14

2.2K 116 17
                                    

Waktu berjalan begitu cepat tak terasa sudah memasuki malam ke 4 Asnawi dan Zita di pacitan. Bahkan mereka bukan hanya sibuk menghabiskan waktu untuk pergi ketempat-tempat wisata namun Asnawi mendadak mendapatkan undangan memotivasi kaum muda yang ada didaerah tersebut. Tak ingin menolak karena keramahan yang diberikan Asnawi pun bersedia melakukannya.

Seusai dari masjid menjalankan sholat isya Asnawi lantas mangunci puntu rumah sebelum akhirnya memasukke dalam kamar.

"Astaghfirullah" Asnawi spontan mengucapkan istighfar saat melihat sang istri tengah duduk diatas ranjang bersandar di dipan ranjang, bukan itu yang menjadi masalah namun baju haram yang Tata pakai.

"Kenapa mas?" Suara lembut tersebut langsung membuat Asnawi mengunci pintu sebelum akhirnya melepaskan sarung dan menutup tubuh istrinya dengan sarung.

"Kenapa pakai baju kaya gitu sayang kalo ada orang yang masuk gimana, astaghfirullah godaan" Asnawi benar-benar frustasi dia lelaki normal melihat godaan yang sudah sah secara hukum dan agama ya tergoda tapi mengingat kartu merah dia harus menahan diri.

"Memang kenapa mas, ini kan yang beli mas waktu kita di Makassar kemarin" tanya Tata yang belum memahami situasi dan kondisi Asnawi.

"Kalo kamu pake kaya gini saat gak ada kartu merah mas gapapa sayang, tapi kalo sedang kartu merah itu sebuah penyiksaan" Asnawi ikut duduk disamping istrinya mata lelaki tersebut menatap tajam Zita tapi entah mengapa Tata bisa melihat ada kabut gairah disana belum lagi suara serak Asnawi membuat dadanya bergemuruh.

"Aku sudah tidak kartu merah kembali sayang" ujar Zita dengan lembut sembari membelai wajah Asnawi dengan sensual.

"Beneran? Dari kapan kok gak bilang?"

"Astaghfirullah mas" Zita benar-benar terkejut mendengar Asnawi yang antusias sampai tanpa sadar sedikit berteriak.

"Mas mau buka puasa sayang" rengek Asnawi yang membuat Zita terkekeh sebelum akhirnya mengangguk kepalanya.

Senyum lebar Asnawi berikan sebelum akhirnya menarik tali rambut Zita agar rambut perempuan tersebut tergerai. Baik Asnawi maupun Zita memjamkan mata memulai aksi malam mereka dari kening, mata, pipi, hidung dan bibir semua dikecup oleh Asnawi. Zita juga mendengar Asnawi mengucapkan doa diatas umbun-umbunnya sebelum memberikan kecupan disana.

"I love you" bisik Asnawi sembari menatap Zita yang berada dibawah nya

"I love you too mas" ekspresi malu-malu Zita membuat Asnawi tersenyum sebelum akhirnya kembali melumat bibir istrinya. Ciuman Asnawi turun ke leher erangan lembut tanpa sadar Zita keluarkan membuat Asnawi semakin menggila dan semangat secara bersamaan. Tangannya tidak lagi diam naluri sebagai pria dewasa mulai berjalan begitu saja. Tidak mau ketinggalan demi memuaskan sang suami Zita pun mulai aktif meskipun masih amatir sebenarnya bukan hanya Zita yang amatir namun juga asnawi. Amatir bertemu dengan amatir sudah pasti tidak buruk, keduanya sama-sama belajar dan hanya mengandalkan naluri.

Malam panjang terus berjalan sebagaimana sudah digariskan meskipun tanpa bantuan obat kuat atau apapun itu malam pertama pengantin sudah pasti menjadi sebuah candu yang tak cukup hanya sekali, tapi dilakukan berkali-kali sampai fajar menyingsing keluar dari sarangnya.

Zita membuka mata tubuhnya terasa remuk radam belum lagi dadanya terasa sedikit sesak seakan-akan tertimpa beban. Ah bukan seakan-akan tapi memang suaminya menjadikan dadanya sebagai bantal dan tubuhnya terbelit oleh tangan dan juga kaki Asnawi.

"Mas" lirihnya membangunkan Asnawi, jika tidak merasakan seluruh tubuhnya kelet semua mana mungkin Zita mau beranjak dari kasur. Benar-benar Asnawi semalam menggila melakukan berkali-kali seakan-akan tidak ada puasanya, pukul 3 subuh keduanya baru berhenti bahkan tidak ada yang melakukan sholat subuh.

Kapten Alam || ASNAWI MANGKUALAM BAHAR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang