zita yang membuat Asnawi terkekeh pelan sejujurnya bukan hanya Zita yang malu tapi dia juga.
"Mas juga malu" mereka berdua terus berbisik tanpa menyadari jika menjadi pusat perhatian keluarga. Bahkan kedua orangtua mereka tersenyum melihat adegan yang sederhana namun terlihat begitu romantis. Belum lagi tatapan mata keduanya terlihat begitu tulus dan penuh kelembutan, tanpa kebohongan terlihat jelas mereka bahagia.
"Ehem" deheman membuat mereka berdua berhenti saling berbisik
"Kenapa yah?" Tanya Asnawi kepada Ayah Bahar.
"Kalian bisik-bisik terus ya dari tadi, ngomongin apa sih?" Tanya Dina yang membuat Asnawi dan Zita terkekeh pelan.
"Udahlah mah mungkin itu masalah ranjang" sambar Eko yang membuat Asnawi dan Zita melotot kaget sefrontal itu.
"Om ada anak dibawah umur nih" protes ikrar yang membuat mereka semua tertawa. Sudah dibawah umur jomblo pula, kasian.
"Kalian kenapa pulang terlambat?" Akhirnya mamanya Asnawi bertanya setelah Zita bertanya kepada sang suami namun tidak mendapatkan jawaban.
"Noh anak kamu jumpa fans di masjid, mau ditinggal takutnya nyasar ditungguin tapi kok lama banget" celetuk pak Bahar yang membuat Asnawi tersenyum memohon maaf.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kapten Alam || ASNAWI MANGKUALAM BAHAR (END)
FanfictionSemua berawal dari halu -Zita Prasetya . Semua berawal dari penasaran -Asnawi Mangkualam Bahar . Tapi siapa yang tau jika Halu dan rasa penasaran jika dijadikan satu bisa berubah menjadi sebuah kisah antara dua anak manusia yang mungkin saja ditakdi...