08

2K 141 6
                                    

Sepanjang perjalanan canda tawa menghiasi mobil pengantin baru.

"Dek ini kampus kamu kan?" Tanya Asnawi saat mereka melewati UGM tempat Zita menimba ilmu

"Iya mas, kenapa?"

"Gapapa mas cuma memastikan biar nanti kalo mau jemput kamu mas tau disini letaknya, harus mas inget-inget nih takutnya kesasar"

"Alah apaan, orang mas aja habis ngunduh mantu balik ke korea" Asnawi terteguh mendengar suara sang istri yang terlihat emosional bahkan membuang muka kearah samping menatap jalan Jogja.

"Sayang" panggil Asnawi dengan lembut sembari menarik tangan Zita dan memberikan kecupan singkat disana.

"Hai, mas mau tanya kamu jawab jujur ya" Zita menoleh dengan senyum malu-malu miliknya.

"Kamu mau mas kerja di Indonesia?"

"Di manapun mas kerja aku gapapa, aku hanya gak mau LDR, aku takut nanti mas khilaf dan lupa kalo punya aku"

"Mas percaya sama kamu dan mas yakin kamupun bisa percaya sama mas, sayang dengar jika mas belum yakin bisa menjalani LDR halal sama kamu mas pasti akan menahan diri untuk tidak memintamu ke papa" Asnawi menyetir dengan tangan satu sedangkan yang satunya dia gunakan untuk menggenggam erat tangan istrinya. Sembari terus berusaha meyakinkan Zita bahwa keduanya bisa menjalankan LDR halal antara Indonesia dan Korea Selatan.

"Aku hanya takut tak kuat menahan rindu dan mengabaikan pendidikanku untuk menyusul kamu ke sana" lirih Zita sembari yang membuat Asnawi menoleh dan tersenyum.

"Sebentar lagi sayang, hanya sebentar kita akan bersama di Korea" hibur Asnawi yang membuat Zita tersenyum kecil.

"Iya mas sebenar lagi aku bakalan satu negara dengan para idolaku" gumamnya yang membuat wajah Asnawi langsung mendatar.

"Tolong jangan bikin mas kesel ya sayang" peringat Asnawi yang membuat Zita terkekeh dan mengusap lembut lengan suaminya. Obrolan mereka terus berlanjut lebih didominasi oleh Zita yang menceritakan segala kenangannya di sudut kota jogjakarta tersebut. Mungkin nanti jika di Makassar obrolan akan di dominasi oleh Asnawi yang menceritakan kenangannya selama hidup disana dan segala perjuangan untuk meraih posisi yang sekarang ini.

"Yeeyy sampai" girang Zita bagaikan anak usia 7 tahun diajak tamasya oleh kedua orangtuanya.

"Pertama kali kita jalan sayang harus diabadikan yang banyak" bisika Asnawi sembari menarik tubuh Zita kedalam pelukannya.

"Iyaa kita abadikan sebanyak mungkin" respon Zita sembari mendongakkan dan tersenyum lebar didalam mobil. Dengan pelan Asnawi mendekatkan wajahnya kepada Zita dan menyatukan bibir keduanya untuk pertama kali, dapan dia rasakan tubuh Zita yang menegang didalam pelukannya. Naluri sebagai pria dewasa berjalan tangan yang ada dilengan sang istri bergerak lembut untuk menenangkan dan lama kelamaan tubuh istrinya kembali normal. Asnawi membuka mata melihat Zita yang ikut memejamkan mata, dengan pelan namun pasti dia menggerakkan bibirnya untuk mengulum bibir sang istri dengan lembut, tanpa penolakan Asnawi terus bergerak sembari tersenyum kecil diwajah tampangnya. Ahh bahagianya bisa melakukan ini bersama istri.

"Mas" Zita mendorong Asnawi dengan pelan mengakibatkan tautan bibir keduanya terlepas. Dengan nafas terengah nafsunya sebagai pria terpancing Asnawi segera menyembunyikan wajahnya dilekuk leher sang istri sembari memeluknya dengan erat.

"Sebentar saja" bisiknya dengan suara serak tanpa mampu Asnawi tahan. 15 menit dengan posisi saling berpelukan akhirnya Asnawi menguari pelukan diantara mereka dan memberikan kecupan dikening sang istri.

"Terimakasih, aku mencintaimu istriku" gumamnya yang membuat Zita menunduk dia malu bukan kepalang.

"Tata juga" Jawab Zita dengan wajah memerah hal tersebut membuat Asnawi tertawa terbahak-bahak sebelum akhirnya berhenti karena melihat wajah kesal sang istri

Kapten Alam || ASNAWI MANGKUALAM BAHAR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang