22

1.4K 101 13
                                    

Tidak ada yang membahagiakan bagi Zita maupun Asnawi selain kabar bahwa Asnawi bisa pulang ke Indonesia. Yang artinya keduanya akan satu rumah dan menikmati waktu sembari mempersiapkan diri menjadi orang tua yang baik untuk anak mereka kelak. Setelah perawatan kurang lebih satu bulan lamanya akhirnya Asnawi pulang ke Jogja. Pihak manajemen tim Asnawi di korea juga menyarankan agar Asnawi bisa melakukan pemulihan terlebih dahulu. Tim manajemen Timnas Indonesia menyarankan kepada Asnawi untuk melakukan pemulihan di solo jawa tengah.

Pagi-pagi sekali zita sudah sibuk menyiapkan makanan kesukaan sang suami membuat sang keluarga mengomel karena dokter menyarankan bahwa Tata harus istirahat total demi menjaga calon buah hatinya.

"Istirahat aja taaa, kamu arahin aja dari sana biar kami yang menyiapkan" omel sang ibu mertua kepada Tata

"Gapapa kok bu, ini cuma dikit gak bakalan lama dan Tata juga menjamin gak bakalan capek" elak Tata dengan sopan

"Nurut Ta" sang mama mendekat dan menepuk pundaknya. Tak mungkin membantah lagi dengan terpaksa Tata akhir mengalah dan duduk diam melihat para tetua masak.

"Bosen ya mbk?" Bisik Ikrar yang baru datang entah dari mana

"Iya, kamu dari mana dek?"

"Dari IDM mbk beli jajan"

"Tau gitu mbk nitip dek"

"Nitip apa mbk?"

"Es krim"

"Gak boleh makan eskrim Zita takutnya anak kamu gede dikandungan" teriak ibu-ibu yang sibuk masak

"Mitos kok ya masih di percaya" gurut Zita dengan lirih tak berani menjawab dengan kencang takut mendapatkan Omelan.

Baik Zita maupun Ikrar keduanya terdiam sibuk bermain ponsel diakun media sosial mereka masing-masing. Melihat eforia netizen tentang sepakbola Indonesia. Beberapa masih ada yang memberikan semangat untuk Asnawi.

"Mbk, bang asmawi kok gak pernah kelihatan kaya putus asa gitu ya padahal dia cidera loh?" Tanya ikrar

Pertanyaan tersebut membuat Zita tersenyum mengingat beberapa hari yang lalu suaminya menangis putus asa takut tidak bisa kembali bermain sepak bola dan juga tidak lagi menjadi bagian dari timnas Indonesia.

"Dek, mas takut mas gak kembali sehat dan gak jadi pemain timnas lagi" keluh Asnawi waktu itu.

"Mas, Tata yakin mas pasti sembuh Tata juga yakin mas akan selalu menjadi bagian dari Timnas bermain untuk Indonesia, karena cinta mas ke Indonesia lebih besar dari apapun itu, kalo mas gak bisa kembali bermain sepakbola berarti mas diminta untuk pensiun sama Allah garis rezeki mas udah bukan disana lagi"

"Iya sayang terimakasih, tapi cita-cita mas pake Jersey sama anak gantengnya mas gagal dong"

"Kan pakenya sambil nonton gapapa mas" ucap Tata dari sambungan telefon sebelum akhirnya mereka membahas yang lain tentang rencana masa depan mereka nantinya.

"Assalamu'alaikum" ucapan salam dari suaminya membuat Zita terbangun dari lamunannya. Akhirnya suami tercintanya pulang ke rumah sembari duduk diatas kursi roda.

"Mas" lirih Zita sembari meneteskan air matanya, rasa haru, rindu semuanya meluap seiring dengan mengalirnya air mata yang dia miliki.

"Alhamdulilah mas udah kembali pulang" bisik zita memeluk erat suaminya begitupun dengan Asnawi keduanya menangis dengan segala ketakutan mereka masing-masing. Asnawi yang takut tidak akan kembali pulih dan menjadi beban keluarga. Sedangkan Zita bersyukur suaminya masih pulang dengan selamat meskipun harus cidera.

Keseharian Zita dan Asnawi mulai berubah Zita yang masih fokus mengejar gelar dan Asnawi yang fokus akan pemulihannya. Siksaan rindu kini bisa mereka redakan karena bisa tinggal di rumah yang sama meskipun keadaan asnawi jauh dari kata baik-baik saja. 

Beberapa dokter tim nasional Indonesia menyarankan asnawi untuk melakukan terapi di solo lebih tepatnya disalah satu rumah sakit tulang di solo. Dan ya itu tengah mereka lakukan sebagai bentuk ikhtiar mereka agar asnawi segera sembuh dari cideranya. Satu Minggu sekali zita harus menahan tangis tidak tega menyaksikan perjuangan suaminya untuk menjalankan terapi. Teriakan dan juga air mata mengiringi setiap gerak yang asnawi lakukan.

"Jangan nangis terus dek, kamu kalo masih nangis terus Besok-besok gak usah ikut mas trapi deh" Keluh asnawi yang lebih merasakan sakit saat melihat istrinya selalu menangis tersedu-sedu.

"Gak mau berhenti, anakmu yang nyuruh emaknya nangis" Omel zita yang membuat asnawi mengulum senyum. Mau marah tapi kok selalu begini lama-lama kasihan juga anaknya jadi kambing hitam ibunya.

"Anak ayah diem ya jangan nangis terus" Bisik asnawi sembari mencium perut bundar istrinya.

"Huaaa hiks hiks hiks" Semakin kencanh volume tangis zita membuat mobil yang mereka tumpangi menjadi ramai akan suara bumil tersebut. Dapat asnawi lihat dari kaca tengah bahwa ayah mertuanya geleng-geleng kepala.

"Udah sayang yaallah, mas harus gimana ini?"

"Cium bibir" Mendengar Jawaban polos istrinya dan juga tawa sang mertua membuat mata dan jantung asnawi hampir keluar terlalu shok dan tak habis pikir.

"Malu ada ayah dek, nanti ya kalu sudah di rumah" Bujuk asnawi yang membuat zita kembali cemberut sembari mengusap air matanya kasar. Namun tak ayal perempuan tersebut menyandarkan tubuhnya didalam dekapan asnawi dan memejamkan mata. Bumil nangisan tidur guys bravo.

"Sabar ya bang" Ujar ayah mertua yang membuat asnawi meringis

"Iya pah, mungkin manjanya baru keluar kemarin-kemarin kan LDR ditahan-tahan manjanya" Canda asnawi yang membuat mereka tertawa. Obrolan mereka terus berlanjut berulang kali asnawi meminta maaf karena merepotkan sang mertua bahkan harus menjadi supirnya hari ini. Namun jawabannya tetap sama asnawi adalah putranya dan sudah kewajibannya untuk semua ini.

Anehnya lagi selama asnawi di rumah zita menjadi lebih aktif bahkan harus ikut dia kesolo dari jogja belum lagi kuliah mengerjakan tugas dan merawatnya namun tidak ada tanda-tanda kandungnya lemah padahal dokter sempat menyuruhnya istirahat total. Apa karena ada bapaknya jadi bayinya sehat terus. Sungguh keajaiban dari Tuhan.

"Terimakasih telah berjuang anak ayah, sehat terus kira berjuang ayah berjuang biar bisa jalan dan mencari nafkah kamu berjuang agar sehat kuat sempurna dan lahir kedunia ini, ayah sayang kamu dan ibumu" Bisik asnawi sembari membelai perut zita yang kini sudah mulai terlihat lebih besar.

Perjalanan panjang antara solo jogja akhirnya berakhir juga, kini mereka sudah sampai di rumah zita juga sudah mulai bangun mengumpulkan nyawa sebelum akhirnya membantu asnawi turun dari mobil. Padahal sudah ditawarkan oleh orang rumah namun ya tetap nekat. Perubahan zita selamat hamil lebih mudah nangis, keras kepala, dan hiperaktif. Sebenarnya ada lain tapi ya itu rahasia kamar dong tidak boleh disebutkan.

"Kami langsung ke kamar ya, ayah terimakasih" Ujar zita yang diiyakan oleh mereka.

"Kenapa dek kok langsung ke kamar? Biasanya juga ngobrol dulu" Tanya asnawi yang heran

"Mau tidur dikeloni sama mas, gak mau?" Tanya zita siap menangis

"Mas mau ayo ayo" Jawab Asnawi sebelum dia mendengarkan tangisan istrinya. Dengan wajah serta senyum tak enak asnawi didorong ke kamar oleh zita. Meninggalkan gelengan kepala dari keluarganya.

"Ada-ada saja tingkah mereka" Ujar ibu mertua asnawi yang disetujui oleh sang suaminya. 

Satu persatu dari mereka memasuki kamar untuk istirahat karena hari sudah mulai malam. Istirahat dari segala aktifitas yang melelahkan hari ini.

Bersambung

Cek cek masih ada yang baca cerita ini?

Kapten Alam || ASNAWI MANGKUALAM BAHAR (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang